Sebarkan Cinta Kemanapun Kamu Pergi

Panggilan pertama Bunda Teresa
Kita semua mengenal sosok Bunda Teresa dari Kalkuta, meskipun beliau dilahirkan pada tanggal 26 Agustus 1910 di Uskub, Skopje, Kerajaan Ottoman, Yugoslavia, dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu yang diberi nama : Agnes Gonxha Bojaxhiu. Beliau pada tahun 1931 mengucapkan kaul pertamanya sebagai biarawati, dan memilih nama Teresa, untuk menghormati kedua Santa dengan nama yang sama, yaitu Theresia Avila dan Theresia dari Lisieux.

Di tahun yang sama, sesuai dengan ketentuan umum kongregasi, Bunda Teresa memulai tahun pelayanannya bagi umat Tuhan. Ia dikirim untuk mengajar di sebuah sekolah putri, SMA Santa Maria, di Kalkuta, India. Di sini, Bunda Teresa memulai pelayanannya sebagai guru sejarah dan geografi. Ia pun sempat menjabat sebagai kepala sekolah, di tahun 1944. Perlu diketahui bahwa muridmurid SMA Santa Maria tersebut pada umumnya dari kalangan yang relatif berada yang dikelilingi masyarakat yang miskin, lapar, menderita dan terlantar, tertindas dan cacat.

Itulah sekelumit kisah panggilan pertama beliau: Suster Teresa yang bertubuh “sangat kecil, pendiam dan pemalu,” dan seorang suster yang “sangat biasa” kecuali totalitas pelayanannya dan kereligiusannya yang menyolok.

Panggilan ke-dua bagi Bunda Teresa
Bagi Bunda Teresa kehadirannya di Kalkuta bukan hanya sekedar untuk merealisasikan tugasnya sebagai seorang biarawati, tetapi di Kalkuta inilah beliau menemukan kehidupan sebagai seorang yang benar-benar percaya kepada Yesus dan mengasihi-Nya. Di Kalkuta inilah beliau menyaksikan sendiri dunia yang begitu multikomplek yang sangat mengusik hatinya yang paling dalam untuk berbuat sesuatu agar menjadikan hidup dan kehidupan yang lebih layak.

Bunda Teresa merupakan pribadi yang memiliki semangat dalam melayani dan juga mampu mengambil bagian dalam sengsara dan penderitaan Kristus yang solider dengan mereka yang menderita dan paling hina. (Bdk Mat 25:40). Bunda Teresa yang hati nuraninya sangat peka akan suara Yesus yang berbisik kepadanya “Aku Haus” (Bdk. Yoh 19:28) tergerak untuk berbelarasa dengan mereka. Beliau tidak mau hidup nyaman, sementara orang lain di sekitarnya haus, lapar, sakit, sekarat bahkan mati tanpa ada yang peduli atau mengurusnya .

Maka beliau merasa yakin bahwa Tuhanlah yang menggerakkan hatinya untuk meninggalkan kenyamanan pelayanan (comfort zone) bersama para Biarawati Loreto, agar dapat melayani di jalanan. “Aku mendengar panggilan Tuhan untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Kristus ke tempat tempat kumuh dan melayani Dia di dalam diri orang-orang yang termiskin di antara kaum miskin”.

Bunda Teresa kemudian mengambil sebuah pilihan (walau mesti melalui prosedur yang tidak mudah) yang di kemudian hari mengubah perjalanan hidupnya. Bunda Teresa bersama suster-suster Misionaris Cinta Kasih (Kongregasi baru: The Missionaries of Charity yang resmi berdiri di Keuskupan Agung Kalkuta pada tanggal 7 Oktober 1950) bahwa semua pelayanan yang mereka lakukan kepada yang menderita dan paling hina, mereka lakukan terhadap Kristus (Bdk. Mat 25:40).

Memanusiakan Manusia (Humanize Humans
Sebagaimana kita tahu, salah satu spiritualitas Bunda Teresa: “Engkau adalah Yesus Bagiku” Oleh sebab itu dalam karya pelayanan Bunda Teresa dan kawan-kawan kepada mereka yang miskin, menderita, haus, lapar dan terlantar, mendekati ajalnya, dianggap sampah oleh pemerintah dan juga masyarakat mapan berada, serta sudah tidak diperhitungkan keberadaannya, menjadi suatu berkat dan rahmat Tuhan yang memberikan kesempatan kepada Bunda Teresa dan kawan-kawan boleh melihat dan berjumpa serta melayani Tuhan yang ada dalam diri mereka.

Buah perjumpaan tersebut adalah:  tidak ada kata khawatir, takut ataupun menyerah” bagi Bunda Teresa dan kawan-kawan karena mereka melakukan semua itu, dari Kristus bersama Kristus dan kepada Kristus. Begitu juga mereka yang dilayani merasa bahagia karena mereka diangkat kembali harkat dan martabatnya sebagai Citra Allah. Kalaupun ada yang meninggal, mereka meninggal sebagai manusia dalam pelukan kasih (Deus Charitas Est: Tuhan adalah Kasih) dan mereka memancarkan senyum bahagia.

Pertanyaan Refleksi
1. Apa yang bisa anda petik dari kisah nyata tentang “Panggilan” dan “Pemberian Diri Bunda Teresa” sepenuhnya kapada Tuhan dan sesama?
2. Pemberian diri seperti apa yang akan anda lakukan dalam menggereja di Bumi Cikarang ini?
3. Kita berada dan tinggal di Paroki Cikarang Gereja Ibu Teresa merupakan panggilan dan perutusan. Yang menjadi pertanyaan : Anda masing-masing dipanggil dan diutus untuk apa? dan bagaimana anda menanggapi panggilan dan perutusan tersebut?

Semua Orang Ingin Hidup Bahagia
1. Delapan Sabda Bahagia (Mat 5:1-12) ajaran Yesus agar kita hidup bahagia dengan melakukan seperti apa yang Ia lakukan : “memberikan diri-Nya sepenuhnya kepada Bapa dan manusia”
2. Tuhan mengijinkan kita untuk mencicipi hidup bahagia melalui perayaan Ekaristi dan Adorasi Sakramen Maha Kudus. Kepenuhannya pada akhir jaman di mana kita hidup dalam persatuan dengan Tuhan
3. Tuhan telah melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada kita agar untuk mencapai kebahagiaan di dalam Tuhan. Artinya semua yang Tuhan anugerahkan kepada kita, kita arahkan demi kemuliaan-Nya .

Terimakasih. Salam sehat, kasih, sukacita, damai sejahtera.

Berkah Dalem.

Penulis : Aloysius Haryanto - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments