Taman adalah lingkungan sekitar rumah yang ditata sedemikian rupa sehingga kelihatan indah, menarik dan sehat. Taman tentu adalah perluasan dari rumah sebagai tempat tinggal penghuninya. Rumah tanpa taman tentu penghuninya masih bisa tinggal dan hidup di situ. Namun adanya taman membuat penghuni rumah bisa menghirup udara segar, melakukan relaksasi diri, bergerak dan berjalanjalan sekitar rumah, memulihkan kepenatan mata lebih-lebih kalau penghuni cukup lama nonton TV dan pakai gadget dan bersosialisasi dengan tetangga.
Apa yang harus ditata di taman? Taman yang indah, menarik dan sehat secara integral, kalau ciri khasnya ialah biotik/hidup (ekologis). Hal itu terlihat dengan hamparan rumput, bungabungaan dan pepohonan dan aliran air. Di situ pula bisa menjadi tempat bersarang serangga, cicak, tikus, burung-burung. Malam hari bisa berdatangan binatang-binatang nokturnal: musang, kelelawar, burung hantu, dan lain-lain untuk mencari makan. Sementara, ciri khas penataan rumah ialah ciri khas abiotik/mati (anti ekologis). Hal-hal yang ditata di dalam rumah mulai dari lantai ruang tamu dan barang-barang dalam ruang tamu sampai dengan kamar mandi dan wc ialah benda-benda mati. Akan tetapi, seringkali alasan kepentingan keindahan dan ketertarikan mengalahkan unsur kesehatan integral: fisik, psikis, moral dan spiritual penataan taman. Ciri khas penataan di dalam rumah kerapkali dipindahkan juga ke taman. Rumah yang indah, menarik dan sehat condong dipikirkan sebagai rumah yang bersih dan terang. Bersih berarti setiap hari harus dipel dengan soklin agar tidak dilewati semut, kecoa dan kelabang. Terang berarti disinari cahaya lampu. Taman pun dijadikan demikian. Seluruh ruang taman disemenkan. Di tengah-tengah taman diletakkan patung-patung binatang dari semen. Tiang-tiang lampu taman dipasang di sana-sini. Mengapa de mikian? Alasan utamanya ialah cemas dan takut? Takut binatang-binatang, pencuri dan setan bersembunyi di situ pada malam hari dan masuk rumah?
Rumah dan taman yang indah, menarik dan sehat bisa menjadi House bagi penghuninya, tetapi belum tentu menjadi Home bagi mereka. Ia menjadi House karena keindahan, ketertarikan dan kesehatan fisik dan psikis. Ia bisa tampak seperti padang gurun kematian yang seolah-olah dihiasi oleh warna-warni kehidupan semu tumbuhtumbuhan dan binatang. Karena ia didominasi oleh hawa nafsu penghuninya untuk memusuhi kehidupan tanaman dan binatang. Dan itu dimulai dari hawa nafsu permusuhan antara orang-orang penghuninya. Karena nafsu laki-laki/suami menguasai perempuan/istri di dalam rumah tangga dan perempuan menarik laki-laki karena hawa. Dalam bahasa Kitab Kej bab 1-3, para penghuni seolah-olah tinggal di Bumi yang dihiasi warnawarni kehidupan tanaman dan binatang di permukaan bumi dan cahaya makluk-makluk di atas bumi tetapi tidak tinggal di Langit/Surga. Mereka diusir dari Taman Eden.
Sebaliknya, taman dan rumah menjadi Home karena keindahan, ketertarikan dan kesehatan moral dan spiritual di dalam dan di atas keindahan, ketertarikan dan kesehatan fisik dan psikis tanaman, binatang dan rekan hidup dalam rumah tangga, sehingga mereka merasa At Home. Rumah dan taman yang menjadi Home akan tampil sebagai Taman Eden mini yang didekorasi oleh warna-warni kehidupan yang integral. Mereka tidak hanya tinggal In House tetapi juga At Home. Mereka tinggal di Bumi sekaligus di Langit/Surga. Bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.
Mengapa? Karena Langit dan Bumi saling melayani. Tidak ada posisi langit di atas dan bumi di bawah. Yang ada ialah satu, kehidupan kekal. Demikian pula laki-laki/suami dan perempuan/istri saling diperlakukan sebagai Teman Kehidupan. Begitu pula perlakuan mereka terhadap tanaman dan binatang. Tidak ada posisi samping kiri dan dan kanan di antara penghuni rumah dan taman karena hanya ada satu, yakni kehidupan kekal.
Pemilik kehidupan kekal itu ialah Allah. Dalam Kej Bab 2 dikisahkan bahwa setelah Tuhan Allah menjadikan sebuah Taman ditempatkanlah manusia/Adam dan Hawa di dalamnya. Allah memberi perintah kepada me reka untuk tidak memakan buah pengetahuan baik dan buruk dari pohon yang ada di tengah-tengah taman. Pohon apakah itu? Pohon itu adalah Pohon moral dan spiritual. Karena bujukan Iblis Adam/Insan (yang mempunyai Nafas dan menyalahgunakannya menjadi Nafsu) dan Hawa melanggar perintah Allah dengan menentukan sendiri norma baik buruk yang ada di dalam pohon Suara Hati dan Hati Nuraninya. Dan dengan demikian berusaha merampas kedudukan Allah sendiri sebagai pohon spiritual yang ada di dasar Suara Hati dan Hati Nuran. Pelanggaran moral dan spiritual ini diwujudkan lewat perlakuan Hawa Nafsu Adam dan Hawa sebagai pohon kehidupan metaforis seksual suami/istri. Akibat lanjutnya ialah pohon dalam pengertian fisik/ natural juga dirusak buahnya oleh mereka.
Allah, diri manusia itu sendiri, pasangan hidup, binatang dan tanaman dijadikan Musuh, bukan Teman Hidup. Padahal bagi Allah, manusia, binatang, tanaman, makluk lainnya di bumi dan di langit adalah Teman HidupNya. Kalau Allah menjadi Teman, mengapa kita harus cemas dan takut hidup?
Planet Bumi adalah rumah dan taman kita bersama. Bangsa Eropa, Amerika dan bangsa besar lainnya di dunia mengganggap tanah air Indonesia adalah Taman bagi mereka karena hamparan hutan dan lautan yang penuh dengan kekayaan keanekaragaman biotik/hayati. Kekayaan hutan itu berada di pulai Kalimantan. Dan di sana dibangun rumah besar bangsa Indonesia, yakni IKN. Inilah rumah baru dari Kerajaan Majapahit. Selain itu bangsa Indonesia juga terkenal di dunia karena sikap Pertemanannya tanpa pembedaan SARA. Paus Fransiskus sedang datang ke Indonesia untuk menyaksikan sikap pertamanan dan pertemanan (persaudaraan) itu. Mudah-mudahan setelah Paus Fransiskus pulang ke rumah Bapa di Roma, Taman dan Teman Indonesia ini masih utuh, bukannya tertinggal satu pohon saja yang pahit rasanya, Pohon Maja Pahit.
Penulis : Barnabas Ratuwalu - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gamabar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa