Pendidikan Kesehatan Sejak Dini

Sebuah Refleksi Iman dan Psikologi Rohani

Dewasa ini kesehatan menempati posisi yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa tubuh yang sehat orang sulit untuk bekerja dengan baik dan melaksanakan kegiatan beribadah baik di Gereja maupun di lingkungan masing-masing. Dari sudut pandang iman, kesehatan tidak hanya dilihat sebagai kondisi fisik semata, tetapi juga sebagai bagian dari keselamatan manusia secara menyeluruh. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2288) menegaskan bahwa hidup dan kesehatan fisik adalah karunia berharga dari Tuhan. Kita perlu menjaga dan merawat kehidupan dan kesehatan sehingga kita dapat mengembangkan diri dan menjadi dewasa sebagai orang beriman. Pendidikan kesehatan sejak dini penting sekali diajarkan dalam keluarga-keluarga Kristiani, agar anak-anak dapat bertumbuh menjadi individu-individu yang sehat secara fisik, emosional, iman dan spiritual. Tubuh sebagai Bait Roh Kudus Rasul Santo Paulus dalam 1 Korintus 6:19-20 menyampaikan bahwa tubuh manusia adalah "Bait Roh Kudus". Oleh karena itu, tubuh atau badan kita harus dijaga dan dirawat dengan penuh tanggung jawab. Dalam perikop 1 Korintus 6:19-20, Rasul Santo Paulus mengajarkan bahwa tubuh manusia bukan hanya sekadar wadah fisik, tetapi merupakan "Bait Roh Kudus" yang diberikan oleh Tuhan. Dalam terang rahmat Paskah, tubuh dan jiwa kita sepenuhnya telah menerima rahmat penebusan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Oleh karena itu, setiap orang dipanggil untuk menghormati dan merawat tubuh dan jiwanya dengan penuh tanggung jawab sebagai perwujudan iman dan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan.

Menjaga tubuh berarti memastikan bahwa kita menjalani hidup dengan pola yang sehat, seperti makan makanan bergizi dengan baik, beristirahat cukup, dan menghindari segala bentuk penyalahgunaan yang dapat merusak tubuh atau badan kita. Santo Paulus mengajak umat Kristiani untuk menjauhi tindakan yang bertentangan dengan kesucian tubuh, seperti perbuatan tidak bermoral atau kebiasaan minum alkohol, merokok dan lain sebagainya yang dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan merusak kesehatan, serta merendahkan martabat diri manusia. Dengan merawat tubuh, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik tetapi juga mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas spiritual untuk hidup beriman teguh dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap orang dipanggil untuk merawat tubuhnya dengan cara yang sesuai dengan ajaran Kristus. Dengan hidup secara bertanggung jawab, kita mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang menekankan kasih, penghormatan, dan kesucian. Tubuh yang sehat dan dijaga dengan baik memungkinkan seseorang untuk lebih aktif dalam pelayanan dan kehidupan rohani, sehingga dapat menjadi sarana untuk benar-benar memuliakan Tuhan. Dalam pewartaan Kerajaan Allah, Yesus memberikan teladan kasih dan kuasa-Nya melalui mukjizat penyembuhan bagi mereka yang menderita. Melalui karya mukzijat penyembuhan Yesus juga menunjukkan pentingnya hidup dan badan yang sehat. Dalam Injil Matius 8:1-17, kita melihat bagaimana Yesus menyembuhkan berbagai macam orang, mulai dari penderita kusta yang datang dengan penuh iman, hamba seorang perwira yang disembuhkan hanya dengan sepatah kata, hingga ibu mertua Petrus yang segera bangkit dan melayani setelah Yesus menyentuhnya. Dengan tindakan ini, Yesus tidak hanya menyembuhkan fisik mereka tetapi juga membawa harapan dan pemulihan bagi jiwa mereka.

Mukjizat penyembuhan di atas mengajarkan bahwa belas kasih dan kuasa Tuhan tidak terbatas pada kelompok tertentu. Orang-orang yang disembuhkan Yesus berasal dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang dianggap rendah oleh masyarakat, seperti penderita kusta. Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang, tanpa memandang status, kondisi kesehatan, atau latar belakang sosial. Ajakan menjaga dan merawat kesehatan oleh karenanya juga ditujukan kepada semua orang. Setiap tindakan penyembuhanNya adalah wujud nyata dari cinta Tuhan yang tanpa batas dan ajakan untuk merawat kesehatan, sekaligus menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah yang menyembuhkan hadir di tengah manusia.

Melalui mukjizat-mukjizat penyembuhan, Yesus mengundang setiap orang untuk percaya dan mendekat kepada-Nya. Ia menunjukkan bahwa kuasa Tuhan mampu memulihkan kesehatan dan memberikan kehidupan yang baru bagi mereka yang percaya. Pesan ini tetap relevan hingga saat ini, mengingat bahwa penyembuhan tidak hanya terjadi secara fisik tetapi juga secara spiritual. Dengan beriman dan berserah kepada Tuhan, setiap orang dapat merasakan kasih dan pemulihan kehidupan dan kesehatan yang lebih baik. Dalam psikologi rohani (Bdk. Lazar, 2019), tubuh dipandang sebagai bagian integral dari keberadaan manusia yang memiliki dampak pada jiwa. Ada istilah “mens sana in corpore sano” yang artinya jiwa yang sehat ada ditubuh yang sehat. Kondisi fisik yang baik akan membantu seseorang menjalani kehidupan rohani dengan lebih optimal. Oleh karena itu keluarga-keluarga Katolik perlu memberikan pendidikan kesehatan sejak dini kepada anak-anak bahwa menjaga kesehatan bukan hanya kewajiban moral saja, tetapi juga merupakan tindakan iman dan spiritual. Psikologi Rohani Pendidikan Kesehatan Psikologi rohani (Vieten & Lukoff 2022) dalam perspektif Katolik mengajarkan bahwa kesehatan bukan hanya tentang kesejahteraan fisik, tetapi juga keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Beberapa prinsip penting yang harus diajarkan kepada anak-anak meliputi: Pertama, kesadaran akan diri sebagai ciptaan Tuhan. Anak-anak perlu diajari sejak dini bahwa tubuh mereka adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan baik.


Dengan contoh teladan orang tua, kakak-kakak dan adik-adiknya kesadaran ini akan membantu mereka menjalani kehidupan dengan lebih penuh rasa syukur dan tanggung jawab. Kedua, kebiasaan doa dan meditasi untuk menjaga ketenangan batin dan mengelola stres atau kecemasan. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2725) mengajarkan bahwa doa adalah "kehidupan baru dari hati." Mengajarkan anak-anak tentang doa dan meditasi akan membantu mereka mengelola emosi, kecemasan dan stres dengan cara yang sehat dan dilakukan sejak dini di dalam keluarga. Ketiga, menghindari kebiasaan destruktif terhadap tubuh sejak dini. Anak-anak sejak dini perlu ditumbuhkan kesadaran akan bahaya ketergantungan fisik akibat alkohol, merokok dan narkoba. Menurut KGK 2290, segala bentuk penyalahgunaan zat seperti alkohol dan narkoba adalah tindakan yang bertentangan dengan kehormatan tubuh manusia. Sejak dini, anak-anak perlu memahami pentingnya menjaga tubuh dan menghindari kebiasaan yang dapat merusak kondisi tubuh manusia. Keempat, keluarga perlu mengajarkan sejak dini pengetahuan anak-anak tentang akses kesehatan untuk mendukung kesejahteraan fisik dan mental anak-anak sebagai pilar masa depan Gereja. Anak-anak harus diberikan akses kepada informasi dan kebiasaan hidup sehat yang sejalan dengan nilai-nilai Kristiani.

Zaman teknologi digital sering membuat anak menghabiskan waktu dengan gadget dan duduk berjam-jam di dalam rumah. Akibatnya pola makan yang tidak diimbangi dengan pergerakan badan sering menimbulkan obesitas anak-anak kita. Oleh karena itu pola makan yang sehat dan olah raga perlu ditanamkan sejak dini sebagai sikap iman untuk memelihara dan menjaga kesehatan. Makanan yang baik bukan hanya untuk pemenuhan nutrisi, tetapi makan sehat yang dikonsumsi juga merupakan bentuk penghormatan tubuh sebagai ciptaan Tuhan. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2415) mengajarkan bahwa "segala sesuatu yang diciptakan harus digunakan dengan bijaksana." Oleh karena itu, pendidikan kesehatan melalui makan sehat dan olah raga sejak dini harus mencakup: makan dengan penuh kesadaran dan tidak berlebihan (KGK 2288), Menghindari pola makan yang merusak kesehatan atau tidak seimbang, serta menghormati lingkungan dengan memilih makanan yang tidak menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap alam.

Santo Paulus berbicara tentang pentingnya menjaga tubuh dengan disiplin. Olahraga tidak hanya berfungsi untuk menjaga kebugaran fisik tetapi juga membantu membangun karakter melalui kedisiplinan dan kerja sama (Bdk. 1 Korintus 9:27). Dalam psikologi rohani, aktivitas fisik memiliki manfaat besar dalam menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran. Olah-raga membantu memperlancar peredaran darah, melatih kerja jantung dengan baik, mengurangi stres dan meningkatkan ketenangan batin yang berkontribusi pada pertumbuhan rohani seseorang. Mengajarkan nilai-nilai kesehatan sejak dini dalam kehidupan sehari-hari Pendidikan kesehatan sejak dini sebaiknya bersifat menyeluruh (holistik), mencakup aspek fisik dan psikologi rohani. Dengan mengajarkan nilai-nilai iman Katolik tentang kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak dapat memahami bahwa menjaga kesehatan adalah bentuk penghormatan terhadap Tuhan dan bagian dari panggilan hidup sebagai umat beriman. Menjaga kebersihan, merawat tubuh dengan makan bergizi secara teratur, olah raga teratur dan istirahat cukup adalah tindakan yang selaras dengan iman Katolik yang menjunjung tinggi kehidupan.

Di era digital sekarang ini, banyak anak-anak menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar tanpa cukup bergerak. Sebagai orang tua dan anggota keluarga, kita memiliki tanggung jawab untuk menanamkan kebiasaan
hidup sehat sejak dini. Keseimbangan antara aktivitas duduk dan pergerakan tubuh bukan sekadar menjaga kesehatan fisik, tetapi juga melatih disiplin dan tanggung jawab terhadap tubuh yang telah diberikan oleh Tuhan. Mengajak anak-anak untuk bermain diluar, berolahraga, atau sekadar berjalan-jalan bersama keluarga adalah cara sederhana tetapi bermaknauntuk menjaga kesehatan dan membangun hubungan yang lebih erat.

Selain aktivitas fisik, menjaga pola makan sehat juga merupakan bentuk penghormatan terhadap anugerah Tuhan. Tubuh kita adalah ciptaan-Nya yang luar biasa, dan kita dipanggil untuk merawatnya dengan baik. Memberikan nutrisi cukup untuk kesehatan mata, pertumbuhan otak, dan seluruh organ tubuh bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga wujud iman dalam menjaga kehidupan. Mengajarkan anak-anak untuk memilih makanan bergizi dan memahami pentingnya pola makan sehat akan membantu mereka tumbuh kuat, cerdas, dan penuh semangat dalam menjalani hidup.

Kesehatan fisik dan rohani sebaiknya berjalan beriringan. Ketika tubuh sehat, pikiran dan hati pun lebih mudah untuk menerima kebaikan dan menjalani kehidupan dengan penuh syukur. Sebagai keluarga, mari bersama-sama menciptakan pola hidup yang seimbang, mengutamakan kesehatan, dan menjadikan setiap tindakan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan. Dengan langkah-langkah sederhana ini, kita tidak hanya membangun masa depan yang lebih baik bagi anak-anak, tetapi juga menunjukkan bahwa iman sejati hadir dalam tindakan nyata sehari-hari.

 

Referensi
Lazar, F. rans L. (2019). Integrasi Psikologi Konseling Dalam Spiritual Direction. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 11,1(10), 127.
Vieten, C., & Lukoff, D. (2022). Spiritual and religious competencies in psychology. American Psychologist, 77(1), 26–38. https://doi.org/10.1037/amp0000821
Katekismus Gereja Katolik, Catechism of the Catholic Church, didownload dari: https://www.stignatiuspj.org/
wp-content/uploads/2021/09/katekismus-gereja-katolik.pdf pada tanggal 5 Mei 2025.

Anastasia Bintari Kusumastuti
Tim Kontributor Kolom Katekese


Post Terkait

Comments