Membangun Hidup yang Serasi - Vertikal dan Horisontal

I. Hakekat Martabat Manusia.
Dalam kisah penciptaan, manusia diciptakan dalam proses yang terakhir setelah semua yang ada di alam semesta di ciptakan. Hal itu dapat pula berarti bahwa :
1. Manusia diciptakan sebagai puncak ciptaan Allah. Sebagai puncak ciptaan, manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah sendiri (Imago Dei), dengan karunia istimewa yaitu: akal-budi, perasaan, hati nurani dan kehendak bebas serta kesaksian Allah sendiri “ sungguh amat baik (bdk. Kej. 1:26- 31).
2. Allah sangat peduli dan mengerti bahwa manusia tidak bisa hidup bahagia seorang diri saja, manusia membutuhkan “teman” hidup yang diciptakan-Nya secara unik dan juga berbagai kebutuhan agar hidupnya sejahtera dan bahagia, maka Allah telah menyediakan semua itu bagi manusia .
3. Manusia yang telah diciptakan sebagaimana tersebut diatas, tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah, manusia diberi suatu tugas dan tanggung jawab (bdk. Kej. 1:28, 2:15) untuk beranak cucu, memenuhi bumi, mengolah, memanfaatkan, memelihara, melestarikan dan
mengembangkan alam semesta; bahkan juga dipanggil untuk hidup bersama Allah dalam kebahagiaan (bdk. Kej. 2: 8, 15-17).
4. Manusia memperoleh otoritas Ilahi untuk mengelola dunia ini atas nama Allah. Manusia dianugrahi “penghormatan & penghargaan” yakni memiliki kuasa atas alam raya/dunia seisinya untuk dipertanggungjawabkan
5.
Manusia diangkat menjadi “Rekan Sekerja Allah”. Sayang sekali, ternyata manusia telah menyalah gunakan kehendak bebasnya dengan memilih “non serviam” dari pada “serviam” yang berakibat manusia kehilangan kemuliaan Allah. Diperparah lagi oleh nafsu individu dalam bentuk ketamakan dan keserakahan manusia sehingga manusia melakukan dominasi dan eksploitasi terhadap sesamanya manusia dan alam raya seisinya sampaI terjadi ketidak seimbangan penghuni alam raya ini. Kacau balau dengan semakin merosotnya penghormatan terhadap martabat manusia seperti aborsi yang semakin marak, melemahnya solidaritas dan
subsidiaritas dan lain-lain sebaliknya berkembang nya “efek rumah kaca” yang menyebabkan global warming, polusi dari berbagai sektor (udara, air) dan rusaknya lingkungan hidup. Diperparah dengan berkembanganya teknologi yang tidak ramah lingkungan.

Relasi manusia dengan Allah , sesama manusia dan alam raya seharusnya tidaklah sebatas hubungan fungsionil tetapi suatu relasi yang dapat membuat manusia merasakan pengalaman religius, dimana manusia dapat mensyukuri keindahan alam, kehidupan bersama yang harmonis sebagai anugrah Allah agar manusia hidup saling mengasihi, meneguhkan, melengkapi serta menyempurnakan.

Manusia semakin menyadari akan keagungan dan kemuliaan Allah satusatunya Pencipta yang menjadi asal dan tujuan akhir hidup ini. Manusia telah gagal untuk mengenali dirinya sendiri, alam raya ciptaan-Nya bahkan Allah Sang Pencipta. Puji Tuhan, syukur kepada Allah yang telah mengutus Yesus Sang Putra untuk memperkenalkan kembali siapa Allah itu sesungguhnya.

II. Roda Kehidupan Umat Kristiani.
Roda kehidupan setiap umat kristiani harus selalu berpusat pada Kristus. Kristuslah porosnya. Agar roda tersebut berputar dengan baik , tidak oleng ke kiri atau ke kanan, maka roda tersebut dihubungkan oleh empat jari-jari yang persis sama ukurannya menuju ke porosnya. Dua jari-jari vertikal adalah : Doa dan Fiman Tuhan, sedangkan yang dua jari-jari horizontal adalah Persekutuan dan Pelayan termasuk Kesaksian.

1) DOA : Karena manusia menjadi rekan sekerja Allah maka manusia wajib hidup bersekutu dengan Allah, dimana Allah menyapa manusia, manusia menanggapi sapaan Allah, kemudian manusia manyapa Allah, Allah menanggapi sapaan manusia, kemudian masing masing saling menyapa dan mendengarkan serta menanggapi dalam keheningan. Itulah kehidupan doa manusia atau koinonia manusia denga Allah. Bagi orang percaya, doa adalah nafas hidup orang percaya. Jika tidak bernafas, maka manusia akan mati. Jika tidak berdoa, maka kerohanian manusia juga akan mati.
Doa adalah komunikasi dua arah antara manusia dengan Allah. Dengan semakin sering manusia berkomunikasi dengan Allah, maka telinga manusia akan semakin peka mendengar suara-Nya. Mungkin Allah tidak langsung berbicara secara audible, tetapi Allah juga bisa berbicara lewat berbagai hal atau peristiwa-peristiwa hidup yang manusia alami. Semoga setiap pagi Allah mempertajam pendengaran manusia untuk mendengar seperti seorang murid. (bdk 1 Tes 5 16-18) .

2) FIRMAN TUHAN: Disamping kehidupan doa, sebagai mana tertulis dalam Mat 4:4 “Ada tertulis : manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” maka agar hidupnya bahagia manusia wajib menjadi pendengar dan pelaku firman Allah (bdk Luk 8:2; 28) serta menyebarluaskan setiap firman Allah kepada segala makluk (bdk Mrk 16:15). Manusia perlu makan setiap hari dengan porsi dan gizi yang ideal agar hidup sehat, demikian juga halnya dengan rohaninya akan hidup sehat jika mendapat makanan dengan porsi yang ideal dan proporsional setiap hari.
Belakangan ini masyarakat resah karena minyak goreng menjadi  komoditi langka dan harganya meroket, padahal komoditi tersebut bukan bahan pangan utama. Sebaliknya, banyak di antara kita orang-orang *so called* orang percaya yang tidak pernah pusing dengan firman Allah yang merupakan makanan rohani dan makanan utama. Mereka lebih suka Spaghetti, Sashimi, Barbecue, Nasi liwet, Nasi Bakar, Burger dan lain-lain.
Padahal firman Allah itu sangat penting bagi manusia, karena firman Allah itu:
a. Senjata rohani manusia. ”Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun” (Ibrani 4:12)
b. Menyelamatkan manusia melalui kelahiran kembali dalam roh. ”Firman yang tertanam di dalam hatimu yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” (Yakobus 1:21)
c. Cahaya yang membimbing jalan hidup manusia. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105)
d. Menumbuhkan iman dan kekuatan manusia. “Iman tumbuh dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus.” (Roma 10:17) dan memberi hikmat dan keselamatan “... dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Tim 3:14-17 )
e. Yang harus manusia sadari dan imani adalah bahwa Yesus adalah “Firman yang menjadi manusia” (Wahyu 19:11~13). Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Pada mulanya, sebelum dunia dijadikan, Sabda sudah ada. Sabda ada bersama Allah dan Sabda sama dengan Allah. ... Pada awal mula Sabda ada, dan Sabda itu ada pada Allah, dan Sabda itu adalah Allah. (bdk Yoh 1:1).

3) PERSEKUTUAN : Perekutuan bukanlah soal pribadi tetapi pengalaman komunitas. Lihatlah :
i) bangunan gedung yang kokoh, megah dan indah: gedung tersebut dibangun dari berbagai unsur dengan karakter yang berbeda-beda, dari yang paling lembut air, cat, semen hingga yang paling keras batu
dan besi beton, namun mereka saling mengikat menjadi satu kesatuan yang utuh .
ii) tubuh manusia yang terdiri dari berbagai anggota tubuh yang masing masing memiliki karakter sediri-sendiri, namun bekeja sama dengan harmonis
iii) sapu lidi yang kokoh sulit untuk dipatahkan walau terdiri dari lidi yang kalau berdiri sendiri amat mudah di patahkan.
iv) Mat18:19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
v) Mat.18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (terlebih dalam Perayaan Ekaristi).

4) PELAYANAN & KESAKSIAN : Manusia dipanggil untuk saling melayani, menjadi terang, garam dunia serta saksi-Nya
i. Manusia dipanggil untuk saling melayani (Yoh 13:1-17)
ii. Siapa yang menjadi yang terbesar harus menjadi hamba (Mat 20:20-28)
iii. Pengalaman iman bukan untuk disimpan sendiri.
iv. Kabar gembira bukan untuk dirahasiakan
v. Yesus memanggil pengikut-Nya untuk menjadi :

a. Saksi-Nya (Kis 1:8 dan Rom 10:9),
b. Garam serta Terang Dunia (Mat 5:15-16)
c. Pro Life Kel 20: 13; Ul 5:17; Mat 5:21-22; 19:18: “Jangan membunuh.” & Mat 22:36- 40; Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom 13:9, Gal 5:14: “Kasihilah sesamamu”.
d. Go Green (himbauan Bapa Suci Paus Fransiskus yang menyerukan pertobatan ekologis (Ensiklik Laudato Si dan Korelasinya dengan Konsep Ekosentrisme serta seiring dengan seruan Bapa Uskup KAJ Ignatius Suharyo)

Terima kasih Salam sehat. Berkah Dalem

Aloysius Haryanto.


Post Terkait

Comments