Manusia sebagai citra Allah memiliki struktur tubuh dan Jiwa. Menurut pandangan Aristoteles sampai Santo Thomas Aquinas. Tubuh dan Jiwa merupakan suatu kesatuan. Di dalam tubuh yang sehat terdapat pula jiwa yang sehat. Demikian pula jiwa yang sehat akan tampak dalam perilaku seseorang yang dapat kita lihat secara kasat mata apakah itu baik atau buruk.
Santo Paulus sering menggunakan ungkapan hidup dalam Roh dan hidup dalam daging (Bdk. Galatia 5: 16-26). Hidup dalam roh berarti hidup dalam kesatuan Yesus yang bangkit, sehati dan seperasaan dengan Tuhan. Hidup dalam daging berarti hidup terpisah dari Tuhan atau hidup dalam dosa. Supaya badan dan jiwa kita bisa bersatu dan selaras dengan Tuhan. Kita perlu menghidupi keutamaan-keutamaan hidup beriman, khususnya keutamaan penguasaan diri. Santo Petrus dalam 2 Petrus 1: 5-6 mengatakan “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan.” Melalui keutamaan penguasaan diri, tubuh dan jiwa kita terbiasa melakukan hal-hal baik sebagai kebiasaan yang permanen dalam perilaku kita.
Dewasa ini kebanyakan dosa terjadi oleh karena hilangnya kemampuan seseorang untuk penguasaan diri. Tindakan keji tidak manusiawi terjadi oleh karena manusia dikuasai dosa dan tidak berdaya untuk mengatakan tidak terhadap kecenderungan jahat atau buruk dalam dirinya. Oleh karena itu, latihan-latihan rohani untuk membangun kehendak kuat dan penguasaan diri perlu digali dan dipraktikkan kembali. Ada beberapa bentuk latihan rohani untuk penguasaan diri ini.
Pertama, hidup dalam kuasa Roh dan penyelenggaran ilahi. Ini berarti seorang beriman berlatih membuka dan membiarkan dirinya dikuasai oleh Roh ilahi. Hidupnya dituntun dan mengandalkan kuasa ilahi sehingga menghasilkan buah iman, pengharapan dan kasih.
Kedua, latihan rohani mengendalikan raga dengan pantang dan puasa. Yesus mengatakan ada kuasa-kuasa roh jahat yang hanya dapat diatasi dengan doa dan puasa. Matius 17:21 mengatakan “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa dan puasa” (Bdk. Mrk 9:29).
Ketiga, melatih rohani dan kehendak dengan prinsip: segala sesuatu itu diciptakan untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Ketika barang duniawi atau ciptaan mulai mulai bergeser dari tujuan untuk memuji dan memuliakan Tuhan maka hal tersebut harus segera ditinggalkan. Dengan demikian hal-hal duniawi menjadi sarana bagi kemuliaan Allah.
Keempat, melatih kehendak dengan “agere contra” (bertindak sebaliknya). Ketika ada keinginan tidak teratur yang mengarah ke dosa, segera diambil tindakan yang sebaliknya. Dengan demikian seseorang tidak tergantung pada kesenangan dan keinginan-keinginan sesaat. Latihan kehendak ini akan membangun keutamaan penguasaan diri dalam melaksanakan dan mempraktikan iman dalam hidup keseharian.
Latihan rohani di atas merupakan askese tubuh dan jiwa kita sehingga semakin terbangun keutamaan penguasaan diri dalam penghayatan dan pelaksanaan iman dalam kehidupan.
Penulis : Anastasia Bintari Kusumastuti - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa