Berdoa untuk arwah yang sudah meninggal tidak dapat dilepaskan dari makna dan pemahaman mengenai misteri kematian manusia. Pada saat seseorang meninggal dunia, seluruh perkembangan sejarah hidup seseorang di dunia ini berhenti, terkristalkan dalam keabadian. Dosa akan menghambat proses menyongsong keabadian tersebut. Kematian adalah panggilan menuju hidup baru secara abadi dalam kebahagiaan dengan Tuhan. Yesus mengatakan:“Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati” (Yoh 11:25). Kebahagiaan abadi yang sempurna ditawarkan oleh Allah bagi tiap individu orang yang meninggal. Namun demikian kebahagiaan dalam kesatuan kasih kerahiman ilahi yang sempurna itu tidak bisa diterima oleh manusia secara penuh akibat hambatan adanya dosa dan kondisi manusia yang terbatas tidak sempurna. Oleh karenanya jiwa-jiwa arwah yang meninggal dapat masih berada dalam kondisi belum bersatu dalam kebahagiaan penuh bersama Tuhan di sorga.
Doa-doa dari orang beriman oleh karenanya memperoleh peran dan fungsinya dalam proses pemurnian iman, harapan dan kasih untuk dapat bersatu penuh dalam kebahagiaan bersama Tuhan. Pada saat meninggal, mungkin sekali keadaan iman seseorang masih belum total mempercayakan diri kepada Tuhan; atau sampai saat itu seseorang belum menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup dan pusat harapannya; atau kasihnya kepada Tuhan belum penuh oleh karena berbagai hal duniawi yang membelenggu atau mengikat dirinya. Iman, harapan dan kasih kepada Tuhan, dengan bantuan doa-doa umat beriman yang masih hidup di dunia, membantu mereka mengalami proses pemurnian di alam api penyucian (purgatory). Istilah purgatory dipakai untuk melukiskan proses memurnikan semua dimensi manusia sebagaimana diajarkan Gereja (Bdk. Rahner, Karl and Vorgimler, Herbert, 1965:391-392)
Gereja Kristus meliputi Gereja sebagai persekutuan umat beriman yang masih hidup di dunia, Gereja sebagai persekutuan orang-orang kudus, dan Gereja persekutuan jiwa-jiwa orang beriman yang sedang berjuang dalam api penyucian (Bdk. Heri Kartono, et al, 2013). Ada garis spiritualitas dan ikatan rohani saling mendoakan antara kita umat beriman sebagai gereja yang masih hidup di dunia, dengan jiwa-jiwa dalam api pencucian yang masih berjuang dalam proses kebahagian penuh dalam kesatuan kasih kerahiman Tuhan, dan dengan Gereja sebagai persekutuan para kudus yang sudah berada dalam kebahagian penuh dalam cinta kasih kerahiman Tuhan.
Memohon doa dari orang-orang kudus yang sudah dalam kesatuan kebahagiaan penuh dengan Tuhan akan mencurahkan berkat melimpah. Berdoa bagi jiwa-jiwa para arwah yang masih dalam perjuangan di api pencucian akan sangat membantu jiwa-jiwa tersebut mengalami besarnya kuasa kerahiman Tuhan agar mereka dapat bersatu penuh dalam kebahagiaan dengan Tuhan. Doa untuk arwah oleh karenanya merupakan tradisi gerejani dan sekaligus spiritualitas kekayaan rohani yang memaklumkan misi Gereja keseluruhan yang keberadaan dasarnya berawal dari kenaikan Tuhan sampai nanti di akhir zaman. Injil Yoh 6: 40 mangatakan “Sebab inilah kehendak Bapa-ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Bdk. E. Martasudjito, et al, 2010:640-641). Doa-doa untuk arwah membantu mereka untuk memperoleh kepenuhan cinta kasih kerahiman Tuhan,yaitu hidup yang kekal. Apabila jiwa-jiwa para arwah sudah dalam kebahagiaan penuh bersama Tuhan, mereka bisa menjadi channel bagi kita. Doa-doa mereka akan melimpah baik dalam bentuk berkat, semangat maupun pertumbuhan iman, harapan dan kasih yang semakin besar.
Penulis : Andreas Yumarma
Sumber inspirasi :- Heri Kartono, et.al, 2013, Ziarah Batin 2013. Renungan dan Catatan Harian, Jakarta: Penerbit Obor- Martasudjita, E, et al, 2010, Inspirasi batin 2011, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.- Rahner, Karl and Vorgimler, Herbert, 1965, Concise theological Dictionary, Freiburg: Verlag Herder
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa