Homo Laboris - Manusia Pada Hakekatnya Adalah Pekerja

“Work is a good thing for man - a good thing for his humanity – because through work man not only transforms nature, adapting it to his own needs, but he also achieves fulfillment as a human being and indeed, in a sense, become “more a human being”

(St. John Paul II, on Human Work/Laborem Exercens)

 

KGK 378 Pekerjaan itu untuk pria dan wanita bukan kerja paksa (Bdk. Kej 3: 17-19), melainkan kerja sama dengan Allah demi penyempurnaan ciptaan yang kelihatan.

KGK 1914 Keterlibatan ini pertama-tama berarti bahwa manusia berkarya di dalam bidang-bidang untuk mana ia menerima tanggung jawab pribadi. Dengan memperhatikan pendidikan keluarganya dan bekerja dengan saksama, seseorang menyumbang demi kesejahteraan orang lain dan kesejahteraan masyarakat (Bdk. CA 43).

KGK 2427 Karya manusia adalah tindakan langsung dari manusia yang diciptakan menurut citra Allah. Mereka ini dipanggil, supaya bersama-sama melanjutkan karya penciptaan, kalau mereka menguasai bumi (Bdk. Kej 1:28; GS 34; CA 31). Dengan demikian pekerjaan adalah satu kewajiban: “Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tes 3:10, Bdk. 1 Tes 4:11). Pekerjaan menghargai anugerah-anugerah dan talenta-talenta yang diterima dari Pencipta. Tetapi ia juga dapat menyelamatkan. Apabila manusia dalam persatuan dengan Yesus, Tukang kayu dari Nazaret dan Yang Tersalib di Golgota, menerima jerih payah pekerjaan (Bdk. Kej 3: 14-19), ia boleh dikatakan bekerja bersama dengan Putera Allah dalam karya penebusan-Nya. Ia membuktikan diri sebagai murid Kristus, kalau ia, dalam kegiatannya yang harus ia laksanakan hari demi hari, memikul salibnya (Bdk. LE 27). Pekerjaan dapat menjadi sarana pengudusan dan dapat meresapi kenyataan duniawi dengan semangat Kristus.

KGK 2428 Sewaktu bekerja, manusia melatih dan melaksanakan sebagian dari kemampuan kodratinya. Nilai utama dari pekerjaan itu datang dari manusia sendiri yang menciptakannya dan yang menerima keuntungannya. Pekerjaan memang untuk manusia, dan bukan manusia untuk pekerjaan (Bdk. LE 6). Tiap orang harus dapat menghasilkan melalui pekerjaan itu sarana-sarana untuk memelihara diri sendiri dan keluarganya dan supaya ia dapat menyumbang bagi persekutuan manusia.

Setiap menusia hidup selalu mempunyai kebutuhan/needs. Untuk mewujudkan kebutuhan, manusia beriman selalu sadar bahwa ia harus berdoa, berusaha dan bekerja (Bdk Maz 124:8; Yoh 15:5; 2 Tesalonika 3:10). Ada pepatah yang mengatakan : “Ora et Labora” dan “No Bees, No Honey, No Work, No Money”.

Kerja merupakan kodrat dan tindakan khas manusia.
1. Dengan bekerja, manusia menyadari diri sebagai Citra Allah Sang Pekerja dan sebagai makhluk yang mampu mengembangkan diri, mampu membawa perubahan, baik pada skala kecil maupun pada dunia yang lebih luas.
2. Melalui bekerja, orang merepresentasikan salah satu sifat Allah, mempertahankan hidupnya, mengembangkan talentanya, melayani kebutuhan sesama dan dirinya (bdk Ardas KAJ 2023 : Kesejahteraan Bersama).
3. Oleh sebab itu manusia harus bekerja. Konsekuensi dari manusia sebagai makhluk pekerja (Homo Laboris) adalah berusaha untuk mencari pekerjaan, sebab dengan bekerja manusia dapat mempertahankan hidup, mengembangkan talentanya, membangun kesejahteraan bersama.
4. Kitab Kejadian menggambarkan Allah sebagai Pencipta sebagai pekerja yang mumpuni, Allah bekerja dari hari pertama sampai hari yang keenam dan pada hari yang ketujuh beristirahat dari pekerjaan yang dikerjakan-Nya (Bdk Kej 1:1-31; 2:1-3). Ada waktu bekerja dan beristirahat. Hasil kerja Allah selalu baik bahkan setelah menciptakan manusia Allah mengatakan Sungguh amat baik(Bdk Kej1:31)

Bekerja bermakna religius, dimanakah makna kerelegiusannya ?
“Allah menberi kuasa kepada manusia atas alam semesta, mengajak manusia bergandeng tangan dengan-Nya memelihara dan melestarikan alam semesta dengan penuh kasih dan tanggung jawab.” (Bdk Kej 1:26-30)

1. Allah menugaskan manusia untuk bekerja.
2. Dunia dan makhluk-makhluk lainnya diserahkan oleh Allah kepada manusia untuk dikuasai, ditaklukkan dan dipergunakan. (Kej 1:28-30).
3. Dengan demikian manusia menjadi wakil Allah di dunia ini. Ia menjadi pengurus dan pekerja yang menyelenggarakan ciptaan Tuhan.
4. Dengan bekerja manusia bukan saja dapat bekerja sama dengan Allah, tetapi juga dengan Pekerja yang  menyelenggarakan ciptaan-Nya.
5. Dengan bekerja manusia mendekatkan dirinya secara pribadi kepada Allah!
6. Manusia akhirnya teruntuk bagi Allah sebagai yang terakhir. Kerja, akhirnya merupakan salah satu bentuk pengabdian pribadi kepada Allah sebagai tujuan akhir manusia.
7. Kesadaran, bahwa melalui kerja manusia berperan serta dalam karya penciptaan merupakan motif yang terdalam untuk bekerja di pelbagai sektor. Jadi menurut Konstitusi ”Lumen Gentium”, kaum beriman wajib mengakui makna sedalam-dalamnya, nilai serta tujuan segenap alam tercipta, yakni: demi kemuliaan Allah.

Disini menjadi nyata bahwa kerja sungguh bisa mempunyai aspek religius, selain aspek pribadi dan sosial. Bdk Ardas KAJ 2023 : Kesejahteraan Bersama/Bonum Communae yang adalah “keseluruhan kondisi hidup kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggotaanggota perorangan untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri. (Kompendium ASG 164). Untuk mewujudkan kesejahteraan bersama kita dituntut untuk berperan secara aktif. (Bdk Tema APP KAJ 2023 “Peran Serta Kita dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bersama”)

Bekerja bukan hanya bermakna religius tetapi juga bisa bermakna:
1. Ekonomis : Dari sisi ekonomi, bekerja dipandang sebagai pengerahan tenaga untuk menghasilkan sesuatu yang diperlukan atau diinginkan oleh seseorang atau masyarakat.
2. Sosiologis : Kerja, selain sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sekaligus juga mengarah kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat
3. Antropologis : Kerja memungkinkan manusia untuk membina dan membentuk diri dan pribadinya. Dengan kerja, manusia menjadi lebih manusia dan lebih bisa menjadi teman bagi sesamanya dengan menggunakan akal budi, kehendak, tenaga, daya kreatif, serta rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan umum

Konsekuensi logis dari suatu pekerjaan adalah adanya imbal hasil atau kontra prestasi dari apa yang sudah kita lakukan. Imbal hasil ini biasa kita maknai dengan upah kerja. Upah kerja itu bermacam-macam seperti gaji, promosi jabatan, fasilitas, pengha gaan, dan lain-lain. Melalui pemberian upah kerja yang adil akan memberikan kepuasan batin dan kebahagiaan bagi orang yang bekerja.

Masalahnya adalah tidak setiap instansi atau pemberi kerja mampu memberikan upah yang layak dan memperhatikan kesejahteraan pekerjanya. Maka Gereja tidak tinggal diam tetapi melalui Ensiklik Laborem Exercens (LE), Gereja mengkritik tajam praktik komunisme dan kapitalisme dalam dunia kerja.

Manusia Pada Hakekatnya adalah Pekerja (Homo Laboris). Hal ini dengan sangat jelas tertuang dalam Alkitab :
1. Seorang pekerja layak mendapat upah (Mrk 10:7; Mat 10:10; 1Tim 5:18)
2. Seorang pekerja yang baik pada akhirnya akan menjadi sahabat sesama pekerja dan pemilik atau pimpinan (1 Rj 11:28).
3. Seorang pekerja adalah seseorang yang dibutuhkan (Mat 20:1)
4. Seorang pekerja yang rajin (1 Rj 11:28) pembawa kebenaran (2 Tim 2:15)

Prinsip-prinsip bekerja umat Kristiani adalah:
1. Bekerja dilakukan tidak hanya untuk menguntungkan si pekerja/diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain (Kel 23:10-11; Ul 15:7-11; Ef 4:28).
2. Bekerja merupakan karunia dari Allah. Dengan bekerja, umat-Nya akan diberkati (Mzm 104:1-35; 127: 1-5; Pkh 3:12-13; 5:18-20; Ams 14:23).
3. Allah memperlengkapi umat-Nya untuk pekerjaan mereka (Kel 31: 2-11).

Salam sehat penuh kasih. Berkah Dalem.

 *Keterangan : KGK = Katekismus Gereja Katolik

Penulis : Aloysius Haryanto - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments