Keluargaku Solider

Keluarga adalah persekutuan hidup dari anggota-anggota yang mempunyai kedudukan dan fungsi demi suatu tujuan. Anggota-anggota itu adalah Ayah, Ibu dan Anak. Sebutan Ayah adalah kedudukan sebagai kepala keluarga. Sebutan Ibu adalah kedudukan sebagai pengatur keluarga. Sedangkan Anak adalah sebutan anggota keluarga yang kedudukannya diatur oleh pengatur keluarga dan dituntun oleh kepala keluarga agar berjalan terarah ke tujuan berkeluarga.

Kata Solider berarti Setia Kawan. Kawan itu sinonim dengan Teman/Sahabat. Pantaskah seorang Anak memanggil Ayah dan Ibunya sebagai Kawan? Bukankah sebutan Kawan/ Teman itu adalah sebuatan di antara dua anak yang sebaya dari dua keluarga yang menimal bertetangga? Begitupula sebaliknya layakkah Ayah dan Ibu menyapa Anaknya sebagai Kawan? Tidakkah sebutan Ayah, Ibu dan Anak mempertahankan dengan kokoh garis kedudukan tegak lurus/vertikal penghormatan anggota keluarga? Tidakkah sebutan Kawan mengandaikan garis kesetaraan kedudukan  secara mendatar/horisontal anggotaanggota keluarga?

Kalau dilihat dari sudut pandang sosio kultural tentulah sapaan Kawan seorang Anak terhadap Ayah dan Ibu adalah perendahan martabat kedudukan orangtua dalam keluarga. Begitupula sebaliknya panggilan Kawan seorang Ayah dan Ibu terhadap seorang anak adalah peninggian martabat kedudukan anak yang tidak pada tempatnya. Akan tetapi kita tidak berbicara keluarga dalam konteks itu. Kita berbicara tentang Keluarga Kristen yang Solider. Oleh karena itu anggota-anggota keluarga kristen mestilah membiasakan diri untuk memperlakukan sesama anggota keluarga sebagai Kawan kalau enggan lebih dahulu memanggilnya sebagai Kawan. Kitab Suci Perjanjian Baru memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus sendiri menyebut dirinya sebagai Anak Allah. Kita semua yang dibaptis sebagai orang kristen adalah anak-anak Allah. Kita semua bersama Yesus Kristus berada pada satu garis kedudukan sederajat horizontal sebagai anak Allah dengan sedikit penekanan pada kedudukan kesulungan Yesus Kristus yang diberi huruf besar A pada sebutan Anak dari sudut pandang Allah. Kita semua adalah Kawan/sahabat bagi Yesus Kristus secara ilahi. Satu sebutan lagi yang lebih sering dinyatakan oleh Yesus Kristus pada diri-Nya ialah Anak Manusia. Kita semua adalah anak-anak Manusia. Keistimewaan diberi pada Yesus Kristus dengan pemakaian huruf besar A pada kata Anak hanya karena kedudukan kesulungan-Nya dilihat dari sudut pandang Manusia. Kita semua adalah Kawan bagi Yesus Kristus secara manusiawi. Yesus Kristus mendapat dua penegasan huruf A itu karena Dia secara pribadi tidak berdosa di bidang moral dan spiritual.

Pada kesempatan ini penekanan khusus diberi pada aspek Kesehatan solidaritas keluarga kristen. Barangkali sebagian besar orang berpikir bahwa kalau bicara kesehatan fokusnya ialah kesehatan badan/badi. Padahal Anak Manusia dan anak-anak Manusia, tidak hanya memiliki badan/raga/badi tetapi lebih mendalam dari hal itu ialah jiwa/pri. Manusia itu Pribadi. Maka tepatlah pepatah Latin mengatakan Mens Sana in Corpore Sano (Jiwa/- Mental/pri yang Sehat dalam Badan/ fisik/badi yang Sehat). Catatan bahwa orang yang badannya sehat belum tentu jiwanya sehat. Orang yang badannya sakit belum tentu jiwanya sakit pula. Dan lagi, kita bukan hanya  anak-anak Manusia, melainkan juga anak-anak Allah. Oleh karena itu akar dari jiwa/pri, yakni kesehatan moral/ akhlak/susila dan kesehatan spiritual/ rohani perlu diberi perhatian solidaritas yang lebih mendalam. Anggota keluarga yang sehat secara moral dalam perbuatan baik dan secara spiritual dalam iman dan ibadah sudah pasti dia sehat secara jiwa dan raga. Karena itu dia hidup. Akan tetapi orang yang tidak sehat secara moral dan spiritual sudah pasti ia tidak sehat secara jiwa dan raga. Karena itu dia sudah mati, hanya lagi berdiri sambil menuggu mati secara tertidur.

Ibu dan Ayah sebagai anak/kawan sulung dalam keluarga kristen tentu mempunyai fungsi-fungsi yang saling melengkapi terhadap pengaturan dan penuntunan Anak sebagai kawan bungsu. Ibu sebagai kawan yang dahulu dalam usia dan pengalaman berfungsi secara khusus bagi perawatan kesehatan badan Anak sebagai kawan bungsu. Sedangkan Ayah sebagai kawan yang sulung dalam usia dan pengalaman berfungsi secara khusus bagi penegasan kesehatan jiwa kawan bungsu. Inilah persekutuan pribadi-pribadi anak-anak Manusia yang hidup dalam keluarga. Tambahan pula Ibu sebagai kawan sulung dalam usia dan pengalaman secara khusus memberi pengaturan kesehatan moral/perbuatan baik kawan bungsu. Sementara Ayah sebagai kawan sulung dalam usia dan pengalaman secara khusus memberi tuntunan kesehatan spiritual kepada Anak sebagai kawan bungsu.

 Akhirnya, Setia pada anggota-anggota keluarga kristen sebagai kawan dalam situasi apapun adalah harga mati untuk hidup yang tidak bisa dibalik menjadi harga hidup untuk mati. Sebab tujuan persekutuan hidup keluarga kristen ialah persekutuan hidup ilahi melalui perjalanan kehidupan Yesus Kristus, Anak Manusia, Anak Allah. Dia sunguh Allah sungguh Manusia. Dia benar-benar hidup. Ketika anggota keluarga setia memperhatikan kesehatan kawan anggota keluarga, maka dia memperhatikan kesehatan manusia dan Allah yang hidup. Marilah Setia pada-Nya.

Penulis : Barnabas SS Ratuwalu - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments