Waktu terus berputar dan terasa seolah-olah semakin hari semakin cepat, karena kemajuan teknologi yang diciptakan oleh manusia semakin canggih dan terus berkembang semakin cepat.
I. Mengenali Era Saat Ini
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu. Sehat tak hanya terkait kesehatan fisik tapi juga harus didukung dengan kesehatan mental. Kesehatan mental menjadi salah satu komponen esensial yang harus dimiliki setiap individu, terlebih di era saat ini yang sering juga disebut sebagai Era Society 5.0 dan Era Perubahan di mana segala hal berubah serba cepat dan tiba-tiba, Ketidakpastian, Kompleks dan Ambigu. (ERA VUCA : Volatility, Uncertainty, Complexity and Ambiguity).
I.1 Era Society 5.0 adalah era industri yang diciptakan sebagai solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh Era Industri 4.0. di mana manusia mulai mengenal dan menggunakan komputer, internet dan sebagainya yang memafaatkan teknologi digital. Era Society 5.0 adalah era yang :
• Didukung oleh teknologi canggih seperti Artificial Intelligence/Kecerdasan Buatan (AI), Intelligent Character Recognition/ICR (suatu teknologi yang sangat bermanfaat untuk memindai berbagai data dokumen fisik menjadi bentuk digital dan disimpan dalam data base), Internet of Thing (IoT), Blockchain sebagai teknologi menyimpan data secara digital yang terhubung dengan kriptografi dan teknologi lainnya.
• Keamanan data menjadi fokus utama karena semakin banyak data yang dikumpulkan dan diolah oleh sistem teknologi yang digunakan.
• Teknologi AI dan Machine Learning digunakan secara masif untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi.
• Smart maintenance digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemeliharaan mesin dan peralatan produksi.
• Teknologi seperti kognitif, AI, dan blockchain digunakan untuk meningkatkan kinerja produksi dan efisiensi melalui pengoptimasian proses, pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, serta pengelolaan data yang lebih baik.
• Fokus utama adalah pada kolaborasi manusia-mesin dan manusia-manusia, dengan menggunakan teknologi seperti virtual reality, augmented reality, dan teknologi komunikasi lainnya untuk meningkatkan interaksi antara manusia dan mesin.
I.2. Era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity and Ambiguity)• Volatility : Perubahan situasi dan kondisi yang sangat cepat dan tak terduga diberbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Tidak ada yang dapat memprediksi bahwa tahun 2020 dengan pandemi Covid-19 nya menyebabkan dampak global pada manusia di seluruh dunia, dan menjadikan tahun paling buruk bagi hampir di semua sektor aktivitas di dunia.
• Uncertainty : Karena begitu cepatnya dunia ini berubah, maka ketidakpastian semakin meningkat dan menjadi sangat sulit atau tidak relevan lagi memprediksi probabilitas sesuatu yang akan terjadi sekalipun kita belajar dari sejarah dan pengalaman masa lalu.
• Complexity : Dalam Era Society 5.0 dan Paska Pandemi Covid-19 kita menghadapi permasalahan yang sangat kompleks, berlapis-lapis dan saling berkaitan. Maka kalau dibuatkan suatu Cause Effect/Fishbone/Kaoru Ishikawa Diagram akan terlihat sangat gemuk ikannya.
• Ambiguity. Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami, maka sahsah saja kalau ada yang menyebut bahwa generasi sekarang adalah “useless generation” artinya generasi yang useless, mau mencari kerja susah membuka usaha juga susah. Padahal sesungguhnya terbukalah banyak peluang bagi yang bisa mencer mati supply and demand. Maka tidak heran kalau ada lembaga survey yang menampilkan data bahwa lebih 50 % lulusan S1 bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan displin ilmunya.
VUCA adalah tantangan yang harus dihadapi setiap masyarakat umum, para pemimpin organisasi/lembaga, yang menyangkut disrupsi (suatu fenomena ketika terjadi suatu perubahan atau loncatan besar yang menyebabkan seluruh tatannya berubah), pergeseran pasar, perubahan perilaku konsumen, serta persaingan bisnis maupun sektor-sektor lain yang semakin ketat.
II. Fenomena Gangguan Kesehatan Fisik dan Mental
II.1. Korelasi Kesehatan Fisik dengan MentalKesehatan fisik yang buruk dapat meningkatkan risiko timbulnya masalah kesehatan mental. Demikian pula, kesehatan mental yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Ada sepenggal syair penyair Romawi bernama Juvenal : “Mens Sana in Corpore Sano” “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” ataupun sebaliknya. Pada dasarnya, kesehatan mencakup segalanya mulai dari kesehatan fisik (jasmani) hingga kesehatan mental/pikiran (rohani), gangguan kesehatan mencakup fisik dan mental juga. Salah satu contoh adalah gangguan psikosomatis (psikosomatik). Psikosomatik terdiri dari dua kata, yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Istilah gangguan psikosomatik digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres, depresi, takut, atau cemas dan sejenisnya, Ketika merasa takut atau stres, aktivitas listrik saraf otak ke berbagai bagian tubuh akan meningkat. Kondisi ini bisa memicu munculnya gejala, seperti denyut jantung menjadi cepat, mual atau ingin muntah, gemetaran atau tremor, berkeringat, mulut kering, sakit dada sebelah kiri, sakit kepala, atau sakit perut. Sakit dada sebelah kiri bisa dise- babkan oleh masalah kesehatan lain, seperti serangan jantung, angina, gangguan pencernaan, penumpukan gas di usus dan GERD (gastro-esophageal reflux disease). masalah pada paru-paru, maupun kondisi psikis, seperti panik atau cemas.
Contoh satu lagi yang sangat populer adalah Stres yang merupakan kondisi yang sangat umum terjadi. Stres adalah reaksi seseorang secara fisik maupun emosional baik mental mau pun psikis apabila terjadi perubahan dari lingkungan dan membutuhkan penyesuaian diri. Dalam kondisi normal, stres bisa memberikan dampak positif, misalnya membantu seseorang bekerja lebih cepat dan bersemangat ketika harus menyelesaikan tugasnya. (Cantoh stres yang berdampak positip yaitu Kesebelasan PSSI Garuda melawan juara dunia Kesebelasan Argentina. PSSI Garuda walaupun kalah dalam segala hal tetapi mental Garuda sangat gigih bertahan dan gagah berani menyerang). Namun, stres juga bisa berdampak negatif bila sering terjadi, berkepanjangan, atau dibiarkan tanpa penanganan, daya tahan tubuh seseorang yang sedang stres juga akan menurun yang berakibat tubuh menjadi sulit melawan virus atau bakteri dan ia lebih mudah terkena penyakit. Contoh stres yang berdampak negatif. Ada beberapa penyakit yang bisa seseorang alami saat stres yang berdampak negative, antara lain: Gangguan pencernaan, seperti iritasi usus besar, kolitis ulseratif, gastriris, dan GERD, disfungsi seksual, menstruasi, penyakit kardiovaskular, stroke, serangan/gangguan jantung, tekanan darah tinggi, mental, seperti kecemasan/anxiety disorder, depresi, dan gangguan kepribadian, sakit kepala, insomnia/sulit tidur dan sebagainya.
II.2 Situasi dan Kondisi Saat IniBerbagai sumber di bidang kesehatan termasuk Dinas Kesehatan Bekasi menyatakan masalah kesehatan mental meningkat tinggi selama pandemi Covid-19, hal ini disebabkan selama pandemi Covid-19 banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, sumber penghasilan yang berdampak pada semakin bertambahnya jumlah penggangguran, kehilangan atau menurunnya sumber penghasilan, serta duka mendalam atas kehilangan orang-orang terkasih, kondisi ekonomi global akibat Covid-19 yang belum juga pulih hingga saat ini, semakin menimbulkan kekhawatir diberbagai kalangan masyrakat. Situasi dan kondisi tersebut diperparah akibat Covid-19 melakukan volatility, perubahan tatanan kehidupan dari sistem konvensional ke sistem digital, bahkan kepada Era Society 5.0. Transformasi tersebut membuat intensitas VUCA semakin meningkat. VUCA akan terus melakukan perubahan yang serba cepat dalam berbagai segmen dan kondisi. VUCA membuat paradigma baru, dibutuhkan kecerdasan spiritual dan ketahanan mental supaya tetap survive dan bahagia di tengah ketidakpastian. Kecerdasan spiritual menjadi landasan utama agar cakap mengelola permasalahan yang semakin kompleks. Kecerdasan spiritual akan membuat individu lebih tangguh dalam menghadapi berbagai masalah dan dapat merespon serta memaknai setiap masalah dengan baik, seraya melakukan berbagai upaya untuk menemukan solusi dari setiap permasalahan, layaknya pribadi yang sejatinya, mempunyai iman dan pengharapan. Serta cara berpikir baru yang adaptif dan kemampuan eksploratif. Growth mindset akan membuat individu lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan dan lebih fokus pada peluang. Dan terus melakukan learning agility dengan mengupgrade hard skill maupun soft skill agar lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di Era VUCA, karena pada hakekatnya hidup adalah pembelajaran dan perjuangan (learning and struggles of life)
III. Dua Pendekatan agar Tetap Sehat
Fisik dan Mental “Banyak Jalan Menuju Roma” maka banyak cara juga agar masyarakat hidup sehat fisik dan mental, namun dalam kesempatan ini penulis memaparkan 2 (dua) jalan.
III.1. Jalan Umum :• Konsultasikan keluh kesah pribadi kepada seseorang yang berkompeten misalanya psikolog, teman dekat yang bisa dipercaya
• Pola hidup sehat : olah raga yang sesuai dan teratur serta makan makanan bernutrisi, sayur mayur, buah-buah, tidur yang cukup, tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
• Lakukan aktivitas yang menyenangkan, misalanya berkebun, mengurus halaman rumah dan taman bunga, menikmati keindahan ikan di aquarium, berkomunitas dengan teman-teman sebaya, berpariwisata dan sebagainya.
• Positif thinking dan Optimis dalam menjalani suka duka hidup ini.
III.2. Jalan Iman dan Harapan :• "Sebuah keluarga yang jarang makan bersama, atau saling berbicara di meja makan karena lebih memilih memandang layar ponsel dan televisi, adalah jenis keluarga yang sulit untuk dibilang sebagai sebuah keluarga” (Paus Fransiskus )
• "Ketika anak-anak berada di meja makan tapi sibuk dengan komputer dan ponsel mereka serta tidak mendengarkan satu sama lain, itu namanya bukan keluarga tapi pensiunan," (Paus Fransiskus)
• “Berbicara dari hati menurut kebenaran dalam kasih.” (Ef. 4: 15). Hatilah yang mendorong kita untuk datang, melihat, dan mendengarkan. Dan, hati itu pulalah yang menggerakkan kita berkomunikasi secara terbuka dan ramah. (Paus Fransiskus)
• Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. ...dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (Mat 11: 28-30). Kata “kelegaan” di sini dari kata “anapauso” (Y) dari kata anapauo yang berarti beristirahat dengan implikasi menyegarkan .
• Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. (1 Petrus 5:7 )
• Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tes. 5: 16-18)
• "Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu berasal dari kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam kemabukan!" (Pengkhotbah 10:17)
• "Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah ribut, tidaklah bijak orang terhuyung-huyung karenanya.” (Amsal 20 ayat 1)
• "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat" (Amsal 15:13)
• "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22)
• "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."(1 Timotius 4:8)
• Latihan Rohani Ignatian yang Intinya adalah pertobatan. Wujudnya berupa rencana baru dan kehendak kuat untuk hidup bagi kemuliaan Allah yang besar dan pelayanan ilahi.
• Dan sebagainya
Sekian dan terima kasih. Berkah Dalem
Penulis : Aloysius Haryanto - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa