I. HIDUP YANG DIPERSATUKAN SEBAGAI SAUDARASemuanya terkait, dan kita manusia dipersatukan sebagai saudara dan saudari dalam ziarah yang indah, dijalin bersama oleh cinta yang Tuhan miliki untuk setiap makhluknya dan yang juga menyatukan kita dalam kasih sayang dengan saudara matahari, saudara bulan, saudara sungai dan ibu bumi” (LS. 92).1. Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan maka sebagai konsekuensi logis dan iman, manusia wajib mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. (bdk Mat 22:37)2. Manusia sebagai Makhluk Individu yang diciptakan Tuhan secara unik dan personal, sehingga setiap manusia memiliki kekhasan masingmasing, dengan kelebihan dan kekurangannya. Maka sebagai konsekuensi logis dan iman, manusia wajib bersyukur kepada-Nya oleh karena kejadiannya yang dahsyat dan ajaib. (bdk Maz. 139:13-16)3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial yang sejak dalam kandungan ibunya sampai kapanpun (bdk. Gereja yang sedang berjuang/berziarah atau Ecclesia militans; Gereja yang sedang menderita atau Ecclesia poenitens dan Gereja yang Jaya: Ecclesia triumphans) membutuhkan orang lain dan dibutuhkan oleh orang lain. (bdk Mat 22:39; Mat 5:44; Fil 2:1-5; Markus 2:1-12; Lukas 7:1-10)4. Manusia Sebagai Rekan Sekerja Sang Pencipta, untuk menguasai alam semesta dalam arti pengelolaannya, dan bukan proses terjadinya. Maka manusia dikaruniai akal budi agar memahami proses terjadinya. Dengan rahmat Allah dan memahami proses terjadinya tersebut manusia dimampukan menjadi rekan sekerja Allah.5. Manusia Sebagai Ciptaan Baru : manusia yang ada di dalam Kristus (2Kor. 5:17) ; manusia yang hidup namun bukan lagi dirinya sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalamnya ( bdk Gal 2:15-21), oleh sebab itu dalam hidup bersama , hendaklah manusia menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Yesus Kristus (bdk Fil 2:1-5).
II. KITA ADALAH SAUDARAVirus COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, Republik Rakyat China sekitar akhir tahun 2019, kemudian menyebar dengan begitu cepat ke negara-negara lain di seluruh dunia. Peristiwa ini sungguh sangat mengejutkan seluruh dunia apalagi bagi kehidupan dan aspek-aspeknya. COVID-19 telah menimbulkan banyak korban, seperti kematian, sakit, penderitaan lahir batin, lapangan kerja, keadaan sosial ekonomi dan politik, bahkan merambah kepada peribadatan dan spiritualitas serta religionitas.
Begitu banyaknya korban virus ini, dikarenakan manusia tidak tahu akan adanya virus tersebut maka tidak berjaga-jaga. Pada awalnya manusi melakukan tindakan berjaga-jaga, namun tidak memadai. Setelah menelan banyak korban, barulah manusia menemukan cara pencegahannya yaitu vaksinasi (Vaksinasi 1 dan 2; Booster 1 dan 2). Sampai saat ini COVID-19 masih ada dengan varian-varian barunya, yang hidup berdampingan dengan kita dan tetap mengancam kehidupan manusia dengan seluruh aspek-aspeknya.
Sebelum COVID-19 menyebar ke seluruh dunia, sesungguhnya kehidupan ini sedang dilanda virus yang tak kalah ganasnya (kalau kita mau jujur), yaitu: konsumerisme, materialisme, hedonisme, individualisme, egoisme dan sebagainya. Miriplah dengan apa yang sering disebut dengan istilah: “Homo homini lupus est/A man is a wolf to another man", tetapi ketika COVID-19 melanda seluruh dunia, ada juga banyak hal positif yang bisa kita petik, kita rawat dan tumbuh kembangkan, antara lain semangat atau mentalitas: berbela rasa, peduli dan mengerti, berbagi dan melayani, solidaritas kemanusiaan tanpa pandang bulu, ras, suku, agama, iman dan kepercayaan serta pelestarian kehidupan alam semesta/jagad raya seisinya.
Pendek kata hidup bersama saling melayani dan mengasihi (bdk Yes 11:1-10), tidak ada yang akan berbuat jahat dan berlaku busuk di alam raya, sebab seluruh makluk hidup dalam pengenalan akan Tuhan. Sebagai umat KAJ yang memasuki tahun liturgi 2023, menurut Ajaran Sosual Gereja (ASG) sepanjang ARDAS 2022-2026 bertemakan “Kesejahteraan Bersama”, maka pada minggu ke 2 masa adven kita berusaha memasuki hidup sebagai saudara: “KITA ADALAH SAUDARA”.
Untuk hidup bersaudara kita bisa belajar dari :• Injil Markus 2:1-12 yang intinya bahwa ada empat orang yang menggotong orang sakit lumpuh datang kepada Yesus, tetapi apa hendak dikata ketika mau memasuki rumah dimana Yesus berada, pintu rumah dipenuhi orang banyak, sehingga ada hambatan untuk membawa si sakit melalui pintu rumah sebagai mana mestinya. Puji Tuhan, empat orang tersebut segera memunculkan ide kreatif melakukan tindakan yang berani dan penuh resiko, yaitu membuka atap rumah di atas tempat Yesus mengajar dan menurunkan si sakit tepat di depan Yesus. Yesus yang melihat iman mereka yang kreatif, tidak mengenal lelah dan menyerah, ingin menolong si sakit dengan penuh semangat peduli, mengerti, melayani dan mengasihi, maka Yesus menyembuhkan sakit fisiknya dan mengampuni dosanya. Terjadilah mukjijat: “kesembuhan lahir dan batin”. Kalau kita tidak mampu menolong sendirian, kita bisa bergotong royong untuk membantu sesama kita. Kalau kita terbuka dengan orang lain maka akan terbukalah ide-ide kreatif dan membangun solusi yang meringankan dan beban berat dapat ditanggung bersama. Mari kita menggalang kebersamaan dan bergerak bersama untuk memberikan pelayanan terbaik , hidup bergotong royong , berbuat baik, peduli dan berbelarasa dengan sepenuh hati kepada siapa saja terutama yang paling terdampak pandemi virus corona varian baru , sebagai saudara dengan spiritualitas: “ Kita adalah Saudara”• Injil Luk 7:1-10, tentang iman seorang perwira di Kapernaum yang kata-katanya selalu kita ucapkan saat kita merayakan perayaan Ekaristi, ketika imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus: “Tuhan saya tidak pantas, Engkau datang kepada saya, tetapi berkatalah sepatah kata saja maka saya akan sembuh”. Perwira tersebut percaya penuh bahwa Yesus sanggup dan mau menyembuhkan hambanya yang sedang sakit. Permohonan perwira tersebut bukan untuk dirinya sendiri, tetapi hambanya. Betapa besar kasih perwira tersebut kepada hambanya , dan dengan kerendahan hatinya, ia menempatkan diri sebagai hamba di hadapan Tuhan Yesus. Sebagai hamba ia tidak ingin membuat repot Tuhan Yesus untuk datang ke rumahnya. Sikap pasrah dan keyakinan yang begitu besar akan kemurahan dan belas kasih Yesus, itulah yang berkenan kepada Tuhan, maka Yesus berkata: “Di Israel pun iman sebesar ini belum pernah Kujumpai.” Marilah kita meneladan perwira di Kapernaum tersebut yang memohonkan kesembuhan hambanya dengan penuh kerendahan hati, penghayatan yang mendalam akan doa-doa dan permohonannya serta pasrah, lepas bebas kepada Tuhan. Drama satu babak tentang “Semangat Persaudaraan” yang tanpa mengenal batasan keadaansosial ekonomi, status atasan dan bawahan yang ditunjukkan oleh perwira dari Kapernaum tersebut, sangat menginspirasi kita untuk melayani, berbela rasa, peduli dan mengerti kepada siapa saja terutama mereka yang terdampak virus Corona varian baru dalam semangat: “ Kita adalah Saudara”
Untuk mewujudkan “Kesejahteraan Sosial” yang dijiwai oleh roh “Kita adalah Saudara” kita juga bisa belajar dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi :• Fil 2 :1-5. Dengan penuh syukur dan sukacita Paulus melihat perkembangan jemaat di Filipi. Fil 2:1-5 (Panggilan sebagai saudara dalam Yesus Kristus), meberikan inspirasikepada kita untuk : 1) Hidup penuh sukacita dan persekutuan roh dalam menghadapi atau hidup berdampingan dengan virus corona varian baru yang tetap merupakan ancaman kepada kehidupan dan segala aspeknya2) Mengenakan pikiran dan perasan yang ada di dalam Yesus dalam hidup bersama :a. Rendah hatib. Hidup dalam kasih: menganggap orang lain lebih utama dari pada diri sendiric. Tidak hanya mementingkan kepentingan diri sendiri tetapi juga memperhatikan kepentingan orang lain.
Kita sebagai bangsa Indonesia, maka kita harus tetap tertib berdisiplin melaksanakan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
III. BERJAGA-JAGA BERSAMABelajar dari pengalaman pandemi virus COVID-19, mari kita bergandengan tangan, bahu-membahu, bergotong-royong, dalam kebersamaan dengan semangat “Kita Adalah Saudara” yang melakukan pertobatan kinosis, tetap berjaga-jaga, menyiapkan jalan bagi Tuhan, menyiapkan hati untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat sekaligus tetap waspada menghadapi virus corona varian baru dengan mematuhi protokol kesehatan secara disiplin dan taat asas.
Terima kasih dan Berkah Dalem.Salam sehat penuh kasih persaudaraan
Penulis : Aloysius Haryanto - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa