Terus Bertumbuh dalam Iman, Mengarungi Gelombang Perkembangan Zaman

Perubahan gaya hidup, dinamika zaman dan kemajuan teknologi membawa serta tantangan-tantangan besar bagi keluarga-keluarga Katolik. Derasnya arus individualisme, paham keliru kebebasan tentang relasi antar pasangan, melemahnya hubungan antara orangtua dan anak serta kondisi kemiskinan ekonomi rumah tangga dapat menimbulkan krisis nilai-nilai kekatolikan di dalam hidup keluarga. Oleh karena itu keluarga-keluarga Katolik dalam mempersiapkan kedatangan Yesus selama masa Adven perlu juga berpaling pada Ajaran Sosial Gereja sebagai pegangan dan pedoman arah dalam mengarungi gelombang perkembangan zaman.

Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 4 Juni 1999 memberikan pesan penting sebagai berikut : ”Saat ini ada kecenderungan banyak orangtua meninggalkan peran orangtua sebagai teman untuk anak-anak mereka, dengan menahan diri untuk memperingatkan dan mengoreksi mereka bahkan ketika hal ini diperlukan untuk mengajarkan sesuatu yang benar, meskipun dengan segala kasih sayang dan kelembutan. Oleh karena itu harus ditekankan bahwa pendidikan anak-anak adalah tugas suci dan tugas bersama orangtua, ayah dan ibu yang membutuhkan kehangatan, kedekatan, dialog dan teladan. Dalam keluarga orangtua dipanggil untuk mewakili Bapa yang Mahabaik di surga, teladan yang sempurna untuk menginspirasi anak-anak” (Docat Indonesia, 2016:127).

Lebih lanjut mengenai keluarga pada masa kini, anjuran apostolik Familiaris Consortio memberikan catatan sebagai berikut : “Di satu sisi, pada kenyataannya, ada kesadaran hidup yang lebih mengarah pada kebebasan pribadi dan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas hubungan interpersonal dalam perkawinan, untuk meningkatkan martabat perempuan, untuk prokreasi yang bertanggung jawab, dan untuk pendidikan anak-anak. Ada pula kesadaran akan perlunya pengembangan hubungan antar keluarga, untuk saling membantu secara spiritual dan material, penemuan kembali misi gerejawi yang tepat untuk keluarga dan tanggung jawabnya untuk membangun masyarakat yang lebih adil. Di sisi lain, bagaimanapun, tidak kurang pula tanda-tanda merosot-nya berbagai nilai fundamental : konsep teoritis dan praktis yang keliru memahami kemerdekaan sebuah pasangan dalam hubungan satu sama lain; kesalahpahaman serius tentang hubungan kewenangan antara orangtua dan anak-anak; kesulitan nyata dalam keluarga itu sendiri untuk mengajarkan nilai-nilai; meningkatnya jumlah perceraian; permasalahan aborsi; atau pernah juga jalan lain untuk sterilisasi; dan tampilnya mentalitas kontrasepsi” (Paus St. Yohanes Paulus II, anjuran apostolik Familiaris Consortio (1981), 6; Bdk. Docat Indonesia, 2016:132) Dalam kaitannya dengan ekologi manusia dan keluarga, Ensiklik Centensimus Annus memberikan pedoman dasar sebagai berikut : ”Struktur yang pertama dan mendasar bagi ‘lingkungan manusiawi” ialah keluarga. Disitulah manusia dibekali dengan pengertian-pengertian pertama dan utama tentang kebenaran dan kebaikan. Disitu pula ia belajar apa arti mencintai dan dicintai, dan dengan demikian, apa makna menjadi pribadi. Yang dimaksudkan disini ialah keluarga berdasarkan pernikahan. Disitu serah diri timbal balik antara suami dan istri menciptakan lingkungan hidup, tempat anak dapat lahir dan mengembangkan bakat-bakat bawaannya” (Paus St. Yohanes Paulus II, ensiklik Centensimus Annus (1991), 49, Bdk. Docat Indonesia, 2016:133).

Ensiklik Laudato Si lebih lanjut mengajarkan bahwa “keluarga adalah tempat pembinaan integral, di mana pematangan pribadi dikembangkan dalam pelbagai aspeknya yang saling berhubungan. Dalam keluarga, kita belajar meminta izin tanpa menuntut, untuk mengatakan ”terima kasih” sebagai ungkapan penghargaan atas apa yang telah diterima, mengendalikan agresi atau keserakahan, dan meminta maaf ketika telah menyebabkan kerugian. Tindakan sopan santun yang sederhana dan tulus ini membantu membangun budaya kehidupan bersama dan rasa hormat demi lingkungan kita” (Paus Fransikus, ensiklik Laudato Si (2015), 213; Bdk. Docat Indonesia, 2016:133).

Beberapa Ajaran Sosial Gereja di atas, semoga dapat menjadi inspirasi dan pedoman arah keluarga-keluarga Katolik untuk terus bertumbuh dalam iman, siap mengarungi gelombang perkembangan zaman. Dengan demikian kehadiran Tuhan Yesus di tengah keluarga- keluarga Katolik membawa kelimpahan kasih, suka cita dan kegembiraan.

Penulis : Andreas Yumarma

Sumber :
Bismoko Mahamboro dan Tim Kanisius (Penerjemah), 2016, DOCAT Indonesia- Apa
yang harus dilakukan? Ajaran Sosial Gereja, Yogyakarta: PT Kanisius Yohanes Dwi Harsanto, et.al. (Penerjemah), 2012, YOUCAT Indonesia – Katekismus Populer, Yogyakarta: PT Kanisius

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments