Parousia Kehidupan

Tahun Liturgi Gereja kita telah sampai ke penghujungnya, ketika kita merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Raja semesta alam. Perjalanan kehidupan (baca: liturgi) Gereja telah tiba di puncaknya. Gereja secara simbolik merayakan puncak peziarahannya, yakni Parousia atau ‘kedatangan kedua Kristus’, Sang Raja alam semesta, yang lazim disebut sebagai ‘akhir zaman’. Warna liturgi ‘putih’ mau menyampaikan pesan liturgis tentang kemuliaan Yesus dalam kekuasaan-Nya atas semua yang hidup bahkan segenap alam semesta. Kita simak pesan Kitab Suci melalui Gereja kita.

1. Pesan Biblis – gambaran apokaliptik – Kedatangan Tuhan dan pengadilan kehidupan
Perikop Injil (Mat.25:31-46) yang dibaca pada hari Minggu ini adalah bagian akhir khotbah Yesus tentang akhir zaman yang dicatat oleh Matius, pasal 24 dan 25. Akhir dari khotbah Yesus tentang akhir zaman itu diberi judul ‘penghakiman terakhir. Yesus sendiri menggambarkan kedatangannya, seperti dicatat oleh Matius, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya” (Mat. 25:31).
Di tempat lain, Matius menggambarkan, “Karena Anak Manusia akan datang dengan para malaikatnya dalam kemuliaan Bapa-Nya, dan kemudian Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan tingkah lakunya” (Mat. 16:27). Injil Markus mencatat, “Dan kemudian mereka akan melihat 'Anak Manusia datang di awan' dengan kekuatan dan kemuliaan yang besar, dan kemudian dia akan mengutus para malaikat dan mengumpulkan orang-orang pilihannya dari empat penjuru mata angin, dari ujung bumi sampai ujung langit” (Mrk. 13:26-27). Kisah para Rasul (1:11) mencatat, “Mereka (dua orang berpakaian putih) berkata, "Orang-orang Galilea, mengapa kamu berdiri di sana memandang ke langit? Yesus yang telah terangkat darimu ke surga ini akan kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat dia pergi ke surga”. Paulus memberikan gambaran apokaliptisnya tentang Parousia dan hasil dari justifikasi kehidupan kita dalam Kristus, katanya, “Karena Tuhan sendiri, dengan firman perintah, dengan suara penghulu malaikat dan dengan terompet Allah, akan turun dari surga, dan orang mati di dalam Kristus akan bangkit lebih dulu. Kemudian kita yang hidup, yang tersisa, akan diangkat bersama-sama dengan mereka di awan untuk bertemu dengn Tuhan di udara. Jadi kita akan selalu bersama Tuhan. Oleh karena itu, hiburlah satu sama lain dengan kata-kata ini” (1 Tes. 4:16-18).

2. Kedatangan Tuhan – Pemenuhan kehidupan Kristiani
Gereja percaya bahwa kedatangan Yesus yang kedua akan mengakhiri sejarah kehidupan ini. semua akan diubah, baik yang hidup maupun yang mati (bdk. 1Kor. 15:51-56). Maka gereja mengajarkan bahwa tujuan hidup kita bukanlah di dunia ini, melainkan pada kehidupan kekal ketika Kristus datang untuk menjemput kita. Kedatangan Tuhan, demikian menjadi pengharapan bagi semua orang yang hidup dalam Kristus (bdk. 1Tes. 4:16-18).
Kedatangan Tuhan yang kedua menyempurnakan penebusan yang telah terjadi melalui inkarnasi, dan diimani sebagai pokok kebenaran yang membawa hidup mulai dari dunia ini sampai pada pemenuhannya di dalam Rumah Bapa. Kata Yesus, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada” (Yoh. 14:1-3). Gereja percaya bahwa Tuhan sendirilah yang telah menebus, dan tengah memimpin umat-Nya, menguatkannya dengan karunia-karunia (buah-buah Roh), menggembalakan umat-Nya (bdk.
Yoh.10:1-18; Yeh. 34:11-17; Mzm. 23:1-6). Rasul Paulus memberikan gambaran tentang kemenangan dalam Kristus, ketika menulis, “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. … Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua” (1Kor. 15:26,28).

Penulis : Bruno Rumyaru

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments