Injil Yoh.14:1-12 pada Minggu Paskah V ini memberikan penghiburan dan kekuatan iman kepada kita semua umat beriman, yang bersama dengan masyarakat sedang berjuang melawan penyebaran COVID-19. Amanat Tuhan Yesus sangat jelas, yaitu: “Jangan gelisah hatimu, percayalah kepada Allah dan percayalah juga kepadaKu” (ayat 1).
Di sini kita diajak untuk memiliki sikap beriman yang tepat dalam mengarungi suka-duka dinamika kehidupan. Dengan demikian ketika Tuhan bersabda, kita mampu menangkap-memahami amanat dan pesan Tuhan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Sikap tersebut terdiri dari : yang pertama, sikap percaya kepada Allah dan Tuhan Yesus. Percaya berarti mengiyakan, membiarkan diri dituntun dan dibimbing oleh Tuhan. Kita menyerahkan dan mengandalkan kuasa kasih dan kerahiman Tuhan.
Sikap yang kedua adalah sikap penuh pengharapan. Landasannya adalah bahwa Tuhan bangkit dan pergi kepada Bapa untuk mempersiapkan tempat kebahagiaan bagi kita (Bdk. ayat 2-4). Beriman dengan penuh pengharapan akan memberikan daya tahan, ketenangan-ketekunan dan kekuatan iman. Rasa gelisah akan pudar ketika pengharapan iman berkobar dalam hati kita. Kesulitan dan masalah tidak menjadi hambatan untuk diatasi, oleh karena besarnya iman kepercayaan dengan penuh pengharapan.
Sikap yang ketiga adalah keterbukaan. Sikap ini memerlukan proses transformasi (perubahan) dari kungkungan orientasi fokus pada pikiran sendiri ke orientasi yang berpusat pada kehendak ilahi. Santo Tomas (ayat 5) berada pada tahapan proses awal, yang masih mengandalkan orientasi pada pikiran sendiri sehingga belum bisa memahami yang dimaksudkan oleh Sabda Tuhan. Tomas mengatakan: “Tuhan, Kami tidak tahu kemana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”. Reaksi murid lain, Filipus, memperlihatkan tahapan sikap keterbukaan yang berfokus pada kehendak Tuhan. Hal itu tampak pada ungkapan “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami” (ayat 8).
Percaya kepada Tuhan dengan penuh pengharapan dan keterbukaan, perlu kita jadikan pegangan dalam sikap beriman saat-saat ini. Dengan demikian, dampak PSBB (pembatasan sosial berskala besar), rasa bosan tinggal di rumah, kesendirian, gegap gempita riak-riak kehidupan, kebiasaan budaya daring (online), tidak menghalangi perjumpaan pribadi umat beriman dengan Tuhan.
Melalui Kitab Suci, peristiwa-peristiwa hidup kini-tetangga-sesama dan alam semesta, Tuhan sedang menyapa secara pribadi dan bersabda kepada kita. Percaya dengan penuh pengharapan dan keterbukaan memampukan kita memahami Sabda kehendakNya, melaksanakannya dalam gerakan-gerakan karya amal kasih dan aneka bentuk pelayanan.
Penulis : Andreas Yumarma
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa