“Hai anak-anak-Ku, tinggal sesaat lagi Aku ada bersama kamu. Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi”. Perintah baru ini merupakan Basic Mentality kita sebagai pengikut Kristus. Basic Mentality yang mestinya tampak dalam cara berada dan bertindak kita bila kita mau disebut pengikut Kristus.
Habemus Papam! Paus Leo XIV terpilih. Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat terpilih menjadi Paus ke 267. Sebelumnya Beliau adalah Kardinal di Peru. Mengapa Beliau memilih nama Leo XIV? banyak media mengulas bahwa inspirasi dari Paus Leo XIII, yang membuat Ensiklik pertama ajaran sosial Gereja; “Rerum Novarum” (Tentang Hal-hal Baru). Rerum Novarum membahas hak-hak pekerja dan kapitalisme pada awal era industri dan dianggap sebagai ensiklik sosial Katolik modern, yang kemudian memunculkan ensiklik-ensiklik sosial yang lain.
Pemikiran di atas semakin tampak ketika Paus Leo XIV dalam pidato perdananya mengatakan dan ada tiga hal yang bisa saya tangkap.
1. Inilah kedamaian Kristus yang bangkit, kedamaian yang melucuti senjata, merendahkan hati dan memelihara. Itu semua datang dari Tuhan yang mengasihi kita semua tanpa batas dan syarat.
2. Membangun Gereja yang misionaris; menjadi jembatan keselamatan.
3. Dialog kasih, terbuka bagi semua yang membutuhkan kasih amal kita.
Tentang kedamaian Kristus yang bangkit. Kedamaian yang melucuti senjata, merendahkan hati dan memelihara. Saya merasa Paus Leo XIV mengajak kita untuk mewujudkan kasih yang konkret. Dengan mengusahakan tidak ada perang. Perang hanya membuat kerugian dan kematian pada manusia dan semesta ini; tentunya Allah tidak ada di sana. Dan sikap merendahkan hati sebuah tanda awal untuk meniadakan perang; lebih dari itu dapat memelihara kehidupan yang diberikan Allah baik adanya. Ini bisa dikatakan Gereja yang tanpa kekerasan.
Membangun Gereja dengan membangun jembatan keselamatan. Bukan jembatan secara fisik melainkan jembatan keselamatan agar semua ciptaan sampai pada Sang Pencipta. Menjadi jembatan keselamatan mesti kita lakukan bersama. Secara kongkret hidup kita – apa pun status kita mengusahakannya, bukan sebaliknya hidup kita malah menjadi batu sandungan dan mengancam hidup sesama dan semesta ini.
Dialog kasih, pertama-tama mengusahakan “melihat Allah dalam segala dan segala dalam Allah”. Artinya melihat Allah juga ada dan hadir dalam diri sesama dan semesta ini. Melihat dengan hati: kondisi-kondisi kehidupan ini. Bagaimana hati Allah yang terkoyak dengan situasi saat ini; situasi perang, kelaparan, kemiskinan, orang-orang yang tertidas, disabilitas dan sampah. Pertanyaan lanjutan, Allah akan bertindak apa dalam situasi-situasi tersebut. Bila kontemplasi ini terjadi maka rasanya apa yang diharapkan oleh Paus Leo XIV dan Injil yang kita dengar hari ini pasti akan terjadi.
Saudara-saudari terkasih. Injil Minggu Paskah V ini mestinya menimbulkan hasrat kita sebagai pengikut Kristus menjadi semakin kuat. Paus Leo XIV mengajak dan melibatkan kita untuk merasakan kasih dan menjadi “aroma” kasih yang kuat dalam kehidupan ini. Kehidupan yang bukan sekedar mampir minum melainkan hidup yang bermakna, dari kasih, dalam kasih dan untuk mengasihi sesama dan semesta dengan lebih semangat.
Selamat Mengasihi sesama dan semesta.
Ch Kristiono Puspo SJ