Iman dalam Karya Membangun Solidaritas Sosial

Salah satu aspek penting dalam praktik pengajaran iman Katolik adalah keterlibatan umat dalam karya membangun dan mengusahakan solidaritas sosial. Gereja Katolik mendorong umat untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan berkontribusi pada pembangunan Masyarakat sekitar (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Oleh karena itu kepedulian terhadap saudara-saudari kita yang miskin, tersingkir dan difabel selalu bergema dalam keterlibatan aktif umat beriman (Bdk. Mat 25:31-46; 1 Yoh 3:17-18; AE Pribadi, 2021).

Dalam komunitas gereja Katolik, berbagai kegiatan dan karya dilakukan untuk mendukung dan mempererat hubungan antara umat, melalui kelompok doa, pengajaran agama, kelas katekese, dan kegiatan sosial. Gereja sebagai communio merupakan persekutuan dengan Allah melalui kristus dalam Roh Kudus (Y. Bai, 2022). Melalui kegiatan-kegiatan ini, umat Katolik belajar mempraktikkan iman dengan meneladan solidaritas Allah pada umat manusia yang kita rayakan pada peristiwa Natal. Karya solidaritas umat beriman menjadi seperti epifani, penampakan kehadiran tangan Tuhan yang terus berkarya menyelamatkan umat manusia.

Mengikuti Tuhan Yesus yang berkarya blusukan ke desa-desa memaklumkan Kerajaan Allah dilaksanakan dengan kerja mengusahakan solidaritas sosial. Dalam lingkungan komunitas gereja, perayaan-perayaan ekaristi dan kegiatan peribadatan umat beriman di linkungan menjadi ajang untuk berkumpul dan membangun solidaritas sosial secara internal di antara umat beriman. Dengan menyanyikan lagu-lagu rohani, tekun berdoa bersama dan mendengarkan firman Tuhan, umat beriman secara internal juga sedang membangun solidaritas sosial. Semua itu menjadi pembuktian solidaritas sosial bahwa kita sebagai anggota Gereja, yakni persekutuan umat beriman, saling mendukung, menguatkan, dan mempererat hubungan dengan Tuhan.

Dalam konteks penghayatan iman, solidaritas merupakan ciri utama sikap iman sebagai pribadi sosial. Iman Katolik menekankan pentingnya kerjasama antarumat beragama dalam membangun persaudaraan sejati. Menurut Markus 12:28-34, Yesus mengajarkan bahwa perintah terbesar adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Hal ini menegaskan pentingnya kerjasama dan persaudaraan antarumat beragama dalam membangun masyarakat yang lebih baik Dengan melibatkan diri dalam kegiatan gereja, sosial dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat, umat beriman menjadi pemangku kepemimpinan dalam menciptakan solidaritas dan keadilan di lingkungan konkrit sekitarnya.

Pengajaran iman tentang solidaritas sosial akan membantu mengatasi krisis sosial yang terjadi dengan berkontribusi pada masyarakat sekita dan membantu mereka yang membutuhkan. Krisis sosial yang sedang terjadi saat ini meliputi krisis ekonomi keluarga-keluarga akibat dampak yang belum usai dari pandemi COVID-19 yang lalu, krisis ketidaksetaraan ekonomi, korupsi, pelecehan seksual, ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya, pengangguran, perubahan iklim, pengungsi, ketidaksetaraan gender, kekerasan dalam rumah tangga, dan kurangnya fasilitas kesehatan yang layak, terlebih bagi para difabel (Bdk. AE. Pribadi, 2021). Krisis-krisis tersebut memiliki dampak pada masyarakat dan memerlukan tindakan nyata untuk penyelesaiannya. Di sini diperlukan karya kegiatan umat beriman untuk mengusahakan solidaritas sosial. Dalam konteks pengajaran iman Katolik tentang solidaritas sosial, upaya untuk mengatasi krisis-krisis ini melibatkan kontribusi aktif umat beriman bersama umat beriman lain, untuk membangun solidaritas, keadilan, dan persaudaraan, serta sigap bertindak memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Solidaritas seperti itu adalah salah satu prinsip dalam Ajaran Sosial Gereja (ASG) Katolik yang menekankan pentingnya kerjasama antarumat beragama dalam membangun persaudaraan sejati. Dalam perspektif ASG, solidaritas sosial merupakan panggilan setiap orang beriman untuk mewujudkan tanggungjawab sosial dalam masyarakat (Bdk. Yohanes Yayan Riawan, 2020). Melalui kegiatan sosial dan berkontribusi pada masyarakat sekitar, umat Katolik berperan pro aktif ikut  ambil bagian dalam menciptakan kesejahteraan bersama yang lebih luas di tengah-tengah masyarakat.

Pengajaran iman Katolik tentang solidaritas sosial membantu umat Katolik pro aktif terlibat mengatasi krisis sosial yang terjadi dengan mempraktikkan dan melaksanakan nilai-nilai iman dalam kehidupan seperti toleransi, kerukunan, perdamaian dan persaudaraan (Bdk. C.B. Mulyanto, 2015). Dalam kegiatan karya solidaritas sosial, umat Katolik terus mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan seperti tenggang rasa, Kerjasama dan persaudaraan. Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, umat Katolik membantu mengatasi krisis sosial seperti potensi konflik antarumat beragama, ketidakadilan, dan ketimpangan sosial. Umat Katolik dengan demikian menjadi berkat bagi kesejahteraan bersama di sepanjang tahun, dan membantu masyarakat menjadi lebih adil, sejahtera, menjunjung tinggi martabat manusia serta berkeadilan.

Sumber:

Bai, Y., (2022). Eklesiologi Communio dalam Pesan Natal PGI-KWI 1998- 2020. FORUM Filsafat dan Teologi, 51(1), 43 – 62. http://ejournal.stftws.ac.id/index.php/forum/article/view/ 389

Maman S., Sulis B. S., (2017). Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Mulyanto, C.B., (2015). Solidaritas dan Perdamaian Dunia dalam Sollicitudo Rei Socialis. Jurnal Teologi 4(2): 121-132 DOI:10.24071/jt.v4i2.470

Pribadi, AE, (2021). Dukungan Gereja Bagi Kaum Difabel dan Inspirasi Teologi Inkarnasi Jean Vanier. Melintas 37(2), 107-128.

Riawan, Y.Y., (2020). Refleksi Teologis Solidaritas Menurut Mgr. Johannes Pujasumarta dalam Terang Ajaran Sosial Gereja. Jurnal Teologi, 09(02), 1-18. DOI: 10.24071/jt.v9i1.2624

 

Penulis : Andreas Yumarma - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments