Budaya Ekologis dalam Hidup Umat Beriman

Lingkungan hidup umat beriman telah berubah. Dengan pandemik dan pesatnya perkembangan digital, umat beriman hidup dalam kebiasaan-kebiasaan baru (new normal). Menggunakan hand phone, komunikasi daring (online), luring (offline) dan hybrid (gabungan online-offline) telah menjadi kebiasaan kita hidup sehingga menghasilkan budaya baru, yang diharapkan lebih peduli pada lingkungan. Budaya baru itu disebut budaya ekologis.

Setiap umat beriman berada dalam jaringan-jaringan komunikasi dan kelompok-kelompok masyarakat. Individualisme yang tumbuh tidak bisa lepas dari faktor-faktor lingkungan yang terus berubah dan berkembang. Menurut Isasova Shaxlo Mukhtarovna (2022:173), masalah-masalah lingkungan telah menjadi akut dan menuntut tugas kemanusiaan yang penting dan sangat kompleks. Banjir, kekeringan, tanah longsor dan kebakaran sering terjadi akibat tiadanya atau kurangnya kepedulian lingkungan. Paus Fransiskus, dalam dokumen resmi Gereja Ensiklik Laudato Si, mengajak umat beriman dan seluruh dunia untuk menjaga kelestarian bumi sebagai rumah bersama seluruh mahluk hidup. Umat beriman perlu selalu mensyukuri dan belajar dari alam ciptaan.

Ketika umat beriman mulai kembali dengan kegiatan offline yang semakin longgar, pengalaman sebelumnya telah menjadi bagian budaya lingkungan kehidupan umat beriman. Budaya ekologis tersebut menguatkan umat beriman untuk menghayati Sabda Tuhan dan berpartisipasi dalam karya keselamatan dalam konteks kehidupan dan keadaan sekarang. Ketika banyak keluarga terimbas oleh dampak pandemik Covid-19, budaya ekologis membangunkan kesadaran dan sikap kepedulian dalam hidup umat beriman. Ketika lingkungan semakin kondusif untuk bisa hidup sebagai manusia yang bermartabat, luapan syukur terungkap dengan semangat cinta kasih dan kepedulian kepada masyarakat sekitar.

Budaya ekologis ini menempatkan martabat manusia sebagaimana mestinya dihadapan Tuhan dan di tengah seluruh ciptaan. Mengasihi Tuhan dan menuruti firman-Nya sebagaimana dalam Injil Yohanes 15: 23-29 berarti melaksanakan kehendak Tuhan melalui gerakan kepedulian di lingkungan tempat tinggal terdekat.

Kisah para rasul 15:22-29 memperlihatkan suatu Gerakan Bersama mencarikan jalan keluar atas permasalahan lingkungan yang berkembang di Antiokia. Pengutusan Barnabas dan Paulus adalah solusi ekologis atas masalah yang berkembang. Umat beriman memiliki lingkungan terdekat paling nyata di rumah masing-masing dan lingkungan sekitar seperti RT, RW ataupun perumahan-perumahan tempat tinggal umat beriman. Di situlah
budaya ekologis dalam hidup umat beriman menghadapi tantangan dan bentuk konkrit untuk diwujudkan.

Sumber:
-. Isasova Shaxlo Mukhtarovna, (2022:173). Ecological spiritual culture is the basis of cleanliness. 
Eurasian Journal of Humanities and Social Sciences, Vol.5, February 2022.
-. Paus Fransikus, (Agustus 2018). Laudato Si. Terpujilah Engkau, (Terjemahan Martin Harun OFM, cetakan ke 3), Jakarta:Departemen
Komunikasi dan Penerangan KWI

Penulis : Andreas Yumarma

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments