Lilin Paskah

Tere bersama ayah dan ibunya baru saja mengambil posisi duduk di meja makan untuk menikmati santapan malam ketika Tere mendengar bunyi pesan masuk pada HP-nya. “Selamat ya Ter, atas kado indah izin pembangunan gereja yang diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat. Saya yang tinggal di rantau merasakan gembira yang luar biasa. Kado Paska buat seluruh umat Paroki Cikarang. Semoga gedung gerejanya cepat menjadi nyata”.

Begitu membaca WA, Tere tersenyum lalu memainkan jarinya, “Eh, saya pikir jam segini Lucy masih tidur, saat ini di Amrik masih pagi khan? Ternyata kabar indah sampai ke kuping kamu juga. Tentu saja kami semua penuh sukacita. Beberapa hari sebelumnya, yakni dalam perayaan Jumat Agung malam, PJ. Bupati sudah mengumumkan pemberian izin itu di hadapan umat. Tepuk tangan meriah umat menyambut berita sukacita malam itu. Tere sendiri serasa mau menari, hanya ingat bahwa saat itu masih dalam suasana  perayaan jadi disimpan” Tere mengakhiri ketikannya. Entah kenapa, Tere merasakan damai sejahtera sebagaimana disampaikan Yesus kepada para murid-Nya dalam Injil Yohanes yang dibacakan pada hari Minggu Kerahiman Ilahi.

Saat menunggu Santo keluar dari kamar, jawaban dari Lucy muncul kembali “Yang lebih menggembirakan adalah bahwa Umat Paroki Cikarang sangat menyatu dengan masyarakat sekitar. Sejauh yang saya baca di medsos, Pak Ridwan Kamil dan Pak Bupati terkesan dengan perhatian yang diberikan oleh umat Paroki kepada masyarakat sekitar, khususnya saat pandemi COVID-19 dalam situasi darurat. Umat paroki disebut menghayati semangat pelindungnya, Ibu Teresa dari Kalkuta. Sebelumnya saya dengar bahwa umat sangat guyub, sangat aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Bahkan Lucy dengar juga bahwa kini Paroki hanya punya satu karyawan, dan tak ada koster gereja. Itu artinya hampir semua dikerjakan oleh umat. Luar bisa semangat umat Paroki. Selamat”.

Tere dibuat terdiam dengan pujian dari temannya. Terharu dan merasakan gembira yang luar biasa. Karena itu Tere minta supaya ayah mengucapkan doa syukur atas keluarnya izin pembangunan gereja dalam doa makan.

Tepat ketika doa selesai, HP Tere kembali bergetar lembut. Di sana Lucy kembali menulis “Tetapi Ter, saya melihat godaan kemapanan bisa terjadi saat gedung Gereja sudah ada. Itu inspirasi Alkitab yang kami baca minggu lalu. Ceritanya, ketika orang Israel tiba dari Mesir di tanah terjanji, secara perlahan, hidup mereka membaik dan sejahtera. Namun secara perlahan mereka juga menjauh dari Tuhan. Satu contoh, mereka ngotot minta raja (1 Sam 8: 19) padahal Samuel sudah mengingatkan bahaya hadirnya seorang raja, yang bisa membuat mereka lupa akan Tuhan. Gedung gereja bisa saja membuat semangat Ibu Teresa jadi luntur. Tetapi semoga umat paroki menyadari hal ini sehingga rasa persaudaraan, semangat pelayanan kepada orang kecil selalu menjiwai semangat umat”.

Membaca itu semua, Tere hanya menjawab singkat, “Amin. Doakan kami ya, supaya semangat Ibu Teresa tidak lapuk atau luntur”.

Sambil makan, Tere bercerita percakapannya dengan Lucy. Santo lalu berkomentar “Iya bahaya seperti itu bisa terjadi. Pertama gedung gereja yang permanen secara otomatis membuat hilangnya kursi bakso dari gereja. Itu artinya gotong royong mengatur kursi akan hilang pula, perjumpaan dengan umat yang lain jadi minim. Kedua, kemapanan gereja bisa membuat kita merasa tidak perlu lagi melakukan kegiatan ke luar. Umat yang kian banyak juga bisa membawa penyakit menular ‘tak peduli pada domba yang hilang’. Semoga tidak terjadi”.

“Benar juga, San”, kata ayah. “Makanya Novena Ibu Teresa harus terus dilanjutkan disertai dengan bakti nyata tiap tahun. Atau bagaimana menurut Ibu?” Tanya ayah sambil berpaling kepada Ibu.

“Ibu sih ingin memulai dari sendiri, hidup dengan jiwa/semangat Ibu Teresa. Keep the joy of loving God in your heart and share it with all you meet, especially your families”kata Ibu sambil tersenyum.

“Cakep sekali Ibuku” kata Tere memberi pujian. “Kata-kata Ibu mengingatkan Tere akan penyalaan lilin Paska. Awalnya lilin Paska, lambang Kristus yang bangkit, hanya satu yang menyala. Kemudian dari lilin yang sama, semua umat menyalakan lilinnya. Tak ada satu lilin umat yang dinyalakan dari korek api sendiri. Bukankah itu suatu simbol sekaligus janji dan harapan bahwa hidup kita hanya punya arti kalau bersumber dari Kristus sendiri? Sukacita terjadi karena kita saling memberi lilin yang bersumber dari Kristus sendiri”.

Mendengar refleksi Tere, Santo teringat peran seorang tosser dalam permainan bola voli lalu berkata “Yang kita butuhkan di paroki ini adalah peran tosser daripada spiker dalam permainan bola voli. Tosser jarang disanjung tetapi sangat menentukan dalam permainan. Tak banyak menonjolkan diri, tetapi perannya menentukan. Kesalahan sering dibebankan kepadanya, sementara sukses menjadi milik spiker”.

“Oh... semangat tosser adalah semangat jemaat perdana seperti yang kita dengarkan dalam bacaan Alkitab minggu ini”, kata Ibu menambahkan. “Selain tekun dalam pengajaran para rasul, mereka rajin doa dan Ekaristi. Satu lagi, mereka sungguh hidup bersaudara, sampai segala kepunyaan mereka menjadi kepunyaan  bersama. Relatif sama dengan perjuangan Ibu Teresa”, sambung Ibu.

“Ternyata izin pembangunan Gereja ini menarik untuk kita refleksikan”, kata ayah. “Sebelum kita makan, kiranya ayah perlu sharing tentang doa ‘Radiating Christ Prayer’. Doa itu kalau tidak salah berasal dari seorang imam gereja Anglican yang kemudian menjadi Katolik. Namanya John Henry Newman (1801-1890). Sejauh yang ayah ketahui, doa ini sering dikaitkan dengan pribadi Ibu Teresa. Sebagian doanya begini:

"Yesus terkasih, bantu kami menyebarkan keharuman-Mu ke mana pun kami pergi. Banjiri jiwa kami dengan semangat dan hidup-Mu. Menembus dan memiliki seluruh keberadaan kami sepenuhnya, sehingga hidup kami menjadi pancaran sinar-Mu semata. Bersinarlah melalui kami, dan jadilah demikian di dalam kami,  hingga setiap orang yang bergaul dengan kami boleh merasakan kehadiran-Mu lewat getaran jiwa kami. Biarkan mereka melihat ke atas dan tidak lagi melihat kami, tetapi hanya Yesus. Tetaplah bersama kami, sehingga kami mulai bersinar di kala Engkau bersinar; menjadi terang bagi orang lain." 

Begitu kurang lebih sepenggal dari doa itu. Buat ayah, doa ini adalah aplikasi inspirasi Lilin Paska yang disampaikan Tere. Semoga api Lilin Paskah hidup terus dalam setiap umat Paroki Cikarang”.

Penulis : Salvinus Mellese - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments