Kedosaan dan Keselamatan Perspektif Protestantisme dan Katolisitas

Mengapa manusia berdosa ? Apakah manusia itu pada hakekatnya baik atau sebaliknya pada hakekatnya manusia itu adalah jahat? Pendekatan teologis atas pertanyaan ini bervariasi. Titik berangkatnya adalah bagaimana gereja menafsirkan akibat dosa Adam dan kasih karunia Tuhan seperti ditulis oleh Rasul Paulus “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian, pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar (Roma 5:19).

Sebelumnya Paulus menulis, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rom.5:12). Berikut, perbedaan antara Protestantisme dan Katolisitas dapat diringkas sebagai berikut :

  • Protestantisme mengajarkan tentang Totalita Corupta atau Kerusakan total dalam diri manusia. Adam dianggap oleh Allah sebagai wakil dari seluruh umat manusia, dan karena itu ketika Adam jatuh ke dalam dosa, seluruh umat manusia dianggap jatuh ke dalam dosa juga. Pandangan ini didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci seperti Ayub 25:4 - "Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?". Maz 51:7 - "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku
    dikandung ibuku". Maz 58:4 - "Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kan- dungan pendusta-pendusta telah sesat". Protestantisme kemudian mengajarkan tentang pembenaran dan keselamatan melalui ke-5 Sola, yakni Sola Gratia, ‘hanya rahmat’(Efesus:2:8-9), Sola Fide, hanya iman (Galatia 3:11), Solus Christus, hanya Kristus (1Tim.2:5), Sola Scriptura, hanya Kitab Suci (2Tim.3:16-17) dan Soli Deo Gloria, hanya demi kemuliaan Allah (1Petrus 4:11).
  • Gereja Katolik, menyampaikan 3 sumber kebenaran iman yaitu Kitab Suci, Kuasa mengajar Gereja (Magisterium) dan Tradisi atau praktik Gereja sepanjang masa melalui hidup sakramental.
  • Gereja mengajarkan bahwa Sakramen Pembaptisan, sebagai “Pintu Gerbang Keselamatan” dalam peziarahan menuju kehidupan kekal. Yesus sendiri memberi diri-Nya dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, bukan sebagai penghapusan dosa (karena Yesus
    bukan pendosa) tetapi sebagai wujud solidaritas kepada manusia.pendosa. Solidaritas Yesus ini membawa berkat yang tak terhingga bagi kita, yaitu urapan Roh Kudus yang turun atas-Nya, dan seruan Allah Bapa yang ditujukan kepada-Nya itupun ditujukan kepada kita semua yang dibaptis, “Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:22).
  • Dalam pembicaraan-Nya dengan Nikodemus, Yesus menghubungkan keselamatan kekal dengan Kerajaan Allah (lih. Yoh 3:16 dan Yoh 3:3,5). Yesus berkata bahwa seseorang harus dilahirkan kembali di dalam air dan Roh agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (lih. Yoh 3:5). Tentu, dilahirkan kembali di dalam Roh Kudus ini hanya mungkin jika seseorang bertobat dari segala dosa, dan mempunyai iman akan Allah Tritunggal yang menyelamatkan kita melalui Yesus Kristus. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan amanat kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa (lih. Mat 28:19-20). Pelengkap sakramen baptis adalah Ekaristi dan Krisma.
  • Akhirnya ada 3 kegiatan mulia yang tetap harus ditingkatkan, untuk menghindari kecenderungan berbuat dosa atau memperjuangkan terus ‘hidup berselamat’ dalam diri kita setiap saat, yakni rajin beribadah, tekun berpuasa dan setia beramal-kasih.

Dengan cara-cara ini kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan sesama melalui perbuatan nyata, karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (bdk. 2Yak.14-16), dan semakin membiarkan Roh Tuhan menguasai hidup kita dengan buah-buahnya, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (bdk. Gal.5:16-26).

Penulis : Bruno Rumyaru


Post Terkait

Comments