Pengantar
Pembicaraan mengenai ekologi selalu menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas, karena masalah ekologi tidak akan lepas dari penyelenggaraan ilahi dan perilaku manusia terhadap alam raya seisinya.
1. Menurut Mazmur 104 dengan sangat jelas mengajarkan kepada kita bahwa bagaimana Tuhan yang tidak hanya mencipta, tapi juga menumbuhkembangkan serta terus memelihara seluruh alam raya ciptaan-Nya. Allah bagaikan orang tua yang terbaik, tak pernah melupakan anak-anak-Nya (bdk Yes 49: 15-16). Catatan : Dalam Maz 104:30, secara khusus dikatakan: "Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi." Kata "roh" sering kali dikaitkan dengan unsur kehidupan, atau hidup itu sendiri. Ini berarti seluruh makhluk ciptaan di alam semesta ini diberikan unsur kehidupan oleh Tuhan. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa bukan hanya manusia yang diberi kehidupan, tapi juga semua makluk ciptaan lainnya. Betapa berharganya seluruh ciptaan di hadapan Tuhan. Roh Allah terus berkarya dan memberikan kehidupan.
2. Menurut Kitab Kejadian 1:26: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. " Kej 1:28 “beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikanikan di laut dan burung-burung dan atas segala binatang yang merayap di bumi”.
Perintah taklukanlah dan berkuasalah yang bermakna :• Manusia sebagai gambar dan rupa/citra Allah (bdk Kej 1:26), maka manusia sudah seharusnyalah akan berperilaku kepada alam raya sebagaimana Allah sendiri berperilaku.• Manusia menjadi rekan sekerja Allah dan diberi otoritas dan kemampuan untuk memelihara, melestarikan, menjaga dan menumbuh-kembangkan alam raya ini agar tetap baik bahkan sungguh amat baik sebagaimana da lam Kejadian 1:31: “Allah melihat segala yang dijadikannya itu sungguh amat baik”.• Kej 2:15 Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kej. 2:15 inilah Model Penatalayanan. Bumi bukan untuk kita kuasai, tetapi untuk kita rawat. Kita juga adalah ciptaan Sang Pencipta. Kita harus memastikan kesuburannya untuk generasi yang akan datang. (LS 67)
Ensiklik Laudato Si & Relevansinya Paus Fransiskus pada bulan Mei 2015 telah mengeluarkan ensiklik “Laudato Si” yang mengajak kita semua (bukan hanya orang Katolik) untuk menjaga, merawat alam semesta dari kehancuran. Ensiklik Laudato Si’ (bahasa Italia yang berarti “Puji Bagi-Mu”) adalah ensiklik kedua dari Paus Fransiskus.
Ensiklik ini memiliki subjudul “On the care for our common home” (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama)1. Apa yang terjadi dengan rumah kita bersama?Saudara kami, ibu bumi sedang menangis yang dikarenakan pandangan dan perilaku kita yang salah dan semena-mena terhadap rumah kita bersama. Secara sadar atau tidak, dalam skala besar atau kecil kita semua telah andil dan turut serta melakukan gempuran-gempuran dan pengrusakan alam raya sehingga menimbulkan krisis ekologis, kemerosotan sosial dan penurunan kualitas hidup.Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya : “Pertobatan Ekologis” yang bertujuan menghimpun prinsip mendasar yang terintegrasi antara ajaran Katolik, lingkungan, sosial dan ekonomi. (JP.II) Pertobatan Ekologis akan tercermin dalam pola dan cara hidup kita dalam mendengarkan Firman Tuhan, menanggapinya dan tekun melaksanakannya dalam hidup kita sehari-hari agar terciptanya harmonisasi setiap aspek kehidupan. (bdk Kej 1:26 ; Kej1:31).
Bahkan Yesus secara tegas dan jelas mengutus kita sebagaimana yang tertulis dalam Injil Markus 16:15 (Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil (Euangelion, yang berarti kabar baik) kepada segala makhluk.” Kabar baik kepada segala makluk ciptaan-Nya. Kabar baik apa yang akan kita beritakan? (sebuah refleksi dan aksi)
2. Manusia Memperlakukan Alam Raya sebagai ObyekDalam kenyataannya ketika manusia berelasi dengan alam, manusia memperlakukan alam sebagai obyek semata-mata. Alam raya dengan segala kekayaannya yang disediakan untuk kesejahteraan bersama umat manusia dan makluk ciptaan lainnya, telah diekploitasi oleh keserakahan dan ketamakan serta kesewenang-wenangan, arogansi manusia, dikonsumsi dimiliki, dan dikuasai, tanpa mengingat dan memperhatikan tugas serta tanggung jawabnya sebagai citra Allah, rekan sekerja dan mandataris Sang Pencipta untuk memelihara, menjaga, merawat dan menumbuhkembangkan alam raya agar tetap sungguh amat baik. (lihat dan bandingkan gambar 2 sungai disamping). Ini salah satu contoh sebagai fakta yang sangat memprihatinkan dan membutuhkan kesadaran serta pertobatan ekologis. Setiap upaya untuk melindungi dan memperbaiki dunia, kita memerlukan perubahan besar dalam “gaya hidup, dalam pola produksi dan konsumsi, begitu juga dalam sistem maupun struktur pemerintahan yang sudah baku, yang sekarang ini menguasai masyarakat”. Paus Benediktus XVI telah meminta kita untuk mengakui bahwa lingkungan alam telah rusak parah oleh perilaku kita yang tidak bertanggung jawab. Lingkungan sosial juga mengalami kerusakan. Keduanya pada dasarnya disebabkan oleh kejahatan yang sama: gagasan bahwa tidak ada kebenaran yang tak terbantahkan untuk menuntun hidup kita, dan bahwa karena itu kebebasan manusia tak terbatas. Kita telah menyalahgunakan makna kehendak bebas. Manusia sering memaknainya secara sempit, yaitu berorientasi pada diri sendiri, dengan mengabaikan makluk ciptaan lainnya. Kerusakan keseimbangan alam telah rusak dengan tanda-tanda seperti :
• Bumi yang semakin panas, suhu lautan juga naik, mencairnya es pada lapisan Es Greenland di Kutub, bocornya atap rumah kaca oleh Carbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Dinitrogen Oksida (N2O) serta gas-gas yang digunakan untuk pendingin yang berasal dari CFC (jaman now harusnya sudah menggunakan non-CFC), rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2, karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan ke jaringan atmosfer. Padahal atmosfer bumi itu sangat penting sebagai tempat oksigen yang diperlukan untuk bernafas, dan tempat terjadinya peristiwa cuaca seperti awan dan hujan. Oleh sebab itu atmosfer bumi harus kita jaga dan rawat baik-baik, misalnya dengan cara : (a) Mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor ataupun pembakaran lainnya yang berasal dari bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral karena mengandung hidrokarbon (CxHy : x dan y tergantung dari jenis/golongan hidrokarbon itu sendiri) seperti minyak bumi, batubara dan gas alam. (Masyarakat Jepang lebih suka menggunakan kendaraan umum seperti KRL/Kereta Rel Listrik, LRT/Light Rapit Transit atau kendaraan listrik lainnya).(b) Menanam banyak pohon (gerakan menanam 1000 pohon; meminimalisir penebangan pohon/hutan dan segera melakukan reboisasi hutan). Dengan demikian kita bisa mengurangi CO2 di atmosfer bumi, karena pepohonan sangat membantu mengurangi laju efek rumah kaca dan panas global. Dengan singkat kata adakan gerakan “Pelestarian Hutan”.(c) Menggunakan Sumber Energi Ramah Lingkungan. Sumber bahan bakar dari fosil sebagai suatu hal yang kurang ramah lingkungan karena akan menghasilkan polusi udara. Contoh sumber energi yang ramah lingkungan : Panel Surya (Solar Cell), tenaga air, tenaga angin.
• Banjir yang terjadi pada umumnya karena sampah yang menumpuk atau menggenang di aliran sungai sehingga pengaliran air sungai menjadi tidak lancar, serta penggundulan hutan sehingga air hujan tidak bisa diserap oleh ta nah dan tumbuh tumbuhan di hutan. Diperlukan stop penggundulan hutan dan segera lakukan Penghijauan (Reboisasi)
• Tanah longsor yang terjadi karena kandungan massa air tanah menjadi berat karena tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah. Perlu ada gerakan dan kesadaran menanam “seribu pohon”.
• Pencemaran udara sebagai akibat kebakaran/dibakarnya hutan dan polusi kendaraan bermotor, asap industri (pabrik), pembangkit listrik tenaga batubara, peleburan logam, pembakaran minyak bumi, debu-debu dan polutan-polutan lain yang melampaui ambang batas. Pencemaran udara yang sangat buruk dapat menimbulkan hujan asam dari atmosfer meskipun bentuknya tidak selalu bentuk hujan air, tetapi bisa berbentuk kabut, butiran es, gas, debu yang mengandung asam yang bisa bersifat basa atau kering. Penyebab utama hujan asam : tingginya sulfur dioksida (SO2), Nitrogen Oksida (NOx) di udara. Taatilah Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta penerapan ISO 14000 Series oleh perusahaan-perusahaan.
• Rusaknya terumbu karang sebagai akibat pencarian ikan menggunakan bahan peledak. Karena itu gunakan peralatan konvensional atau peralatan yang termasuk katagori alat penangkap ikan ramah lingkungan seperti : jaring insang (entangling nets), pancing, falling gears (alat yang dijatuhkan atau ditebarkan), traps (perangkap ikan), penggaruk, jaring angkat ataupun jaring lingkar, alat penjepit atau penusuk ikan (tombak untuk ikan) dan sebagainya.
• Pengaspalan jalan yang tidak memperhitungkan pentingnya dan kapasitas penyerapan air oleh lapisan tanah dan teknologi pengaspalan. Maka segeralah memikirkan resapan air dan meninggalkan penggunaan hot mix asphalt, beralih ke penggunaan warm mix asphalt. Dengan demikian dapat menampung air dan mengurangi penggunaan energi yang berlebihan serta mengurangi polusi udara.
• Membuang sampah sembarangan karena sampah menjadi hal negatif jika tidak dikelola dengan baik. Ada banyak penyakit serta berbagai permasalahan lingkungan hidup yang bisa timbul akibat kebiasaan banyak orang membuang sampah sembarangan. Oleh sebab itu kelola dan kenali jenis-jenis sampah, misalnya kategori B3, organik, non-organik. Pilah sampah sesuai jenisnya, sediakan tempatnya masing-masing, salurkan pada tempat yang sesuai. Di Jepang, dikenal istilah Gomi Toban. Anda yang pernah travelling atau studi atau tinggal di Jepang, mungkin sangat sulit menemukan sampah berserakan di jalanan atau ruang publik lainnya di negeri itu. Karena mereka sangat menjaga kebersihan lingkungan. Orang Jepang tidak akan membuang sampah sembarangan. Ada beberapa contoh sederhana yang bisa kita tiru/ikuti dari kebiasaan orang Jepang antara lain : menjaga kebersihan lingkungan, memilah sampah berdasarkan jenisnya dan daur ulang, hemat air untuk menjaga segala sesuatunya tetap bersih. Orang Jepang banyak mengkonsumsi air, tetapi mereka juga sangat piawai menghemat air yaitu dengan cara melakukan daur ulang air mereka sendiri (belum semua rumah), lebih memilih menggunakan transportasi massal (KRL, LRT dan bus), gemar berjalan kaki atau naik sepeda meskipun memakai jas ke kantor (bila jaraknya relatif dekat). Para perokok selalu membawa asbak kecil di sakunya, untuk berjaga-jaga pembuangan sementara abu dan puntung rokoknya.
Orang Katolik adalah Orang Beriman1. Sebagai orang beriman haruslah mempunyai kesadaran dan sikap untuk mewujudkan iman kepada Allah yaitu sikap bertanggungjawab atas keutuhan alam raya ciptaan-Nya. Mengapa demikian? Karena sikap tersebut merupakan penghormatan terhadap Allah sebagai Sang Pencipta Alam Raya (KKUE/Komisi Kepausan Urusan Evangelisasi Tahun 2020, 384)2. Salah satu aspek iman adalah aspek sosial, yakni kepedulian terhadap sesama makluk ciptaan-Nya. Orang beriman haruslah juga orang yang berjiwa dan bertindak sosial. (KKUE 2020, 389)3. Dalam menyikapi persoalan lingkungan, Paus Fransiskus melalui ensiklik Laudato Si mengajak umat Katolik khususnya dan umat manusia pada umumnya untuk membaharui relasi manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta. Sebagaimana dalam kitab kejadian (Kej 2:15) “memelihara, melindungi, melestraikan, merawat dan mengawasi”4. Relevansi Iman dan kebersihan. Meskipun tidak secara gamblang dapat ditemukan ayat di Injil dimana Yesus mengatakan, “Jangan buang sampah sembarangan!” namun refleksi para Bapa Gereja (Paus) sejak Paus Paulus VI dalam Ensiklik Octogesima Adveniens (1971), Paus Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Centessimus Annus (1991) dan Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas In Veritate (2009) semuanya menunjukkan kadar keyakinan iman Bapa Gereja yang sama dan konsisten bahwa manusia harus meninjau kembali relasinya dengan alam ciptaan Tuhan, bagaimana ia memperlakukan lingkungan hidup dan kesadaran baru apa yang perlu segera ditumbuhkembangkan untuk menyelamatkan bumi ini dari ambang kehancuran karena ulah manusia sendiri.
5. Sebagai umat beriman, kita wajib menanggapi secara positif 6 bab yang terkandung dalam Laudato Si :• Apa yang sedang terjadi pada rumah kita bersama (ibu Bumi)?• Injil tentang alam ciptaan Tuhan• Akar manusiawi dari krisis Ekologis• Ekologi yang utuh ( Integral)• Garis Kebijakan Pendekatan dan Tindakan konkrit (programmes)• Pendidikan dan Spiritual Ekologis
Laudato Si secara tegas dan jelas bertanya kepada kita: “Bumi macam apa yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang (anak-cucu-cicit) sesudah peziarahan kita di planet bumi ini mencapai garis finish?
Pertanyaan sederhana ini sesungguhnya sangat menyentuh makna eksistensi hidup ini dan nilai-nilai sosial dari hidup itu sendiri.
Pernahkah kita berefleksi tentang : “Apakah tujuan hidup kita di dunia ini?” “Apa saja yang dibutuhkan oleh masing-masing makluk ciptaan dari kita?” Paus Fransiskus sangat yakin bahwa panggilan untuk memelihara lingkungan hidup tidak boleh lepas dari bagaimana kita memberi makna, menyikapi dan berperilaku dalam menjalani hidup di ibu bumi ini.
Paus mengajak kita semua untuk memandang Saudari kita ibu bumi sebagai : “Rumah Kita Bersama”. Ibu bumi yang tangannya terbuka untuk memeluk kita, memberi kehangatan dan perlindungan, memberi udara segar untuk kita bernafas, dan air yang segar kepada kita, maka kita seharusnya berbagi kehidupan, merawat, menjaga dan melestarikan keindahan dan keharmonisannya.
Dalam Ensiklik tersebut Paus Fransiskus juga mengangkat seruan St. Yohanes Paulus II agar segenap umat manusia melakukan “Pertobatan Ekologis”. Kita diajak berputar haluan 180° dalam cara berpikir dan berperilaku terhadap saudari kita ibu bumi, yaitu dari : mengekploitir, bertindak sewenangwenang, arogansi, serakah dan tamak menjadi atau kepada : merawat, melestarikan, memandang keindahannya, serta tanggung jawab sebagai citra, rekan sekerja, pelaksana dan mandataris Allah untuk berkuasa atas alam raya.
Ekosistem Bawah Laut di Taman Nasional Wakatobi, menginspirasi kita : “Bagaimana caranya menjadikan Pantai Ancol Jakarta Utara bisa mendekati (tidak usah menyamai) Taman Nasional Wakatobi ?”
Doa St. Bonaventura dalam memaknai ciri sakral alam rayaBarang siapa tidak diterangi oleh semaraknya kebesaran ciptaan, ia buta. Barang siapa tidak tergugah oleh gegap gempitanya, ia tuli. Barang siapa merasakan semua itu, namun tidak tergerak memuliakan Tuhan, ia bisu. Barang siapa melihat tanda-tanda itu, namun tidak berpaling kepada Sang Khalik, ia bodoh. Oleh karena itu, bukalah matamu, sendengkanlah telingamu kepada Roh, bukalah mulutmu, gelorakanlah hatimu agar engkau melihat, mendengar, memuji, mencintai dan memuliakan, mengagungkan dan menyembah Tuhanmu dalam segenap ciptaan, sebelum seluruh alam semesta bangkit melawanmu.
Selamat Paskah, semoga kebangkitan Kristus membangkitkan semangat “Pertobatan Ekologis” kita semua .
Penulis : Aloysius Haryanto - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa