Saudara/i yang terkasih, Minggu ini adalah Minggu Palmarum disebut juga sebagai Minggu Sengsara karena Kristus telah mendekati saat-saat penderitaan-Nya sebagai Mesias, Raja Damai, dan Juruselamat. Ketika me- masuki Yerusalem Dia disambut dengan seruan “Hosanna, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan”.
Menunggang keledai merupakan gambaran kerendahan hati, kelembutan dan kedamaian. Yesus bukanlah Raja Israel dalam arti politis, tetapi Yesus adalah Raja Damai. Yesus bukanlah Juruselamat dalam arti pahlawan perang gagah perkasa yang turun ke medan pertempuran dengan senjata untuk membebaskan orang Israel dari belenggu kolonialisme Roma, tetapi Yesus adalah Juruselamat Dunia, yang mau mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk membebaskan seluruh manusia dari belenggu dosa. Yesus memasuki Yerusalem untuk mewujudkan cinta kasih dan karya penyela- matan-Nya. Betapapun hanya meng- endarai keledai, sambutan untuk Yesus pun terlihat meriah ketika memasuki Yerusalem. Orang-orang menghamparkan pakaiannya di jalan (Lukas 19:36), bergembira dan memuji Allah (Lukas 19:37).
Ketika Raja Kemuliaan itu datang dan hadir dalam kehidupan kita, apakah kita menyambutnya dengan sukacita yang sama besar seperti yang dirasakan oleh para murid pada waktu itu? Apakah yang kita lakukan untuk meng- ekspresikan rasa sukacita kita tersebut? Murid-murid mengelu-elukan Yesus dan menggelar pakaian mereka di jalan yang dilalui oleh Yesus.
Marilah kita juga bersorak-sorai dan memberikan persembahan kita seba- gai wujud rasa syukur kita atas kedatangan-Nya dalam kehidupan kita. Sebagai rasa syukur, haruslah kita meneladani Dia yang menjadi pembawa damai dan hidup dalam kerendahan hati. Merayakan dan mengenang bagaimana rakyat mengelu-elukan Yesus sebagai Mesias dan Raja Israel.
Sifat tata liturgi Minggu Palma ditandai dengan 'suka' dan 'duka', 'pemuliaan' dan 'perendahan', 'penerimaan' dan 'penolakan'.
1. Perarakan (Prosesi): Dengan gagah dan diiringi sorak sorai, Yesus masuk kota Yerusalem yang disambut dengan gegap gempita dengan berseru: "Hosanna bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Hosanna di tempat yang maha tinggi". Suasana meriah ini ditampilkan dalam prosesi umat dengan melambaikan daun palma di tangan.
2. Kisah Sengsara: dalam liturgi Sabda, suasana berubah sedih dan mencekam. Teriakan penolakan dan amarah dengan teriakan "salibkan Dia". Kon- tras antara kemuliaan dan penghinaan. “Hosanna-hosanna” berubah menjadi “salibkan-salibkan”.
Hari ini kita berprosesi. Kita berseru bahwa Yesus itu Mesias. Kita ikut berseru "Hosanna". Tetapi seruan kitab tetap, tidak akan pernah berubah seperti orang Israel. Yesus disambut meriah tetapi tak berapa lama kemudian berbalik melawan dengan berkata 'salibkan'. KONSISTENSI bukan inkonsistensi. Keteguhan pendirian jangan gampang berubah-ubah sikap. Ber- iman itu adalah ketetapan sikap walau harus berhadapan dengan tantang- an.
Pengalaman hidup manusia itu boleh jadi ada sisi 'up and down': ada jatuh bangunnya. Tetapi harus tetap pendirian konsisten. Walau harus memikul salib, maka tetap dilakukan, sebab dalam salib itu ada kemenangan. Kesetiaan adalah sikap yang harus ditegaskan dalam menghidupi iman kekristenan. Semoga amin.
Selamat Hari Minggu & Memasuki Pekan Suci!
Sumber: Sr. Teresa SFMA
Sumber gambar: Dokumen Pribadi Warta Teresa