Hari Minggu, 5 April 2020, Gereja memasuki Pekan Suci di Tahun 2020 ini. Gereja mengajak kita untuk semakin dekat mengikuti Yesus yang setia kepada kehendak Bapa-Nya seperti dilaporkan keempat Injil, mulai dari Yesus dielu-elukan di Yerusalem (Mat. 21:1-11; Mrk. 11:1-10; Luk. 19:28-38; Yoh. 12:1219), perjamuan malam terakhir (Mat. 26:17-29, Mrk. 14:12-25, Luk. 22:7-38, Yoh. 13.1-38), penderitaan di Taman Getsemani (Mat. 26:36-46; Mrk. 14:32-42; Luk. 22:39-46), pengadilan dan hukuman mati, (Luk. 23:1-43; Mat. 27:1-31; Mrk. 15:1-20), Yesus wafat di atas kayu salib dan pemakaman-Nya (Mrk. 15:33-47; Mat. 27:57-61; Luk. 23:50-56; Yoh. 19:38-42), sampai dengan kebangkitan Yesus (Mrk. 16:1-8; Mat. 28:1-10; Luk. 24:1-12; Yoh. 20:1-10).
Lazim, adegan visualisasi Perayaan Pekan Suci digelar agar umat semakin mengendapkan makna misteri Salib Suci Yesus di sanubari hati menyongsong Paskah mulia kebangkitan Yesus serta menghidupinya dalam kehidupan konkrit setiap hari. Maka misteri salib Kristus tidak hanya menjadi perayaan ritual gerejani sesaat, tetapi menjadi jalan hidup kita sebagai pengikut Kristus. “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” (Luk. 9:23; Mat. 16:24; Mrk. 8:34).
Perayaan Pekan Suci kali ini pasti sangat berbeda dari kebiasaan. Perayaan Misa senza Populi atau Misa tanpa Umat. Umat terpaksa merayakan Pekan Suci dari rumah masing-masing, sambil mengikuti dengan penuh hikmat live streaming TVRI, RRI ataupun media online yang ada. Perayaan tanpa kehadiran umat secara langsung terpaksa menjadi pilihan mengikuti kebijakan publik untuk menjaga jarak dan menjauhi kumpulan orang (physical distance).
Perkembangan merebaknya wabah COVID-19 yang tengah menyerang segenap masyarakat penjuru dunia belum juga selesai. Inilah “Pandemi Kalvari 2020” kehidupan kita. Salib Kristus harus selalu menjadi tumpuan, kekuatan dan jalan hidup kita menuju kebangkitan mulia, hidup abadi bersama Kristus di surga abadi.
Seperti kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes, demikian permintaan Yesus kepada kita, “…duduklah disini…., Tinggallah disini dan berjaga-jagalah dengan Aku” (Mat.28:36-38) di tengah situasi takut dan cemas karena pandemi ini; tidak membuat salib Yesus menjadi lebih berat karena salah dan dosa-dosa kita, setia mengikuti Yesus di jalan salib seperti para wanita walaupun sambil ‘berdiri jauh-jauh”, seperti Simon dari Kirene yang mau memanggul salib Yesus (Mrk.15:20-21) demikian kita belajar meringankan beban orang lain; mencontohi Veronica yang menyapu wajah Yesus yang berlumuran darah dengan melayani orang yang sedang menderita; tidak seperti penjahat yang di salib dan mengolok-olok Yesus, seperti Yusus dari Arimatea yang berani menghadap dan meminta menurunkan jenazah Yesus dan mengafaninya (Mrk.15:43-46).
Kita belajar seperti Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus yang tahu “dimana Yesus dibaringkan” (Mrk. 15:47), lagi seperti Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus serta Salomeyang rela mengambil dari miliknya untuk membeli rempah-rempah dan mau meminyaki Yesus, dan kemudian mendengar kata-kata “Jangan takut! Kamu mencari Yesus…. Ia telah bangkit….” dan segera kembali memberi kesaksian tentang Yesus yang bangkit kepada orang lain (bdk. Mrk.16:1-8). Kita belajar seperti Rasul Paulus, “Aku telah disalibkan bersama dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristuslah yang hidup dalam diriku” (Gal.2:19-20).
Penulis : Bruno Rumyaru
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa