WULAN…Dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta 2022 – 2026 terkandung 5 (lima) nilai Ajaran Sosial Gereja (ASG) yakni pertama, Nilai Hormat Terhadap Martabat Manusia; kedua, Mengusahakan Kebaikan Bersama; ketiga, Merawat dan Mengembangkan Solidaritas; keempat, Memberi Perhatian Lebih Kepada Saudara-Saudari Kita Yang Kurang Beruntung; dan kelima, Merawat Alam Ciptaan Tuhan Sebagai Rumah Kita Bersama.”. Hal ini terungkap dalam Homili Bapak Uskup Kardinal Suharyo dalam Perayaan Ekaristi
Pencanangan Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta tahun 2022-2026 dengan tema : “Tahun Penghormatan Martabat Manusia” (8 Januari 2022). Selain kelima nilai ASG tersebut terdapat penekanan dan perhatian yang khusus dari Gereja kepada kelompok Warga Usia Lanjut (WULAN). Hal ini tercermin dari salah satu bagian Logo ARDAS yakni Siluet Manusia Menggandeng Lansia dan Difabel yang menggambarkan kita dipanggil untuk memperhatikan dan melindungi setiap pribadi manusia terutama mereka yang kecil, lemah, tertindas dan difabel.
Mengapa WULAN?Perhatian akan WULAN ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan Gereja akan perkembangan situasi beberapa waktu terakhir ini. Jumlah lansia di dunia ini meningkat dan berbanding terbalik dengan jumlah kelahiran yang semakin kecil. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 2018, untuk pertama kalinya dalam sejarah, jumlah lansia (65 tahun <) melebihi jumlah anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun (World Population Ageing Report 2019). Hal ini jelas sangat mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial dan budaya serta Kesehatan dunia.
Selain itu, perkembangan teknologi, industry dan modernisasi membawa perubahan pula dalam paradigma Masyarakat dalam meletakkan nilai hidup manusia. Nilai akan hidup manusia cenderung diilihat dari seberapa banyak hasil yang bisa dicapai, seberapa cepat proses yang bisa dijalani, seberapa efisien pekerjaan yang dijalankan. Paradigma ini membawa Masyarakat pada sikap mendewakan keabadian usia muda dan mereduksi nilai WULAN.
Bagi WULAN, berhadapan dengan kenyataan ini, menggiring mereka untuk mengembangkan perasaan tidak berguna, perasaan tidak mampu berbuat apa-apa lagi, serta secara fisik-emosional-rohani menjadi rentan. Secara Psikologis mereka mengalami kondisi yang semakin tertekan karena perasaan ketidakbergunaan, yang akhirnya berdampak pada Kesehatan fisik mereka.
Aku akan menyertaimu senantiasa (Mat 28, 20)Perhatian terhadap kelompok Wulan ini sejalan dengan semangat dan seruan dalam “LETTER TO THE ELDERLY (SURAT KEPADA UMAT LANJUT USIA)”. Dokumen ini merupakan surat Paus Yohanes Paulus II yang ditujukan kepada WULAN, yang diterbitkan di vatikan pada tanggal 1 Oktober 1999. Surat ini merupakan sapaan dan penghargaan terhadap umat yang sudah lanjut usia. Sekaligus merupakan refleksi Bapa Paus Yohanes Paulus II yang kala itu sudah memasuki usia senja. Penghargaan terhadap hidup bukan karena produktivitas kerja dan lain-lainnya melainkan karena martabat kehidupan itu sendiri, menjadi tema sentral surat ini.
Dengan semangat yang sama Kongres Lansia se-Dunia dengan tema “Kekayaan Hidup Bertahun-tahun” (Kekayaan Lansia), diadakan pada 29-30 Januari 2020, Dikasteri (semacam departemen Kuria Roma) Untuk Awam, Keluarga dan Kehidupan. Dikasteri dibentuk pada 15 Agustus 2016 yang memiliki memiliki tanggung jawab "untuk mempromosikan kehidupan dan kerasulan keimanan orang awam, dan untuk perhatian pastoral terhadap keluarga dan misinya berdasarkan pada rencana Allah dan untuk melindungi dan mendukung kehidupan manusia." Dengan diadakannya kongres ini, semakin menampakkan poerhatian Gereja terhadap kelompok WULAN ini terlebih di saat Pandemi COVID-19.
Selanjutnya pada 31 Januari 2021, saat pertama kalinya Paus Fransiskus, saat Angelus, mencanangkan Peringatan Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia. Peringatan ini dirayakan di seluruh Gereja pada setiap minggu keempat bulan Juli, berdekatan dengan peringatan Santo Yoakhim dan Santa Anna – kakek dan nenek Yesus. Dalam Peringatan Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia I pada tanggal 25 Juli 2021, Paus Fransiskus mengingatkan pentingnya peranan Gereja dalam memperhatikan kehidupan para lansia. Kemudian secara khusus menjelang Peringatan Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia II (2022), Paus Fransiskus memberikan 15 katekese mengenai WULAN.
Dalam Katekese ini ada beberapa penekanan dari Paus Fransiskus mengenai para WULAN ini, yakni : pertama, Harus ada perubahan paradigma yang cukup besar dari Gereja dan Masyarakat di mana para Lansia dapat dilibatkan untuk berperan aktif, baik itu di Gereja maupun di Masyarakat. Kitab suci mempertahan-kan visi yang positif sekali tentang nilai hidup.
Manusia selamanya tetap "dalam gambar Allah" (bdk. Kej 1:26), dan tiap tahap hidup mempunyai keindahannya sendiri dan tugas-tugasnya sendiri. Dan tidak sedikit tokoh-tokoh dalam Kitab Suci mendapatkan tugas perutusan dari Allah di saat mereka memasuki usia senja. Tokoh-tokoh Perjanjian Lama seperti Abraham, Sara dan Musa menggambarkan bahwa Sejarah Keselamatan pun bergerak melalui mereka yang telah lanjut usia. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, tokoh-tokoh yang disebutkan seperti Elisabet dan Zakharia, orangtua Yohanes Pembaptis, Simeon yang lanjut usia, Hana, janda berumur delapan puluh empat tahun, berulangkali mengunjungi Bait Allah, yang sekarang bergembira memandang Yesus serta Nikodemus pun, seorang anggota Sanhedrin yang terpandang, sudah lanjut usia.
Kedua, Memulihkan martabat Lansia, sehingga tidak lagi cenderung dipandang sebagai kelompok yang sudah tidak produktif dan hanya menjadi bagian dari Sejarah masa lalu. Paus Yohanes Paulus II mengatakan :
“Kalau kita berhenti memikirkan situasi aktual sekarang, kita saksikan, bahwa di antara berbagai bangsa lanjut usia dihargai dan dinilai, sementara di bangsa-bangsa lain itu banyak kurang terjadi, karena mentalitas yang memprioritaskan kemanfaatan manusiawi langsung dan produktivitas. Seringkali sikap itu mengantar kepada sikap menghina terhadap tahun-tahun hidup yang lebih lanjut, sedangkan para lanjut usia sendiri terdorong untuk merasa heran: benarkah hidup mereka itu masih dianggap layak.”
Cara pandang akan kehidupan yang hanya dilandaskan pada nilai produktifitas adalah sebuah cara pandang yang merendahkan martabat manusia. Nilai Hidup manusia tidak hanya melulu ditentukan oleh seberapa besar hasil, namun penghargaan atas proses, kebijaksanaan masa lalu dan pengalaman yang membentuk kepribadian seseorang dalam hidup juga menjadi komposisi dalam nilai hidup manusia.
Ketiga, Membangun jembatan lintas Generasi, sehingga tetap terjaga komunikasi dan mengatasi culture gap yang terjadi karena perbedaan generasi. Tindakan ini harus mutlak dilandasi oleh perintah Dekalog: "Hormatilah ayah dan ibumu". Penerapan penuh dan konsisten perintah itu tidak hanya sumber cintakasih anak-anak terhadap para orangtua mereka, tetapi juga menggalang ikatan kuat yang ada antara generasi-generasi. Perintah mengajarkan sikap hormat terhadap mereka yang telah mendahului kita dan atas segala kebaikan yang telah mereka jalankan: kata-kata "ayah dan ibu" menunjuk kepada masa lampau, kepada ikatan antara generasi-generasi yang memungkinkan eksistensi bangsa itu sendiri.
Keempat, Peran orang tua perlu ditempatkan lagi secara wajar dalam hidup bermasyarakat dan dalam seluruh reksa pastoral Gereja. Para lanjut usia membantu kita memandang permasalahan dengan kebijaksanaan yang lebih besar, sebab pengalaman hidup memberi mereka pengertian dan kematangan. Merekalah penjaga-penjaga aturan-aturan maupun kesepakatan-kesepakatan Bersama kita. Merekalah penjaga cita-cita dan nilai-nilai bersama, yang mendukung dan memandu hidup dalam Masyarakat.
Kemiskinan paling mengenaskan adalah kesendirian dan perasaan tidak dicintai. (St. Teresa Kalkuta)Bunda Gereja mendorong seluruh anggotanya untuk selalu menghormati nilai kehidupan dan martabat manusia yang diciptakan secitra dengan Allah. Nilai hidup dan martabat manusia bukanlah barang produksi pabrikan yang harus dibuang ketika telah mencapai masa kadaluwarsanya. Nilai hidup dan martabat manusia tidaklah dipoandang dari seberapa besar hasil yang diperoleh, seberapa cepat pekerjaan dilakukan dan seberapa efisien pekerjaan diselesaikan.
Gereja perlu mendorong Perilaku yang realistis, dari mimbar sampai kelompok kecil dan dalam pertemuan ibadah di gereja, prasangka dan mitos mengenai penuaan harus dilawan. Jika seluruh gereja bisa merawat orang tua dengan kasih sayang dan mengembangkan perilaku positif. Penting untuk mengembangkan perilaku yang baik terhadap orang tua, berkomunikasi dan saling membantu, membicarakan kebutuhan rohani, termasuk rasa tidak aman, disepelekan, menjauh dari Tuhan, penyesalan terhadap kegagalan masa lalu, dan ketakutan akan kematian. Mendidik orang agar mereka bisa menanggulangi masalah hidup dengan lebih baik.
Gereja perlu mendorong Pertumbuhan Rohani. Para WULAN membutuhkan dorongan untuk berdoa, membaca Alkitab, menyembah secara rutin, persahabatan dengan saudara seiman, dan terlibat sejauh mungkin dalam pelayanan. Para WULAN perlu diingatkan bahwa Gereja memanggil dan mengharapkan mereka untuk terus menjalankan misi mereka dalam kehidupan apostolik dan misionaris.
Dan yang paling penting adalah Gereja harus memperhatikan pelayanan spiritual. Spiritualitas membantu individu dalam menemukan makna dan tujuan dalam hidup seseorang. Dengan memberikan pelayanan spiritualitas kepada para WULAN, maka Gereja membimbing dan membantu mereka menemukan arah dan tujuan akhir dari kehidupan. Sehingga mereka dapat menghayati dan mensyukuri bahwa Tuhan memberikan mereka kesempatan untuk menghasilkan buahbuah dari iman serta menyadari bahwa tugas seseorang dalam Gereja tidak terbatas pada usia tertentu. Berkah Dalem ….
Sumber-sumber :1. SURAT KEPADA UMAT LANJUT USIA (LETTER TO THE ELDERLY) : Paus Yohanes Paulus II, terj. DEPARTEMEN DOKUMENTASI DAN PENERANGAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA., Jakarta, 20012. Seri Dokumen Gereja No. 134 : KATEKESE LANJUT USIA, Dikasteri untuk Awam, Keluarga dan Kehidupan Roma, 2022, diterj. Komisi Keluarga KWI, Jakarta, 20223. Spiritualitas Pelayanan Pastoral Terhadap Para Lansia, Maria Wea a & Lina Sri Wahyuni, dalam Jurnal Pendidikan Agama dan Teologi Vol. 2 No. 7 Juli Tahun 20224. https://id.wikipedia.org/wiki/Dikasteri_untuk_Awam,_Keluarga,_dan_Kehidupan5. http://174.138.22.50/document/letter-to-the-elderly-surat-kepadaumat-lanjut-usia/
Penulis : FB. Sri Pamungkas Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa