Mengubah Mindset Pendidikan Lingkungan Hidup - Pertobatan Ekologis

KEPEDULIAN ATAU CINTA PADA LINGKUNGAN HIDUP ADALAH JUGA BAGIAN INTI
IMAN KITA, OLEH SEBAB ITU SPIRITUALITAS: “BUMI ADALAH RUMAH KITA BERSAMA
UNTUK SELURUH CIPTAAN ALLAH, KITA WUJUD NYATAKAN DENGAN SEGERA”

Pada tanggal pada 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia diselenggarakan konferensi pertama PBB soal lingkungan hidup manusia. Buah-buah konferensi tersebut antara lain, ditetapkannya tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan terbentuknya United Nations Environment Programme (UNEP) yang merupakan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengoordinir kebijakan mengenai alam dan menggalakkan sustainable development di dunia.

Dengan demikian sudah menjadi semakin nyata bahwa masalah lingkungan hidup telah menjadi masalah dunia. Masalah lingkungan hidup telah menjadi masalah yang multi kompleks dan serius, oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya untuk mengatasinya dengan segenap daya (power), sepenuh hati, budi pikiran dan perbuatan sesegera mungkin, jangan ditunda-tunda.

Ingat waktu sangat berharga (contoh microsleep - mengantuk dalam sepersekian detik disaat mengendarai kendaraan bisa berakibat fatal). Karena begitu multi kompleksnya masalah lingkungan hidup, maka pendekatan untuk mengatasinya juga sangat kompleks.

Kita sebagai umat Katolik sudah sewajarnya kalau kita harus berani menjadi pelopor kepedulian pada lingkungan hidup, atau yang sering disebut ‘go green’ memang juga bersemangat kristiani, yaitu semangat menjaga ciptaan sebagai mitra Allah. Kita juga dibekali ajaran ajaran yang sudah
tertanam dalam hati kita , antara lain :

1. Allah terlebih dahulu menciptakan alam semesta atau jagad raya ini sebelum menciptakan manusia. Allah melihat bahwa seluruh alam semesta itu baik. Bahkan setelah Allah menciptakan manusia (Kej 1:31) maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Menurut permenungan saya pribadi, Allah sungguh amat peduli dan mengerti apa saja yang menjadi kebutuhan manusia, maka Allah telah menyediakannya terlebih dahulu.

2. Manusia yang diciptakan menurut gambar dan citra Allah sendiri, dipanggil dan diutus menjadi mitra atau rekan sekerja Allah untuk memelihara, menjaga dan melestarikan jagad raya supaya tetap baik, bahkan menjadi lebih baik, untuk itu manusia telah dianugrahi kehendak bebas (free will) serta akal budi.(bdk Kej 1:26-28).

3. Namun manusia telah menyalahgunakan kehendak bebasnya dengan lebih memilih non serviam daripada serviam, manusia jatuh ke dalam dosa, atau berpaling dari Allah

4. Kita pun sebagai keturunan Adam dan Hawa sering lupa, bahkan kurang peduli akan amanat-Nya untuk melestarikan jagad raya ini, dikarenakan kita dikuasai rasa ketidakpedulian, kesombongan, keserakahan, ketamakan, kerakusan, egoisme bahkan ego sentris lebih menjadi pilihan kita(tidak semua kita) yang berakibat bumi kita saat ini sedang mengalami krisis ekologi yang begitu parah. Kerusakan-kerusakan terhadap alam terjadi dimana-mana.

5. Puji Tuhan, masih banyak juga yang dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab melakukan berbagai upaya pelestarian untuk memulihkan keadaan alam semesta.
Antara lain :
5.1. Para Pemimpin Gereja Katolik melalui KV II : Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa ini(
Gaudium et Spes, art. 69) dituliskan, "Allah menghendaki supaya bumi beserta segala isinya digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa". (Paulus VI , 7 Dec 1965).
5.2.
26 Maret 1967 Paus Paulus V dalam ensiklik "Populorum Progressio (Perkembangan Orang-orang)” no. 34, menekankan pentingnya Gereja mendampingi masyarakat untuk melindungi sumber daya alam dari penindasan dan keserakahan manusia.
5.3. Deklarasi Stockholm 1972 yang ditetapkan oleh PBB yang mengandung 26 Kaidah yang menjadi topik utama antara lain masalah Lingkungan Hidup.(Namcy K Kubasek – Gary S. Silverman dalam buku Environmental Law hal 259).
5.4.
07 Juli 2009 Paus Benedictus XVI dalam Ensiklik Sosial Caritas in Veritate (Kasih Dalam Kebenaran)” no.48, ingin mengatakan bahwa, alam merupakan anugerah Allah bagi semua orang, sehingga harus dikelola secara bertanggungjawab.
5.5. APP KAJ 2013, Tema APP (Aksi Puasa Pembangunan) Keuskupan Agung Jakarta tahun 2013 yang lalu adalah “Makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa.” Termaktub di dalamnya bahwa iman, yang berarti meyakini cinta Tuhanpada manusia, akan mengalir dalam persaudaraan dengan sesama dan akan menumbuhkan belarasa pada yang menderita. Kita diajak untuk semakin menyadari bahwa penderitaan manusia tidak lepas dari ‘penderitaan’ yang dialami bumi seisinya. Dengan kata lain, belarasa kita tidak hanya langsung pada sesama yang menderita, tetapi juga melalui belarasa pada ciptaan Tuhan yang lain. Sehubungan dengan hal itu, untuk tahun 2013, dengan spiritualitas sebagai mitra atau rekan sekerja Allah, kita mau bersama melakukan gerakan sederhana, yaitu pantang plastik dan styrofoam. Pan-Tik-Foam lebih berupa gagasan, bukan kewajiban, karena yang paling pokok adalah bagaimana dengan tindakan yang sederhana kita mewujudkan kepedulian dan cinta kita. Tidak sedikit upaya dan kreativitas yang belum disebutkan disini misalnya kerja bakti di RT&RW, penghijauan di halaman rumah, gerakan peduli lingkungan hidup dan lain-lain, juga bisa berkembang lebih jauh. Karena itu, gagasan ini lebih bersifat pemancing, supaya bisa ditindaklanjuti dan dikembangkan sesuai konteks masing-masing.
5.6. 3 Juli 2019 Paus Yohanes Paulus II, Pertobatan Ekologis: “Krisis ekologi terjadi sebagai akibat dari kemerosotan moral manusia, terlebih dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi digunakan oleh berbagai industri untuk mengeksploitasi alam dan meracuninya dengan limbah yang dihasilkan.” Kemerosotan moral membuat manusia semakin tidak peduli terhadap alam. Keterlibatan moral dalam masalah ekologi yang paling mendalam, ditandai oleh kurangnya rasa hormat manusia terhadap alam, seperti banyaknya pola pencemaran. Yohanes Paulus II mengatakan: “Ini terlihat dalam kegiatan perindustrian, yang mana manusia dibelenggu oleh keegoisan dan keserakahan, sehingga yang menjadi utama adalah hasil, sedangkan tidak pernah sedikitpun mempertimbangkan dampaknya bagi alam.”
5.7. 18 Jun 2015 Paus Fransiskus menerbitkan “Ensiklik Laudato Si“ . Paus Fransiskus dalam ensiklik "Laudato Si" menyampaikan perlunya konversi ekologi, yakni kesadaran religius untuk memperhatikan terwujudnya kondisi lingkungan berkelanjutan di bumi yang menjadi rumah bersama seluruh ciptaan. Paus Fransiskus juga menyatakan bahwa “kita memerlukan pendekatan ekologis yang baru yang dapat mengubah cara kita tinggal di dunia, gaya hidup kita, relasi kita dengan sumber daya alam pada umumnya dan cara pandang kita terhadap kemanusiaan dan kehidupan” (Pesan Paus Fransiskus lewat video pada tanggal 24 Mei 2021).
5.8. Pada tanggal 2-3 Juni 2022, banyak perwakilan pemerintahan negara-negara, lembaga-lembaga internasional, lembaga bisnis dan perwakilan masyarakat warga berkumpul di Stockholm, Swedia, memperingati 50 tahun Deklarasi Stockholm tentang lingkungan hidup. mengambil tema
"Planet yang sehat demi kesejahteraan bersama - tanggungjawab dan kesempatan kita." Dan subtema:
5.8.1. Pemanasan global dan perubahan iklim,
5.8.2. Kehancuran alam dan hilangnya keanekaragaman hayati,
5.8.3. Polusi, khususnya polusi udara
5.9. 05 Juni 2022 Surat Gembala Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 oleh Kardinal Ignatius Suharyo persis bersamaan dengan Hari Lingkungan Hidup sedunia dan  Pentakosta(silahkan baca sendiri)

6. Kembali ke masalah Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan dan segala masalah yang berkaitan dengannya, serta bertujuan menciptakan masyarakat yang memiliki moral dan iman, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru akibat kerusakan alam itu sendiri. Ini tidak mudah; diperlukan totalitas dalam komitmen dan semangat continuous improvement yang tak kenal lelah/ menyerah.

7. Kita semua ingat dua perintah utama : Mat 22:34-40, yang juga dituliskan di Mrk 12:28-34; Luk 10:25-28, - mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Dua perintah ini sangat sering kita dengar, namun kenyataannya sangat sulit untuk dilaksanakan. Kalau kita mencintai Tuhan , maka kita tidak akan pernah merusak jagad raya ciptaan-Nya. Kalau kita mencintai sesama, maka kita tidak akan pernah membuat sesama ciptaan-Nya menderita akibat ekosistemnya kita rusak. Batapa indahnya kalau kita mencintai Tuhan dengan mencintai sesama, mencintai sesama dengan mencintai jagad raya/lingkungan hidup.

Mari kita mohon Roh Kudus, Roh Penolong, Roh Penghibur, Paracletus , Roh yang mengingatkan kita akan semua yang diajarkan Yesus , Roh yang menuntun kita kepada seluruh kebenaran kasih, menuntun kita kepada “Pertobatan Ekologis”, menjadi Mitra/ Rekan Sekerja Allah. Semoga. Gbu.

Penulis : Aloysius Haryanto - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa

 


Post Terkait

Comments