Yang Terakhir Akan Menjadi yang Terdahulu

Saudari/saudara terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, pada hari Minggu Pekan ke-XXV ini kita mendengarkan dan mencari apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk dapat kita lakukan dalam perjalanan hidup kita lewat bacaan injil Matius 20:1-16a dengan tema “Yang terakhir menjadi terdahulu”.

Sistem di dunia berlandaskan persaingan kata ‘terdahulu’ dan “terakhir’ adalah istilah yang menunjukkan perbandingan. Dalam masyarakat dimana kita tinggal, adalah masyarakat yang penuh persaingan. Mari kita amati dalam dunia kerja, ada sebagian mendaki tangga karir dengan menginjak kaki orang lain. Demikian sengitnya persaingan ini sehingga membangun sikap mental yang mengarah pada kesombongan dan permusushan agresif. Hal inilah yang dialami para pekerja kebun anggur dalam bacaan injil. Pekerja yang masuk lebih awal merasa diperlakukan tidak adil sebab mendapat upah yang sama dengan mereka yang datang terakhir (Mat:20:11).

Yesus sebenarnya mau menyampaikan tentang Keselamatan. Apapun makna dari kata Terakhir dan Terdahulu, keduanya mengarah kepada keselamatan yakni Kerajaan Allah. Sistem di dunia dimana kita tinggal bertentangan dengan kasih.

Jadi ada hal yang harus diubah karena sikap hati yang terbentuk dalam diri kita mengarah kepada sistem dunia. Yesus sedang menyampaikan suatu revolusi kepada kita. Yesus adalah Revolusionis, berarti adanya pembalikan keadaan, suatu pemutaran.

Revolusi bukan secara eksternal sebagaimana pengertian revolusi pada umumnya. Masalah kita berakar dari sikap hati, cara berpikir, naluri, mengangkat diri karena segenap pandangan hidup berpusat pada ‘aku’ dan ‘diriku’.

Harus ada sesuatu yang terjadi dalam diri kita, inilah yang dimaksudkan Yesus agar kita mampu menjadi ‘yang terakhir menjadi terdahulu’. Pertanyaan kembali kepada kita : Bagaimana  menjadi YANG TERAKHIR MENJADI TERDAHULU?

Melalui pertobatan kita mau dan mengizinkan Allah mengubah diri kita menjadi yang TERAKHIR. Apakah kita bersedia membiarkan Yesus mengubah hidup kita dan menempatkan diri kita di tangan Allah dan merendahkan diri dihadapan-Nya.

Inilah pertobatan perubahan sikap hati, kesediaan untuk menempatkan diri sebagai terakhir walau kita harus berkorban. Hal ini harus tampak pada cara berpikir, berkata dan bertindak dalam hidup keluarga, menggereja dan bermasyarakat.

Pastinya kita akan bertanya bagaimana dengan kepentingan/kesejahteraan dan kenyamanan saya? Bagaimana orang-orang akan memperlakukan saya? Segudang pertanyaan meliputi hal tersebut akan menuntun iman kita. Namun kita yang memiliki imam berarti percaya bahwa Allah akan menegakkan keadilan. Kembali kita merenungkan APAKAH ANDA BERSEDIA BERKORBAN untuk mencapai Kerajaan Allah?

Semoga kita mampu menempatkan diri kita sebagai yang terakhir dan yang lebih penting menenpatkan Allah sebagai yang terdahulu.

Penulis : Sr. Loren, SFMA

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments