Pembantu rumah tangga memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, Pengertian pekerja rumah tangga adalah orang yang bekerja dalam rumah tangga dan/atau lingkungan sekitar rumah tangga untuk membantu tugas-tugas rumah tangga dan/atau kepentingan keluarga. Pasal 3, Pekerja rumah tangga memiliki hak yang sama dengan pekerja pada umumnya, kecuali ketentuan yang berbeda diatur dalam peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, dan/atau kesepakatan yang dibuat antara pekerja dan pengusaha. Pasal 77, Pemberi kerja wajib memberikan upah, status sosial, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta jaminan sosial bagi pekerja rumah tangga. Pasal 79, Pengusaha atau majikan dilarang melakukan diskriminasi terhadap pekerja rumah tangga berdasarkan jenis kelamin, agama,ras dan status sosial ekonomi. Pasal 93, Pengusaha/majikan dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja kepada pekerja rumah tangga secara sepihak tanpa bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan... Pasal 94, Pengusaha atau majikan wajib memberikan surat keterangan kerja kepada pekerja rumahtangga sebagai bukti bahwa pekerja tersebut pernah bekerja. Pembantu rumah tangga memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam perspektif iman, mereka adalah individu yang patut dihormati dan diperlakukan dengan baik. Pertamatama, kita harus menghargai pekerjaan mereka dan mengakui nilai kontribusi yang mereka berikan untuk keluarga dan masyarakat.
Sebagai manusia yang beriman, kita dituntut untuk memperlakukan pembantu rumah tangga dengan adil dan penuh kasih sayang. Kita harus memberikan mereka hak-hak yang layak, termasuk hak atas upah yang sesuai, jaminan kesejahteraan, dan hak untuk istirahat yang cukup. Kita juga harus memastikan bahwa mereka bekerja dalam lingkungan yang aman dan nyaman.
Dalam perspektif iman, pembantu rumah tangga adalah saudara dan teman seiman. Kita harus bersikap ramah, sabar, dan saling membantu dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Kita juga harus menghargai perbedaan dalam keyakinan dan budaya mereka, serta memberikan ruang bagi mereka untuk beribadah sesuai dengan kepercayaan mereka.
Sebagai orang beriman, kita harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pembantu rumah tangga. Kita dapat melibatkan mereka dalam kegiatan keluarga, seperti berbincang-bincang atau mengikuti acara keagamaan bersama. Dengan begitu, kita dapat memperkuat ikatan persaudaraan dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan mereka.
Dalam perspektif iman, pembantu rumah tangga juga memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Kita harus memberikan dukungan dan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan mereka. Kita dapat memberikan akses ke pendidikan atau pelatihan yang relevan, sehingga mereka dapat mencapai potensi terbaik mereka.
Sebagai umat beriman, kita juga harus menjaga keselamatan dan kesehatan pembantu rumah tangga. Kita harus memastikan bahwa mereka memiliki akses yang memadai pelayanan kesehatan dan diberikan perlindungan yang diperlukan. Kita juga harus memperhatikan kondisi kerja mereka dan memberikan perlindungan terhadap eksploitasi atau pelecehan.
Dalam perspektif iman, pembantu rumah tangga adalah pelayan yang setia dan dapat diandalkan. Kita harus menghormati mereka dan memberikan penghargaan atas kerja keras dan dedikasi mereka. Kita juga harus beru saha untuk membangun hubungan yang saling percaya dan menghormati batas-batas pribadi mereka.
Dalam kesimpulannya, pembantu rumah tangga dalam perspektif iman adalah individu yang patut dihormati dan diperlakukan dengan baik. Kita harus mengakui nilai kontribusi mereka, memperlakukan mereka dengan adil dan penuh kasih sayang, serta memberikan dukungan dan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam hubungan dengan pembantu rumah tangga, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan dan menjaga persaudaraan yang erat.
Dalam perspektif iman, mereka adalah individu yang patut dihormati dan diperlakukan dengan baik. Pertamatama, kita harus menghargai pekerjaan mereka dan mengakui nilai kontribusi yang mereka berikan untuk keluarga dan masyarakat.
Sebagai manusia yang beriman, kita dituntut untuk memperlakukan pembantu rumah tangga dengan adil dan penuh kasih sayang. Kita harus memberikan mereka hak-hak yang layak, termasuk hak atas upah yang sesuai, jaminan kesejahteraan, dan hak untuk istirahat yang cukup. Kolose 3:23-24 “Carilah kemurahan hati dan sukacita dalam bekerja, karena yang demikianlah yang disetujui oleh Allah”. Dalam Kitab Suci Pengkhotbah 9 :10 disana dituliskan Dalam segala pekerjaanmu ingatlah kepada Penciptamu,- supaya jalanmu beruntung di seluruh perjalanan. Kita sebagai kaum beriman maka kita juga harus memastikan bahwa mereka bekerja dalam lingkungan yang aman dan nyaman.
Dalam perspektif iman, pembantu rumah tangga adalah saudara dan teman seiman. Kita harus bersikap ramah, sabar, dan saling membantu dalam menjalani kehidupan seharihari. Kita juga harus menghargai perbedaan dalam keyakinan dan budaya mereka, serta memberikan ruang bagi mereka untuk beribadah sesuai dengan kepercayaan mereka.
Sebagai orang beriman, kita harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pembantu rumah tangga. Kita dapat melibatkan mereka dalam kegiatan keluarga, seperti berbincang-bincang atau mengikuti acara keagamaan bersama. Dengan begitu, kita dapat memperkuat ikatan persaudaraan dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan mereka sebagai saudara.
Dalam perspektif iman, pembantu rumah tangga juga memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Kita harus memberikan dukungan dan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Kitab Daniel 12: 3 mengatakan: “Pelayan-pelayan yang bijaksana akan memimpin orang banyak menuju kebenaran, seperti bintang-bintang di langit selamanya”.. Kita dapat memberikan akses ke pendidikan atau pelatihan yang relevan, sehingga mereka dapat mencapai potensi terbaik.
Sebagai umat beriman, kita juga harus menjaga keselamatan dan kesehatan pembantu rumah tangga. Kita harus memastikan bahwa mereka memiliki akses yang memadai ke layanan kesehatan dan diberikan perlindungan yang diperlukan. Kita juga harus memperhatikan kondisi kerja mereka dan memberikan perlindungan terhadap eksploitasi atau pelecehan.
Dalam perspektif iman, pembantu rumah tangga adalah pelayan yang setia dan dapat diandalkan. Kita harus menghormati mereka dan memberikan penghargaan atas kerja keras dan dedikasi mereka. Kita juga harus berusaha untuk membangun hubungan yang saling percaya dan menghormati batas-batas pribadi mereka.
Dalam kesimpulannya, pembantu rumah tangga dalam perspektif iman adalah individu yang patut dihormati dan diperlakukan dengan baik. Kita harus mengakui nilai kontribusi mereka, memperlakukan mereka dengan adil dan penuh kasih sayang, serta memberikan dukungan dan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam hubungan dengan pembantu rumah tangga, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan dan menjaga persaudaraan yang erat. Kesimpulannya dari perspektif hukum dan iman adalah bahwa pembantu rumah tangga memiliki hak-hak yang sama dengan pekerja-pekerja lainnya dan harus diperlakukan dengan baik dan adil. Sebagai majikan, kita harus selalu berusaha untuk menunjukkan penghargaan, rasa empati dan perhatian terhadap pembantu rumah tangga. Semua itu sebagai upaya untuk menciptakan kualitas hidup yang baik bagi semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, marilah bersikap bijaksana dan bertanggung jawab dalam memperkerjakan pembantu rumah tangga dalam kehidupan kita sehari -hari.
Mother Teresa juga mengajarkan bahwa cinta sejati tidak memandang latar belakang, status sosial, agama ataupun ras seseorang. Ia selalu menekankan bahwa setiap orang pantas mendapatkan cinta dan penghargaan . Dengan demikian marilah kita selalu mencintai siapa pun termasuk pembantu rumah tangga kita dengan cinta kasih sayang yang tulus dan tanpa syarat. Amin
Anastasia Bintari Kusumastuti - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa