Makna Penyaliban Yesus dalam Terang Kebangkitan

Umat Katolik melaksanakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) Tahun 2020, tahun keadilan sosial, dalam suasana dunia yang diliputi kepanikan, kecemasan, kegalauan dan ketidakberdayaan berhadapan dengan bencana penyakit massal dunia atau pageblug penyebaran virus COVID-19. Yang akibatnya sangat mengerikan dan membahayakan. Ketakutan tertular, keharusan isolasi diri tingggal di rumah, jaga jarak sosial, dan kepedulian akan keselamatan bersama. Sampai pada pembatalan kegiatan bersama ataupun pelaksanaan liturgi secara daring (online), membuat orang Katolik mau tidak mau harus mengalami apa yang dinamakan sengsara dan penderitaan. Disitu umat Katolik betul-betul ditantang untuk bersama Yesus mengalami derita- sengsara Yesus, serta memaknai peristiwa penyaliban Yesus sebagai pusat misteri keteladanan sikap iman untuk sampai pada keselamatan.

Dalam injil Yohanes 11:1-12:50 diceritakan secara gamblang bagaimana Yesus memberikan kehidupan dan menerima kematian (Bdk. Raymond E. Brown, Joseph a. Fitsmyer, Rolalnd E. Murphy 1993:969). Penyaliban Yesus adalah bukti cinta kasih Tuhan yang sangat besar kepada umat manusia. Melalui peristiwa penyaliban Yesus, umat Katolik tidak akan tinggal sendirian, tetapi akan mengalami kesatuan secara baru dengan Yesus dan Bapa di surga (Bdk. Yoh 12:24).

Pengorbanan Yesus di kayu salib merupakan wujud kepedulian Tuhan, manifestasi bela rasa dan solidaritas tuntas bagi keselamatan umat manusia. Disitu umat Katolik dipanggil untuk tidak terlalu gagap dan panik berlebihan ketika harus menghadapi ketidakpastian dan kecemasan, atau harus menyaksikan cepatnya penyebaran virus COVID-19 dan bertambahnya warga yang positif terinfeksi. Keterjagaan hati/iman dan keberanian berjalan bersama Yesus dalam sengsara, penderitaan serta peristiwa Yesus yang disalibkan.

Penyaliban Yesus dalam terang iman akan kebangkitan, menegaskan pentingnya makna keteguhan sikap iman. Berani terus bertahan melakukan perjuangan mengatasi penderitaan, serta mengandalkan kuasa Tuhan dalam mencari solusi-solusi atas masalah-masalah kehidupan. Hal itu hanya mungkin apabila umat Katolik menghayati suka-duka dan penderitaan dalam dinamika misteri penyaliban Yesus dan kebangkitan.

Yesus mati melalui peristiwa penyaliban. Melalui darah, penderitaan dan kematian-Nya, salib menjadi alat penebusan (Bdk. Xavier Leon-dufour 1992:102). Misteri kebangkitan dibalik penyaliban Yesus oleh karenanya memberikan tuntunan sikap iman dan rahmat kekuatan ilahi, khususnya pada saat-saat sulit seperti yang dialami sekarang ini : umat Katolik, Gereja dan masyarakat dunia menghadapi pandemi tidak terduga, menyaksikan tenaga medis – dokter – perawat – peneliti kesehatan yang bekerja keras dengan penuh rasa cemas dan kelelahan.

Umat Katolik juga menjadi bagian kecemasan korban terinfeksi positif virus yang berjatuhan. Di samping itu kitapun juga berhadapan dengan rasa ketidakberdayaan ketika orang-orang yang kita kenal ataupun tidak kita kenal secara dekat, tiba-tiba tiada lagi dan kita hanya bisa berbela rasa, ikut berduka dalam dan dari kejauhan. Terus tekun berdoa, melaksanakan kebaikan/pelayanan apa pun bentuknya dan teguh dalam iman mengikuti Yesus memanggul salib suka duka bersama masyarakat, umat Katolik dituntun makin dewasa menjadi saksi iman akan kebangkitan dan pewarta wujud nyata rahmat penebusan. Apa pun yang terjadi, Gereja dan umat Katolik terus hidup dalam iman, mengandalkan Tuhan yang terus berkarya melalui makna misteri Penyaliban Yesus dan kebangkitan Tuhan.

Penulis : Andreas Yumarma

Sumber:
- Raymond E. Brown, Joseph a. Fitsmyer, Roland E. Murphy (Eds.), 1993, The New Jerome Biblical Commentary, London:
- Geoffrey Chapman. Xavier Leon-Dufour(Ed), 1992, Dictionary of Biblical Theology, London: Geoffrey Chapman

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments