Hari Minggu Panggilan Sedunia

Pada hari Minggu Paskah IV ini Gereja merayakan Hari Minggu Panggilan Sedunia ke-57. Perayaan ini bertepatan dengan gambaran Injil Yohanes tentang Yesus sebagai Gembala Baik. Dalam tulisan ini, kita diajak untuk memahami semangat dasar Hari Minggu Panggilan Sedunia.

Dalam sesi awal Konsili Vatikan II (1963) dibahas berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi Gereja. Paus Paulus VI melihat salah satu masalah tersebut, yaitu berkurangnya jumlah calon imam yang masuk ke seminari. Masalah ini telah melanda Gereja di Eropa pada awal tahun 50-an.

Menurut Bapa Suci, masalah ini tidak hanya berkaitan dengan masa depan kehidupan Gereja, tetapi juga mengindikasikan daya iman dan kasih dari setiap paroki, keuskupan, maupun keluarga Kristiani. Paus Paulus VI berpendapat bahwa dimana banyak panggilan berkembang
dalam komunitas gerejawi, di sanalah terdapat kehidupan yang didasari Injil (Paus Paulus VI, Radio Message, 11 April 1964). Atas dasar itulah, Paus Paulus VI menetapkan hari Minggu Paskah IV sebagai Hari Minggu Panggilan Sedunia yang di dalamnya kita berdoa agar Allah mengirimkan para pekerja bagi Gereja-Nya (Mat 9:38).

Lantas, bagaimana kita memahami kata “panggilan”. Istilah “panggilan” biasanya digunakan Gereja untuk merujuk pada jalan hidup yang dipilih seseorang sebagai bakti kepada Allah. Melalui rahmat pembaptisan, kita senantiasa dipanggil menuju kekudusan dan mewartakan Injil di tengah dunia. Ada dua jenis panggilan hidup dalam Gereja yang sama-sama penting: panggilan kaum awam dan panggilan khusus (KGK 934).

Berkat panggilan kaum awam, umat beriman diutus membangun Kerajaan Allah di tengah dunia melalui keluarga dan pekerjaan mereka di tengah dunia (bdk. LG 31). Panggilan khusus
menunjuk pada anggota Gereja yang menerima rahmat tahbisan suci dan termasuk hirarki Gereja untuk melayani Gereja dan Umat Allah (uskup, imam, dan diakon) maupun mereka yang menyerahkan diri secara khusus kepada Allah dengan mengikrarkan nasihat-nasihat Injili (biarawan, biarawati).

Tahbisan suci yang diterima oleh seseorang (uskup, imam, dan diakon) dihayati sebagai panggilan dan pilihan dari Allah demi pelayanan dan pembangunan Gereja (bdk. LG 10). Tahbisan tidak dipandang sebagai pemberian status atau jabatan Gereja. Mereka melanjutkan tritugas Yesus Kristus: mengajar, menguduskan, dan memimpin. Bagi biarawan-biarawati, mereka menghayati hidup yang dibaktikan kepada Allah melalui hidup doa (pertapa kontemplatif) maupun karya di dalam komunitas religius.

Panggilan khusus untuk membaktikan diri bagi Allah dan Gereja ini dapat berkembang baik berkat kehidupan keluarga yang penuh iman dan kasih. Inilah tanggung jawab keluarga Kristiani untuk menumbuhkan benih-benih panggilan sebagai persembahan kepada Allah dan Gereja. Oleh karena panggilan adalah karunia Allah, maka yang dapat kita lakukan sebagai persiapan diri adalah bertekun dalam doa dan Ekaristi, merenungkan Kitab Suci, mengembangkan iman, dan mengasihi sesama.

Dengan demikian, kita diharapkan semakin peka dalam mendengarkan panggilan Tuhan di tengah kehidupan sehari-hari. Semoga dalam Hari Minggu Panggilan Sedunia ini pula kita berdoa bagi para imam maupun biawan-biarawati agar senantiasa bersukacita dalam panggilan dan bersemangat dalam perutusan serta pelayanannya.

Penulis : Fr. Carolus Budhi P

Sumber :
-. Sam Alzheimer, “The saint who started World Day of Prayer for Vocations” dalam Vianney Vocations:
-. https://www.vianneyvocations.com/2019/04/29/the-saint-who-started-world-day-of-prayer-for-vocations/, Katekismus Gereja Katolik.

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments