Akulah Roti Hidup

Ibu, bapak, saudari, dan saudara terkasih dalam Kristus, pada minggu ini, kita memasuki Hari Minggu Biasa XX Tahun B. Injil minggu ini (Yoh 6:51-58) merupakan puncak khotbah Tuhan Yesus mengenai roti kehidupan. Dalam khotbah-Nya itu, ia menyatakan diri-Nya sebagai roti kehidupan: Tubuh dan Darah-Nya adalah santapan untuk hidup kekal. Dengan menyantap Tubuh dan Darah-Nya kita ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal yang ditawarkan oleh Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Tawaran dan kesempatan kita untuk menerima hidup kekal itu berada dalam Perayaan Ekaristi. Dalam Ekaristi, terutama saat komuni, kita menyambut dan menyantap Tubuh dan Darah Kristus. Dalam Ekaristi, Kristus hadir secara nyata, bisa diraba, disantap, dan akhirnya menjadi satu dengan diri dan hidup kita. Kebersatuan itulah merupakan rahmat hidup kekal bagi kita. Terkait hal tersebut, pertanyaan bagi kita adalah apakah hal ini sudah menjadi kesadaran kita atau belum; apakah saya melewatkan tawaran dan kesempatan ini dalam Ekaristi mingguan dengan sikap biasa-biasa saja atau dengan sikap menyesal; apakah selama Perayaan Ekaristi dari awal hingga akhir, saya mengikuti dengan baik sehingga menyambut dan menyantap dengan pantas.

Lebih dalam lagi, apakah Komuni Kudus yang setiap kali kita sambut dalam Perayaan Ekaristi mempunyai efek dalam diri dan hidup kita? Dalam Bacaan Kedua (Ef 5:15-20), Rasul Paulus mengajak kita semua agar memperhatikan dengan saksama bagaimana kita hidup. Kita yang telah menerima Kristus, menyambut Tubuh dan Darah-Nya dalam Ekaristi diajak untuk tidak menjadi orang bebal, tetapi bijaksana dan penuh Roh Kudus dengan mempergunakan masa hidup kita yang ada dengan sebaik-baiknya dan mengerti kehendak Tuhan. Dengan kata lain, Rasul Paulus mengajak kita yang telah menyambut Tubuh dan Darah-Nya agar dapat merasakan, mengikuti, dan melakukan tuntunan Tuhan yang bersatu dengan kita melalui Roh Kudus dalam diri dan hidup kita sehari-hari. Kristus yang menyatu dalam diri kita melalui Ekaristi hendaknya mempengaruhi cara hidup kita, yakni cara pikir, hati, sikap, perkataan, dan tindakan kita. Dengan demikian, seperti yang dikatakan pula dalam Bacaan Pertama (Amsal 9:1-6), kita lebih dan semakin dimampukan untuk “jalan pengertian”, yang adalah jalan Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus sendiri supaya dapat hidup. Semoga Komuni Kudus yang kita sambut dalam Perayaan Ekaristi sungguh menjadi berkat dalam diri dan hidup kita, serta sesama. Selamat hari Minggu. Selamat berakhir pekan.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Rm. Vinsensius Rosihan Arifin, Pr.

 


Post Terkait

Comments