Era digital mewarnai kehidupan umat beriman masa kini. Semangat individualistik kehidupan modern yang menyertai budaya digital membuat banyak orang mengalami kesepian, kegalauan dan perasaan ditolak atau tidak diinginkan oleh karena tiadanya pengakuan keberadaannya yang lebih ditentukan berdasarkan jumlah follower. Martabat manusia dan makna hidup tergeser oleh timbunan gelombang aneka macam informasi tanpa henti. Menurut Santa Teresa dari Kalkuta, dosa terbesar jaman ini adalah ketidakpedulian akan penderitaan dan eksploitasi manusia. Panggilan hidupnya adalah untuk melayani orang-orang termiskin, tidak dikehendaki atau ditolak dengan membawa cinta, perdamaian dan kegembiraan (Bdk. wawancara dengan Nodlaig McCarthy di Kanda pada tahun 1974).
Kitab Suci sebagai sumber utama untuk mengenal Tuhan Yesus Kristus tidak bisa lepas dari budaya teknologi digital yang dewasa ini kita hadapi setiap hari. Kitab Suci merupakan sumber keyakinan bahwa hidup kita di dunia ini adalah suatu anugerah. Cinta kasih Allah yang mendahului keberadaan kita menumbuhkan kesadaran bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu panggilan peziarahan menuju kesucian dan kesatuan kembali dengan Tuhan. Kitab Suci sebagai sumber utama iman memberikan motivasi bagaimana kita harus hidup baik, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan berdasarkan perwahyuan yang memuncak pada pribadi Yesus Kristus dengan Sabda dan karya-Nya.
Sayangnya pendalaman Kitab Suci di lingkungan atau gerakan GOKIL (Go Kitab Suci Lingkungan) sering kali hanya dihadiri oleh sedikit umat beriman. Masih diperlukan kesadaran baru dan dorongan kerinduan untuk mencintai Kitab Suci yang menjadi sumber inspirasi iman dan kehidupan. Dengan demikian membaca Kitab Suci menjadi kerinduan yang memberi jawaban atas kesepian dan inisiatif kepedulian atas penderitaan, kesepian dan perasaan tidak dikehendaki.
Budaya teknologi digital perlu dipandang sebagai anugerah yang membantu mewartakan kabar gembira sampai akhir zaman (Mat 28: 19-20). Dalam masyarakat dengan budaya teknologi digital, kabar gembira penyelamatan dan Kerajaan Allah semakin mudah dan cepat untuk disebarluaskan dan diwartakan. Hal ini mensyaratkan umat beriman memiliki literasiteknologi digital dan kreativitas, sehingga semakin memiliki kebebasan dan ruang gerak yang lebih luas untuk mewartakan kabar gembira.
Kitab suci menjadi filter banjirnya hoax yang tak terkendali dan disinformasi yang sering ditebarkan orang-orang tidak bertanggung jawab. Hoax dan disinformasi ini seringkali menimbulkan ketakutan, kesepian dan bullying yang menebar perasaan ditolak dan direndahkan. Kesepian dan perasaan ditolak menimbulkan robohnya penghargaan terhadap kehidupan sebagai anugerah. Kesepian, perasaan ditolak diakibatkan oleh gaya hidup dunia modern akibat ketidakpedulian akan penderitaan, kelaparan dan eksploitasi manusia. Sikap hormat terhadap martabat manusia sebagai gambar dan rupa Allah (Bdk. Kej 1:26) merupakan landasan Kitab Suci agar kita umat beriman di Paroki Cikarang meneruskan panggilan dan semangat Santa Teresa dari Kalkuta untuk melayani orang-orang miskin ataupun orang-orang yang kehadirannya tidak dikehendaki, tidak diinginkan. Di situlah berkat dan kehadiran Tuhan dinyatakan di tengah orang miskin dan orang-orang yang tersingkirkan.
Penulis : Andreas Yumarma - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa