“Kerja”, Mengusahakan Kesejahteraan Bersama di Lingkungan

Kesejahteraan Bersama – Satu dalam keberagaman

Hari itu tidak seperti biasanya bagi pak Greg. Mobil Xenia bawaannya dengan tampilan metalik itu sebenarnya sudah memberi tanda lampu ‘turn right’ alias belok kanan di pojok jalan ‘Cimandiri’ ke arah rumah kediamannya. Pak Gregorius, demikian nama lengkapnya, memang termasuk penghuni lama bersama keluarga yang sudah kira-kira 20 tahun memilih domisili di lingkungan yang mayoritas bukan Kristen itu.

“Ayo pak Greg’ monggo pinarak rumiyen”, terdengar suara dari arah pos kamling warga RT 35. Mobil Xenia itu ternyata memang tidak berjalan terus. Seperti biasa, setelah melewati gapura pintu masuk komplek pemukimannya, pak Greg sudah menurunkan kaca di kedua pintu, kiri-kanan mobilnya sambal mengurangi bunyi dan kecepatan mobilnya. ‘Selamat sore bapak-bapak, tumben pada kumpul’, mobil pak Greg berhenti beberapa langkah sebelum pos sambil bapak paruh baya itu menyapa sekelompok bapak-bapak komplek yang sore itu duduk bersama.

Hari itu memang H-5 dari hari Lebaran. Para bapak penanggungjawab di lorong atau gang masing-masing sepakat untuk menyisikan waktu bersama di pos kamling sambil menunggu waktu berbuka puasa bagi sesama saudara yang berpuasa. “Warga gang 5 sudah mengisi lembaran mudik seperti dihimbau pak RT”, demikian laporan dari pak Greg yang menjadi ketua di Lorong 5 di wilayah itu. “Oh ya, bingkisan lebaran untuk para penjaga keamanan (Satpam) dan kelompok pembersih lingkungan sudah diserahkan ke pihak Security komplek”, lanjut pak Greg melaporkan kebiasaan tahunan para ibu di lorongnya untuk berinisiatif mengumpulkan sedikit bahan bingkisan menjelang hari raya lebaran.

Budaya ‘kerja sama’ di lingkungan yang beragam itu memang menjadi sarana komunikasi dan kepedulian bersama untuk mendukung ‘kesejahteraan bersama’ yang diharapkan, seperti nampak dalam laporan dan bincang-bincang kelompok bapak di sore itu. Ada rasa kebersamaan, menjadi bagian dari hidup berwarga, ada tanggungjawab pada kepentingan  banyak orang dan tidak mau menang sendiri. Semua pihak berpartisipasi meskipun kadar ‘kerja’ saling berbeda, sesuai bagian tugas dan tanggungjawabnya.

Kerja, “do the best and let God do the rest”
“Hanya ada satu cara dalam Alkitab bagi orang untuk mendapatkan impiannya” demikian pak Adrie meniru kata-kata Pak Pendeta ketika berkhotbah di gerejanya. Pak Adrie adalah salah satu warga kristen yang juga tinggal bersama di pemukiman itu.

Pak Greg, pak Adrie, pak Robert dan pak Deddy memilih menghabiskan minuman kopi di pos kamling ketika para bapak lainnya sudah kembali ke rumahnya masing-masing. ‘Lalu, apa lanjutan dari kata-kata pak pendeta tadi’, tanya pak Robert yang penasaran menunggu jawaban! ‘Semua berkaitan dengan persekutuan, paguyuban, kebersamaan, ya itulah kerja’, sambung pak Adrie seperti mengingat kata-kata bapak gembala pada perayaan Paskah yang baru lalu. ‘Kesuksesan mengandaikan usaha yang tanpa henti. Maka kebangkitan Kristus harus membawa cara hidup baru. Mulailah dengan ber-to-bat atau sekurang-kurangnya ber-o-bah (baca: berubah) untuk memilih orientasi hidup yang baru’, lanjut pak Adrie mengulangi pesan Paskah sang gembala. Memang benarlah, sela pak Robert lagi, sejatinya semangat kerja bukanlah ‘aktivitas basa-basi’ belaka melainkan harus lahir dari profesionalisme, atau sesuai dengan keahlian, ada ketekunan dan tentu saja mengandaikan tanggungjawab dan memiliki target yang hendak dicapai. Hasilnya mungkin belum tentu sesuai harapan kita, tetapi yang pasti kita sudah melewati sebuah proses panjang, dengan aneka pembelajaran yang bisa kita petik, bahkan bagi kita yang percaya, dalam be-kerja, manusia “do the best, and let God do the rest”, tandas pak Robert, wong sepuh, mengakhiri petuahnya.

Kerja, “untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, …percaya kepada Kristus” (Yoh. 6:27, 29)
‘Minoritas dan mayoritas bukanlah menjadi masalah lagi di lingkungan kita’, sela pak Greg, seperti meminta gilirannya! ‘Semua kita harus bisa mewujudkan pokok iman dan kepercayaan yang kita punyai sesuai agama masing-masing. Ada semboyan, Ora et Labora, berdoa dan bekerja! Kita bekerja sekuat tenaga tetapi harus diimbangi dengan doa yang tak kunjung henti, karena kita percaya bahwa hidup kita berasal dari Tuhan, kekuatan kita ada pada-Nya, dan harapan serta doa kita adalah, “…datanglah Kerajaan-Mu jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di dalam surga..., atau bagaimana menurut pak Deddy…?,” tanya Pak Greg, seperti  meminta peneguhan dari pak Deddy, teman segereja di Cikarang!

“Berdoa meminta penyelenggaraan Tuhan untuk mendapatkan tempat yang layak untuk beribadah, mungkin bisa menjadi contoh yang sangat baik tentang ‘kerja’ yang tak henti itu... kita menunggu waktu yang tepat bagi Tuhan untuk menyatakan kehendakNya bagi segenap umat. Kami orang Katolik pantas bersyukur atas ijin pendirian rumah ibadah, tetapi sekaligus menyadari bahwa ‘kerja’ itu belumlah selesai... bahkan menjadi awal dari suatu rangkaian ‘doa-kerja’ yang baru untuk membiarkan kehendak Tuhan terlaksana bagi segenap umat secara internal - ke dalam paguyuban umat sendiri, tetapi sekaligus tetap mengusahakan kehendak Tuhan melalui paguyuban umat katolik di tengah masyarakat luas di bumi Cikarang’, tandas pak Deddy yang juga menjadi pengurus salah satu lingkungan rohaniumat yang berdomisili di wilayah Cikarang Baru.

‘Kita memang boleh berbangga karena memiliki ideologi Pancasila, dengan Ketuhanan Yang maha Esa’, bahwa bangsa kita bukanlah negara agama, melainkan negara ber-Ketuhanan sesuai ajaran agama para pemeluknya’, ungkap pak Adrie seperti mau menarik benang merah dari semua percakapan sore itu! ‘Saya yakin, sesuai kepercayaan dan agama kita masing-masing, walaupun beragam caranya, tetapi sama-sama mengingatkan kita semua, bahwa kerja utama kita adalah menyelesaikan pekerjaan dan kehendak Tuhan di dunia’, apalagi sebagai orang Kristen, ada pesan Injil, (bdk. Yoh. 6: 24-35) kata Yesus kepada orang banyak yang mencari Dia, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah memakan roti itu dan kamu kenyang. Dan Yesus berpesan, bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal’ (ay. 27)’, tandas Pak Adrie seperti turut bersaksi tentang kekristenannya!

Melihat pak Greg dan pak Deddy tekun mendengarnya, pak Adrie lalu menambahkan, ‘...dan ketika orang banyak itu bertanya tentang pekerjaan apa yang harus diperbuat supaya sesuai kehendak Allah, maka Yesus memberi jawaban ini, "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (ay. 29).

Penulis : Bruno Rumyaru - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments