Kehendak Kuat dan Penyerahan Total Mengikuti Panggilan Tuhan

Dinamika mengikuti panggilan Tuhan tidak selalu berarti semuanya mulus tanpa tantangan. Pengalaman Ibu Teresa yang harus meninggalkan karya mengajar ilmu bumi, katekese dan kepala sekolah St. Mary yang dicintai dengan penuh dedikasi adalah masa-masa yang berat. Beban kerja yang tidak sedikit, kondisi makanan terbatas, dan kemudian penyakit TBC (tubercolosis) yang dideritanya serta situasi dimana Ibu Teresa tidak dapat melanjutkan karya di sekolah St. Mary dan harus dikirim ke Darjeeling di wilayah kaki bukit Himalaya (Lucinda Vardey, 2016) adalah peristiwa-peristiwa dalam pergulatan panggilan hidup yang tidak mudah. Peristiwa-peristiwa yang tidak mudah di atas ternyata menjadi sarana tangan Tuhan mendidik kehendak kuat dan sekaligus sikap penyerahan total kepada Tuhan. Pada puncak pengalaman kekeringan rohani (desolasi) yang luar biasa itu Ibu Teresa justru mendapat anugerah “panggilan yang kedua”, yaitu panggilan dalam panggilan yang satusatunya jawaban adalah ‘ya’ atas panggilan tersebut. Itu terjadi di atas kereta api pada tanggal 10 September 1946. Pesan panggilan Tuhan tersebut dialami cukup jelas bagi Ibu Teresa. Ibu Teresa kemudian menyerahkan semuanya dan mengikuti Tuhan ke kawasan kumuh, melayani Tuhan pada orang paling miskin dari antara orang-orang yang miskin. Jawaban ‘ya’ terhadap panggilan Tuhan tersebut tidak membebaskan dari pengalaman pergulatan kekeringan rohani yang selanjutnya mendewasakan dan menuntun pada anugerah rahmat Tuhan yang lebih besar dengan kerendahan hati.

Pergulatan menghadapi kekeringan rohani selama 2 tahun sebelum memperoleh izin resmi dari gereja untuk pelayanan misioner dari pengajar menjadi pelayan orang-orang miskin mengubah cara memandang realitas dan kehidupan. Terjadi perubahan hidup menjadi pelayan orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa, dari kesehatan yang lemah karena sakit tubercolosisnya menjadi pelayan karya kasih yang energik dan tangguh membangun kongregasi, konstitusi dan cabang-cabang pelayanan di seluruh dunia. Melalui pergulatan menghadapi kekeringan rohani Ibu Teresa dikaruniai rahmat keseimbangan antara kehendak kuat dan penyerahan total kepada Tuhan. Masa-masa kekeringan rohani mengajarkan kearifan pentingnya doa dan penyerahan pada Tuhan. Kecuali itu, pengalaman bergulat dengan kekeringan rohani juga menggemakan seruan pentingnya memberikan sentuhan pelayanan kasih bagi yang sekarat, miskin, kesepian dan yang tidak dinginkan dan tidak malu untuk melakukan karya-karya sederhana bagi mereka. Pergulatan menghadapi kekeringan rohani mengajarkan pentingnya kekuatan doa, kesucian dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kemiskinan. Kemiskinan yang paling mengerikan menurut Ibu Teresa adalah perasaan kesepian, perasaan ditolak dan kehadirannya tidak diinginkan.

Perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan justru dialami pada masa-masa pergulatan menghadapi kekeringan rohani dalam mengikuti panggilan Tuhan. Dari sini disadari pentingnya kekuatan doa pribadi dan keluarga/komunitas. Setiap orang beriman diajak memohon kehendak kuat untuk menjadi kudus. Kekudusan adalah keharusan. Kekudusan diperuntukkan bagi setiap orang. Pengalaman kekeringan rohani (desolasi) membuka jalan pada kekudusan melalui doa dan karya kasih misioner. Kutipan Ibu Teresa yang banyak dikenal menjadi jalan kekudusan adalah “Buah dari keheningan adalah doa, buah dari doa adalah iman, buah dari iman adalah cinta, buah dari cinta adalah pelayanan dan buah pelayanan adalah damai”.

Dengan perpaling pada pengalaman pergulatan Ibu Teresa dari Kalkuta menghadapi kekeringan rohani di atas, kita umat beriman tidak perlu takut menghadapi kesulitan-kesulitan, tantangan, persoalan-persoalan maupun kekurangan yang kadang harus kita hadapi. Tuhan sedang berkarya membimbing untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan secara mendalam. Melalui aneka peristiwa- peristiwa tidak mudah atau penuh tantangan Tuhan juga sedang memanggil, menggemakan suaranya atau sedang mengetuk kedalaman hati kita untuk mengikuti Tuhan melalui aneka karya-karya kasih sesuai dengan panggilan hidup masing-masing bagi setiap orang beriman.

Santa Teresa dari Kalkuta, doakanlah kami.

Penulis : Andreas Yumarma

Sumber:
Lucinda Vardey, Mother Teresa. Winner of the Nobel Peace Prize, 1995:182
10 Essentials Mother Teresa Quotes
Docat Indonesia. Apa yang harus kulakukan

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments