Gereja merayakan Minggu Epifani atau Hari Raya Penampakan Tuhan, hari minggu kedua setelah pesta Natal. Gereja sejagat menjadikan Hari Raya ini sekaligus sebagai Hari Anak Misioner Sedunia. Maka spiritulitas Natal, Allah Emanuel - Allah beserta kita, yang (telah) menjadi nyata dalam kehidupan keluarga kristiani, melalui Pesta Keluarga Kudus, minggu setelah Pesta Natal. Praktik relasional keluarga menjadi relasional Kristus-iani. Kristus menjadi pusat semua pihak, Kristus menjadi sumber, dasar praktik relasional dan sekaligus Kristus hadir sebagai tujuan praktik relasional ini. Jadilah apa yang kita hayati sebagai hidup kristiani, hidup sesuai ajaran Kristus.
Gereja merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan, Tuhan yang menampakkan Diri melalui Bintang yang membimbing para majus dari Timur untuk betemu dengan Yesus. “… Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia" (Mat. 2:2). Bintang itu menjadi pandu di jalan menuju Tuhan. Demikian, keluarga kristiani mengandalkan Tuhan sebagai Bintang di jalan kehidupan ini. Semangat hidup Kristus-iani menjadi ‘Bintang’ di jalan kehidupan awal anak-anak kristiani. Anak-anak mulai belajar hidup sebagai simbol-simbol atau tanda-tanda yang menghadirkan Kristus kepada orang lain. Anak-anak, berkat pembaptisan, dan iman kepada Kristus melalui komuni dan penguatan yang diterima, mulai mengembangkan bakat dan talenta digital untuk menjadi ‘gambar dan saksi’ Kristus. Bakat dan kemampuan digital menjadikan anak-anak dan kehidupannya sebagai ‘bintang-bintang’ ke dalam kehidupan keluarga, maupun ke luar dalam kehidupan keluarga masyarakat yang lebih luas.
“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu” (Yes. 60:1). Kemuliaan Tuhan yang hidup di dalam setiap keluarga kristiani menjadi pegangan dan dasar bagi tumbuhnya anak-anak kristiani. Anak-anak ‘bangkit’ menjadi terang untuk menerangi sekitarnya. “Sebab sesungguhnya, kegelapan menutup bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu” (Yes. 60:2). Anak-anak menjadi ‘terang’ karena ‘Terang’ yang sejati ada dalam diri mereka dan mendorong anak-anak menjadi ‘bintang’ bagi dunianya.
Anak-anak kristiani jaman sekarang dikelompokkan sebagai anak-anak milenial, anak-anak yang dicirikhaskan dengan generasi digital. Generasi digital merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang serta tidak terpisahkan dari penggunaan smartphone, tablet dan komputer serta fasilitas internet. Inilah generasi net atau generasi milenial yang tidak bisa lepas dengan media komunikasi digital ini. Generasi digital memiliki budaya dan karakter hidup yang berbeda dengan generasi yang lebih tua. Kenyataan ini menjadi peluang sekaligustantangan bagi generasi milenial untuk menghidupkan semangat atau spiritualitas anak misioner.
Spiritualitas anak misioner bagi generasi digital harus dimulai dengan literasi digital kristiani. Anak-anak kristiani memperoleh kesempatan dari keluarga di rumah, atupun keluarga sekolah - lingkungan pendidikan, rasa hormat dan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan akal budi manusia untuk menciptakan media komunikasi modern untuk membantu kehidupan manusia dalam hidupnya pribadi maupun hidup bersama. Anak-anak kristiani memperoleh literasi digital yang baik dan berguna sebagai “Bintang” Kristus di dunia modern.
Literasi digital yang baik memungkinkan anak-anak kristiani terhindar dari bahaya-bahaya yang bisa mengancam dirinya sendiri maupun orang lain melalui dunia digital. Beato Carlo Acutis adalah contoh anak misioner dari generasi milenial ini. Carlo Acutis, seorang remaja Italia yang menggunakan internet untuk menyebarkan imannya. Acutis memiliki bakat dalam bidang pemrograman komputer dan membantu menjalankan situs untuk organisasi katolik. “Carlo menggunakan internet untuk menjangkau sebanyak mungkin orang” kata Kardinal Agostino Valini pada upacara pemberkatan beatifikasinya.
Carlo Acutis yang meninggal dunia karena leukimia di usia 15 tahun pada tahun 2006, telah memperoleh gelar Beato (yang berbahagia) pada tanggal 10 Oktober 2020. Kelak Carlo Acutis akan menjadi ‘Orang Kudus’ pertama dari generasi digital ini. Tidaklah salah kalau Carlo mulai dianggap sebagai ‘santo pelindung internet”. Maka bagi generasi digital, Beato Carlo Acutis menjadi petunjuk baru atau ‘bintang’ untuk menggunakan media digital secara berguna tidak hanya bagi diri sendiri tetapi bagi orang muda pada umumnya.
Penulis : Bruno Rumyaru
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa