Anak-anak BIA dan BIR yang terkasih, kita semua adalah anak-anak Allah di bawah naungan satu Bapa dengan perantaraan Anak Tunggal-Nya dan Anak Sulung, Tuhan kita, Yesus Kristus. Gereja adalah Ibu. Kita mempunyai seorang Ibu, Bunda Maria, lebih khusus lagi Bunda Teresa, yang menuntun iman anak-anak BIA dan BIR untuk tumbuh dan berkembang di dalam Gereja Ibu Teresa.
Bagaimana caranya anak BIA-BIR menumbuhkan dan mengembangkan iman? Saya teringat pertemuan Paus Fransiskus dengan anak-anak usia BIA pada Hari Anak Sedunia di Roma. Seorang puteri kecil, Dayuen Sihotang, beragama Protestan, mewakili anakanak Indonesia, berdiri di samping Paus sambil bertanya tentang Mukzijat apa yang akan dibuat Paus jika bisa membuat mukzijat. Sungguh ini pertanyaan yang sangat polos mewakili iman semua anak sebaya. Imannya ditumbuhkan dan dikembangkan dalam harapan akan mukzijat serta berbuah dalam kasih. Namun, pertanyaan penting adalah apa itu mukzijat? Paus menjawab Dayuen bahwa jika ia bisa melakukan mukzijat, maka ia akan memilih caranya: “Caranya mudah. Semua anak mempunyai apa yang mereka perlukan untuk hidup, makan, bermain dan bersekolah. Inilah mukzijat yang ingin saya kerjakan. Mari kita berdoa kepada Tuhan agar Dia melakukan mukzijat ini. Terima kasih.”
Anak-anak BIA dan BIR yang Bapa kasihi. Allah Bapa Maha Kuasa. Ia bisa mengerjakan apa saja. Apa yang Ia kerjakan adalah mukzijat. Bapa mengerjakan mukzijat lewat kekuatan Nama-nya/Firman yang keluar dari mulut-Nya dan Roh yang terpancar dari Hati-Nya dan diwujudkan lewat perbuatan tangan-Nya. Kelompok BIR BIA boleh dikatakan sebagai GENERASI BARU ALFA BET (A B). Ciri khas yang paling menonjol dari generasi ini bila dibandingkan dengan GENERASI LAMA ALFA BET (GEN A B) adalah bahwa mereka sangat mahir dalam LITERASI (HURUF/ABJAD) gadget yang ditenagai oleh AI, AGI dan ASI (Artificial Super Inteligence, Robot Buatan Maha Pintar) sehingga informasi yang diperoleh sangat-sangat berlimpah ruah. Elon Musk sudah meramal bahwa lima tahun lagi akan ada 1 miliar robot manusia AI dan AGI. 15 tahun lagi akan ada 100 miliar robot. Robot-robot itu akan menjadi asisten bayi sampai nenek kakek sehingga manusia tidak perlu kerja lagi. Robot-robot itu mirip Tuhan yang bisa melakukan mukzijat karena kecerdasannya 10.000 kali kecerdasan manusia. Tetapi, apakah robot-robot itu Maha Kuasa? Tidak. Mereka berkuasa karena diberi tenaga akali dan badan oleh manusia. Mereka juga tidak lebih berkuasa daripada manusia karena manusia yang membuatnya. Dan akhirnya manusia mesti sujud menyembah dan memuja Allah sebagai BAPA YANG MAHA KUASA karena Dialah yang memperanakkannya.
Oleh karena itu tergantung caranya bagaimana Bapak-Ibu dalam Gereja Ibu Teresa menumbuhkan dan mengembangkan iman anak-anak BIA dan BIR. Bagaimana caranya menuntun mereka yang sudah berdarah daging dengan HP sampai pada relasi pribadi dengan Allah Bapa dalam Bunda Gereja lewat perantaraan mukjizat. Tentu ada dua cara melihat mukjizat. Cara kanak-kanak dan cara dewasa. Cara kanak-kanak ialah cara melihat mukzijat sebagai turunnya Allah Bapa lewat Firman dan Roh dengan perantaraan Yesus di dalam peristiwa alam dalam kehidupan sehari-hari. Karena peristiwa itu jarang-jarang terjadi maka kalau terjadi seolah-olah menggemparkan seluruh alam semesta dan menjadi buah bibir. Cara yang dewasa ialah melihat dalam peristiwa alam sekecil apapun dalam kehidupan sehari-hari (makan, bermain, ke sekolah, dan lain-lain) sebagai naiknya terang iman akan karya Allah Bapa. Karena mukzijat semacam ini terjadi setiap ada waktu, maka hampir tak ada gunanya juga untuk menceritakan satu peristiwa pun. Padahal samasama dasyat. Yang menjadi tantangan bagi Bapak-Ibu penuntun BIA-BIR ialah secara usia badan jiwa bapak-ibu sudah memasuki usia dewasa yang diandaikan iman akan mukzijat juga sudah dewasa, namun ternyata terjadi sebaliknya. Mereka setemperamen dengan anak BIA BIR. Siapa yang akan menuntun siapa? Tidakkah lambat laun bapak-ibu dan anak akan menjadi umpan empuk HP robot AI dan ASI, Generasi Baru Alfabet, generasi tanpa Ayah Ibu (generasi tanpa AI) dan generasi baru yang boleh dikatakan hampir tak pernah mencicipi Air Susu Ibu (ASI) Gereja?
Apa itu Air Susu Ibu (ASI) Gereja? ASI itu ialah Firman/Sabda/Kata/Nama Allah. Firman itu adalah Roh sebagaimana tertera dalam Kitab Suci PL dan PB. Kitab itu disebut Suci karena hanya ada satu Nama, yakni ALLAH. Nama kedua yang melekat dengan Nama itu ialah ABBA, BAPA. Nama/Kata tentu terdiri dari unsur dasarnya ialah Huruf/ Littera/Litterasi yang membentuk kesatuan arti dan makna. Generasi Lama Alfa Bet, Generasi Perdana PL-PB mengimani Huruf sebagai Roh pula (lebih dahulu). Dua huruf Ibrani/Arab, yang menjadi pembuka dan penutup KS PL dan PB ialah huruf A B. Huruf A menjadi dasar untuk Nama ALLAH (AL/EL). Huruf ini bersifat tertutup/misteri daripada wahyu. Dan huruf B bersifat terbuka/wahyu. Misteri dan wahyu itu tertera dalam nama ABBA. KS PL dibuka dengan dua Huruf B untuk kata Ibrani Beresit (Padamulanya) dan Bara (Menciptalah) El/Elohim (Allah) langit dan bumi (Kej 1:1). KS PB menutup KS dengan huruf A yang tertera dalam kata AMIN. Allah menginspirasi, membuka Roh-Nya ke dalam mulut para nabi, ibarat seorang Ibu melatih bayinya mengucapkan huruf A dan B sebagai pembuka dan penutup diri-Nya di dalam langit dan bumi. Sementara Yesus sebagai Anak (Bar/ Bin) dalam Kitab Wahyu berbahasa Yunani disebut Pembuka dan Penutup Huruf, yakni ALFA dan OMEGA (A dan O besar). Apakah Bapak/Ibu Gereja Teresa melatih anak BIA dan BIR buka KS atau malah mereka sibuk buka jendela HP? Marilah kita belajar dari Carlo Acutis santo Milineal berumur 15 tahun yang menjadi Kudus lewat HP. Belajar pula lewat Bunda Teresa yang mengajak anak BIA dan BIR agar ketika pakai HP jangan lupa tinggalkan sejenak untuk tersenyum pada diri sendiri dan Ayah-Ibu supaya jangan jadi robot ASI.
Penulis : Barnabas Ratuwalu - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa
JavaScript diperlukan untuk pengalaman terbaik. Silakan aktifkan JavaScript di pengaturan browser Anda.