Keagungan kasih Allah menjadi pokok kesaksian kepala pasukan yang memimpin proses penyaliban tersebut. Kepala pasukan itu punya banyak pasukan sehingga apa yang keluar dari mulutnya dapat dipercaya. Kepala pasukan, yang dalam bahasa asli disebut Centurion ini, membawahi 100 orang infantri. Dan dia orang yang terbukti kuat, dan semua pekerjaannya layak jadi kebenaran.
Pada waktu kepala pasukan bilang kepada Pilatus bahwa Yesus sudah mati, maka Pilatus mempercayainya. Dia kepala pasukan tentara Romawi yang tidak tahu tentang masalah agama, tapi dia sadar bahwa Yesus tidak sepantasnya ada di salib itu. Kepala pasukan itu tersungkur di bawah kaki salib itu dan mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah”.
Apa yang menyebabkan kepala pasukan ini mengeluarkan pengakuan ini? (Markus 15:33-38)1. Timbul kegelapan (ayat 33). Ada kegelapan dari jam 12 sampai jam 3. Markus menulis secara kronologis. Jam 9 pagi Yesus sudah disalibkan. Jam 12-15 terjadi kegelapan. Ini kegelapan yang tidak lazim, bukan gerhana. Matahari yang gelap, itu pertanda alam tidak tega melihat Anak Allah yang kudus mengalami penghakiman yang tragis. Tanda kemarahan adalah kegelapan (Yes 5:30). Hari Tuhan adalah hari penghakiman, dan matahari akan gelap gulita sebagai lambang penghukuman (Yoel2:31).
2. Seruan dari mulut Yesus sendiri. Eloi, eloi lama sabakhtani (34). Dia berseru kata ini jam 3. Berarti 6 jam setelah disalib. Waktu Yesus ditangkap, para murid lari. Pada waktu murid meninggalkan Dia, Yesus tidak berteriak. Teriakan jam 3 ini adalah seruan karena Dia ditinggal oleh Bapa. Hidup yang paling berat, tak berarti, adalah hidup ditinggal oleh Tuhan.
3. Menyerahkan nyawa-Nya (37). Yoh 10:17-18: waktu Yesus menyerahkan nyawa-Nya.
4. Terbelahnya bait suci (38). Ada 2 tirai Bait Allah pada zaman Herodes :a. Tirai pertama : memisahkan ruang Mahakudus yang hanya boleh dimasuki Imam Besar pada hari raya pendamaian.b. Tirai kedua : memisahkan bangunan Bait Allah yang hanya boleh dimasuki orang Yahudi dari pelataran untuk non Yahudi. Tirai yang terbelah itu adalah tirai kedua. Artinya kematian manusia membuka penghalang manusia menghadap Allah.
Kepala pasukan tentara Romawi ini mengakui Yesus benar-benar Anak Allah. Atas apa yang dialami Yesus dengan kematian-Nya di kayu salib, seruannya yang mengagumkan : mengampuni dan mengasihi, menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah. Selain itu langit mencekam dan gelap meliputi daerah itu. Alam pun turut berduka atas kematian Yesus.
Pengakuan kepala pasukan tentara Romawi dalam renungan ini sangat penting dalam catatan Alkitab. Ada suatu saksi sejarah bahwa dibalik sadisnya dan kerasnya seorang tentara Romawi ada kebaikan setelah berjumpa dengan Yesus yang disalibkan.
Kepala pasukan tentara Romawi terlibat banyak tentang peristiwa yang dialami Yesus, sejak divonis mati oleh Pilatus, penyiksaan hingga jalan salib. Kepala pasukan tentara Romawi tampil mengaku suatu kebenaran tentang yang dilihat dan disaksikannya pada peristiwa salib. Disinilah pentingnya salib, yang mengubah hati siapa saja; hati yang keras dan bengis, pendosa dan pelaku kejahatan pun ketika memandang Yesus yang disalibkan itu: akan tertunduk malu menyesali hidupnya karena pengorbanan yang luar biasa pada diri Yesus yang disalibkan.
Memandang salib sesungguhnya melihat Anak Allah yang telah menebus dosa kita. Hal ini sangat penting, agar kita menemukan kebenaran. Hidup yang berpusat pada salib adalah hidup yang merefleksikan pengorbanan Yesus dalam hidup ini.
Ajakan ini penting: Lihatlah Anak Manusia. Ketika kita berpaling dari salib kita seperti domba tersesat tak tahu jalan hidup yang benar. Kiranya firman ini menjadi inspirasi bagi kita, dalam segala keadaan pandanglah salib Kristus.
Tuhan Yesus memberkati kita semua dengan melimpahkan segala kebaikan kepada kita.
Selamat mempersiapkan dan menyambut Paskah!
Penulis : Br. Paulus FIC
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa