"Jika Mata Anda Positif, Anda akan Mencintai Dunia; dan Jika Lidahmu Positif, Dunia akan Mencintaimu" - Bunda Teresa Kalkuta -
Bunda Teresa dari Kalkuta telah menjadi Orang Kudus dalam Gereja Katolik dan sekaligus dihormati oleh masyarakat dunia, bukan karena telah mendirikan sebuah dan tarekat religius menurut kehendaknya. Santa Teresa dari Kalkuta dan para pengikutnya, Kongregasi Misionaris Cinta Kasih, memberikn pelayanan tanpa pamrih khususnya kepada orang-orang yang melarat dan sekarat. Maka kutipan menarik, “Jika mata Anda positif, Anda akan mencintai dunia; dan jika lidahmu positif, dunia akan mencintaimu”, tidak sekedar keluar dari mulut Sang Orang Kudus itu, tetapi kata-kata itu sekaligus menjadi kesaksian hidup dan karya Santa Teresa dan 4000-an para suster yang sudah tersebar di 123 negara, serta memberikan seluruh hidup mereka untuk melayani orangorang miskin dan sekarat di pemukiman kumuh yang berada di 160 kota di dunia. Ada 4 frase yang membentuk 2 kalimat utama dari kutipan kata-kata Santa Teresa di atas, seperti dalam refleksi berikut:
Jika mata Anda positip, Anda akan mencintai dunia.
Bunda Teresa membenarkan kata-kata Yesus dalam Kitab Suci, Matius, 6:22-23, yang berbunyi, “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu”. Pelita menjadi penerang, petunjuk yang dibutuhkan setiap orang untuk menentukan arah jalan. Maka seperti sebuah penerang yang baik untuk memungkinkan seseorang mengambil langkah yang tepat, demikian ‘mata yang positip’ membantu memberikan kepastian sikap untuk seluruh tubuh. Mata yang positip menunjuk kepada cara pandang yang positip pula. Ada beberapa langkah yang dapat membantu kita membangun dan memelihara “mata yang positip”, seperti dilaporkan oleh ‘lampu edison’ (https://kumparan.com/lampu-edison/) sebagai berikut:
1. Berpikirlah secara berbeda. Mengawali setiap langkah dengan ‘katakata’ positip serta tidak berpandangan sempit atau minimalistis, sekaligus menjadi kebiasaan.
2. Bertindak beda. Berani melakukan tindakan nyata secara berbeda, mulai dari hal-hal kecil. Bunda Teresa mengatakan, “lakukanlah hal-hal kecil dengan cinta yang besar”.
3. Kenali dan sadari diri. Segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri, kepada diri sendiri, kemudian dalam relasi dengan realitas eksternal, seperti orang lain atau alam sekitar.
4. Bertemu dengan orang-orang baru. Tidak berpusat pada diri sendiri semata-mata, tetapi mengandalkan kehadiran orang dan kelompok lain, atau orang/lingkungan baru untuk mendapatkan pemikiran, suasana yang baru dan segar pula.
5. Keluarlah dari zona nyaman. Suka membiasakan diri pada hal-hal baru dan menantang, agar kita memiliki sikap keberanian, semangat juang dan tidak gampang untuk menyerah.
Maka yang positip mengandaikan seluruh kemampuan diri untuk berpikir, dan menemukan hasil yang tepat sebelum menjadi impuls atau stimulant, dorongan positip untuk melakukannya. Bunda Teresa dari Kalkata mengingatkan kita, “Jika mata Anda positif, Anda akan mencintai dunia;…”. Kita bisa melakukan hal-hal yang positip karena memiliki kata dan dorongan hati yang positip pula. Yesus dengan tegas mengatakan, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka”(Mat.5:29).
Jika lidahmu positif, dunia akan mencintaimu Bunda Teresa dari Kalkuta mengajarkan kepada para pengikutnya keutamaan-keutamaan hidup baik dalam kata-kata maupun melalui tindakan yang konkrit. Di tempat lain, Sang Bunda berkata, “Jikalau kamu tidak bisa memberi makan seratus orang, maka cukuplah beri kepada satu orang”(Bunda Teresa, 1910). Perbuatan dalam bentuk kata-kata yang baik didengar, meneguhkan yang bimbang, menguatkan yang lemah, tidak perlu kepada segenap masyarakat luas. Sebaliknya kehadiran kita melalui kata-kata sederhana dan biasa memberi semangat dan menyegarkan orang lain dalam situasinya yang konkrit. “Damai bermula dari sebuah senyuman”, kata Bunda Teresa. Kehadiran yang penuh cinta akan membawa sukacita dan damai bagi orang lain. Kata-kata yang baik memperkenalkan siapa diri kita. Beberapa petunjuk praktis untuk membangun dan memelihata “lidah yang positif” dalam komunikasi dengan pihak lain, adalah sebagai berikut:
1. Memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita adalah enak didengar. Kita bisa mengeluarkan kata-kata yang enak didengar apabila keluar dari pikiran yang sehat atau positip. Maka sebelum berbicara, pikirkan dan renungkan apa yang hendak kita katakan.
2. Menggunakan bahasa tubuh yang informatif dan konfirmatif. Gerakan badan dalam setiap komunikasi dimksudkan untuk memperjelas dan menegaskan apa yang dikatakan, maka gerakan tubuh sebaiknya tidaklah berlebihan.
3. Bahasa lisan dan bahasa tubuh lahir dari cinta budaya hidup bersama. Komunikasi yang kita bangun melalui ekspresi kata dan tubuh menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya hidup yang didamba dan dibutuhkan orang banyak.
Maka kata-kata Bunda Teresa, “Jika lidahmu positif, dunia akan mencintaimu” mengingatkan kita bahwa kehadiran kita(dalam kata dan tindak), adalah untuk membangun kehidupan bersama. Kita menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang lain. Di tempat lain, Bunda Teresa berkata, "Kata-kata yang baik bisa singkat dan mudah diucapkan, tetapi gemanya benar-benar tidak ada habisnya." Sang Bunda mengingatkan kita bahwa lidah yang positip lahir dari keyakinan yang teguh pula, seperti ditegaskan oleh Rasul Paulus, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rom 10:9-10).
Penulis : Bruno Rumyaru - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar: Dokumentasi Pribadi Komsos.