Satu hari yang akan terus dikenangKamis, 5 September 2024 merupakan hari yang penuh makna dan kenangan indah yang tidak akan pernah saya dan jutaan umat Katolik Indonesia lupakan. Ya..! kami menjadi saksi bersejarah kunjungan apostolik Bapak Paus Fransiskus yang merupakan Paus ke-266 Gereja Katolik dalam lawatannya ke negara tercinta Indonesia.
Gaung misa akbar yang akan dipimpin oleh Bapa Paus di stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Madya semakin terasa dan menggelora dalam kurun beberapa bulan sebelum acara berlangsung. Kami benar-benar rindu, menantikan serta mengelu-elukan “Sang Gembala” yaitu sosok Paus Fransiskus yang kami kenal sebagai panutan yang mengajarkan kesederhanaan, cinta kasih, menjunjung tinggi dialog perdamaian, murah hati dan pastinya adalah senyumnya yang khas begitu manis menyejukkan hati.
Sebagai informasi bahwa misa bersama Bapa Paus ini tidak terbuka untuk umum, namun tesistem dan berbasis kuota umat, yang mana satu paroki dengan yang lainnya mendapatkan jumlah kuota yang berbeda. Puji Tuhan Paroki Cikarang mendapatkan kuota sebanyak 354 umat dan saya salah satu di antaranya.
Ada yang unik dalam pembagian kuota untuk umat yang akan menghadiri misa bersama bapak Paus, dimana pengurus lingkungan maupun pengurus bidang bersama-sama saling berdinamika dan hampir sebagian besar dilakukan dengan membuang undi secara acak untuk menentukan siapa yang akan berangkat menghadiri misa bersama bapak Paus. “Sungguh pemandangan yang adil.”
Segalanya begitu tertata dan tersistem dengan rapiPersiapan diawali dengan pembentukan kepanitiaan kecil (internal paroki) pada bulan Juli, dibawah tanggung jawab dan komando Dewan Paroki. Kepanitiaan ini dibagi menjadi tim admin (pengurusan administrasi dan registrasi umat yang terintegrasi BIDUK) dan tim teknis (pengurusan teknis keberangkatan, selama misa, dan kepulangan umat). Saya bersyukur bisa ambil bagian dalam alur rangkaian dan dinamika kepanitiaan yang ada, dan sejujurnya saya merasa terharu melihat dan merasakan semua personil yang terlibat dalam kepanitiaan ini bekerja dengan hati, sangat massif, terorganisir serta berdedikasi tinggi tak kenal waktu.
Semua informasi datang dan diterima hanya dari kepanitiaan resmi KAJ. Itulah dasar kami panitia memberikan informasi kepada umat dan tentunya kami saring sesuai dengan kebutuhan kami. Banyak hal teknis, banyak larangan dan anjuran yang perlu diperhatikan oleh umat. Awalnya saya berpikir hal ini terasa berat dan cukup berlebihan. Bahkan beberapa diantaranya adalah larangan membawa minum dan makanan masuk ke dalam area stadion, waktu tunggu di stadion sekitar 6-7 jam yang begitu lama, serta kepulangan umat yang diperkirakan sampai tengah malam. Pada akhirnya beberapa umat memutuskan untuk mundur karena tidak sanggup untuk meneruskan proses ini. Namun saya kembali merenung, “Bahwa kita sedang menantikan wajah Kristus dalam diri Bapa Paus”.
Saya berpikir sejenak bahwa semuanya untuk kebaikan kita bersama dan tentunya untuk keselamatan Bapa Paus yang tidak hanya sebagai tokoh dan pemimpin Gereja Katolik namun sekaligus sebagai kepala negara Vatikan yang mana pengawalan dan keselamatannya harus dijamin.
Rapat internal dan sosialisasi hal teknis berkali-kali dilakukan untuk mematangkan segala persiapannya, Lelah? Ya… pastinya, namun kami tetap bersukacita menantikan hari itu tiba.
Euforia dan atmosfer yang tak terbendung dan belum pernah saya rasakan sebelumnyaWajah-wajah penuh sukacita terpancar dari seluruh umat yang hadir pagi itu seolah-olah menyiratkan semangat dan hati yang bergelora untuk siap menyambut misa kudus bersama Bapa Paus. Segala persiapan kami lakukan mulai dari absensi peserta, penyerahan gelang registrasi, penyematan pita biru di lengan kanan khas warna Ibu Teresa, dan dilakukan briefing dan pengarahan singkat oleh panitia.
Sekitar pukul 10.15, dengan penuh keyakinan yang kami bawa dalam kuasa-Nya, berangkatlah 6 bus dan 1 kendaraan elf ke tempat penyelenggaraan misa. Selama perjalanan kamipun berkali-kali bersua dengan saudara-saudari seiman dari paroki lain, terlihat bus berjejer dengan spanduk bertuliskan berbagai keuskupan dan berbagai paroki yang ada baik dari Bandung, Surabaya, Blitar, Semarang, Tangerang, Palembang, Purwakarta dan masih banyak lainnya. Euforia sukacita dan penuh semangat kami bagikan dengan saling menyapa memberi senyuman, melambaikan tangan satu dengan yang lainnya, serasa hati ini menyatu dengan umat lain yang punya tujuan yang sama. Saya bersyukur saya bisa merasakan atmosfer bersama saudara seiman seperti mereka. Hati ini terasa menggelora dan air matapun tak terbendung menetes penuh haru.
Sampai di area stadion, rombongan masih harus berjalan sekitar 800 meter untuk memasuki area stadion. Beberapa kali pula kami kembali berjumpa dengan umat paroki lain, berpapasan dengan suster/romo/- frater dan rohaniawan lainnya, sapaan hangat kami rasakan, kerinduan ini saya luapkan dengan menantikan kehadiran sosok Bapa Paus yang secara langsung akan hadir dihadapan kami. Langkah kaki inipun semakin cepat dan bersemangat.
Kami bersujud haru dan tak kuasa menitikkan air mataIni pertama kalinya saya dan mungkin sebagian umat datang untuk memasuki stadion Gelora Bung Karno yang begitu besar dan begitu megah, terlihat dari kejauhan umat dari berbagai penjuru daerah dengan baju seragam berwarna warni sudah memadati kursi stadion. Haru, gemetar, merinding dan penuh sukacita menyatu saya rasakan saat itu, seakan tidak percaya bahwa banyak umat yang mengelu-elukan kehadiran “Sang Gembala”. Saya duduk dan mengambil sikap silentium, berdoa serta sujud syukur atas kasihNya, atas kesempatan, atas atmosfer yang begitu luar biasa yang saya dan 100,000 lebih umat lainnya rasakan. Ditengah keramaian saya hening berdoa dan air matapun tak terendung, bukan karena sedih tapi karena begitu senangnya sampai-sampai saya tidak mampu membuka mata saya karena begitu terang kasih Tuhan Yesus pada saya seorang berdosa ini.
Selain lagu jingle kedatangan untuk Bapa Paus Viva el Papa!, Lagu Kristus Jaya juga dinyanyikan dengan lantang, menggelora dan dengan sepenuh hati membuka rangkaian misa kudus ini, disaat yang sama Bapa Paus memasuki stadion, saya melambaikan tangan penuh sukacita berharap beliau juga melihat saya, mulutpun tidak bisa berkata-kata untuk bernyanyi, sekali lagi hanya air mata yang terus mengalir seakan-akan kekuatan cintanya merasuki kalbu. “Kristus Jaya, Kristus Mulia, Kristus, Kristus, Tuhan Kita” bulu kuduk ini masih terasa merinding ketika menyanyikannya sampai dengan pernyataan tobat menebah dada.
Homili Paus, versi lengkapnya bisa cek di “Terjemahan Homili Bapa Suci, Penerjemah : R.D. Hilario D.N. Nampar.”
Edisi asli Bahasa Italia diambil dari https://www.vatican.va/content/francesco/it/homilies/2024/documents/20240905-indonesia-messa.html
Perjumpaan dengan Yesus memanggil kita untuk menghayati dua sikap mendasar, yang memungkinkan kita menjadi murid-murid-Nya :
1. Sikap yang pertama adalah mendengarkan Sabda AllahSegala sesuatu bermula dari mendengarkan, dari keterbukaan diri kepada-Nya, dari menyambut anugerah berharga dariNya, yaitu persahabatan
2. Sikap yang kedua adalah menghayati/menghidupi Sabda itu.
Akan tetapi, adalah penting pula untuk menghidupi Sabda Allah yang telah diterima supaya tidak menjadi pendengar sia-sia yang menipu diri sendiri (bdk. Yak. 1:22); supaya tidak hanya mendengar dengan telinga tanpa benih Firman itu turun meresap dalam hati dan merubah cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Hal itu sama sekali tidak baik.
Sabda Allah yang dianugerahkan kepada kita dan kita dengarkan, meminta kita meminta agar ia menjadi hidup, merubah hidup kita, dan menjelma dalam kehidupan kita. Inilah dua sikap yang penting yang dapat kita renungkan dari Bacaan Injil yang baru saja diwartakan: mendengarkan Sabda Allah dan menghayati Sabda Allah itu.
Bunda Teresa juga disebut dalam homili : Santa Teresa dari Kalkuta tanpa kenal lelah merawat masyarakat termiskin serta mendorong perdamaian dan dialog, berkata: “Ketika kita tidak punya apa-apa untuk diberikan, mari kita berikan kepada-Nya (Tuhan) ketiadaan kita itu. Dan ia (Santa Teresa) mengingatkan: meskipun engkau tidak memanen apa pun, janganlah pernah bosan menabur.” Saudara-saudariku, janganlah pernah bosan menabur, karena inilah kehidupan.
Berjuang sampai akhir Kami mengucap syukur misa kudus sudah selesai, masih ada performance dari berbagai pengisi acara yang kami saksikan, seperti suara emas penyanyi muda berbakat Lyodra Ginting, penampilan dari para romo dan suster, serta masih banyak lainnya. Sekitar pukul 19:30 informasi dari panitia mempersilakan umat KAJ untuk mulai beranjak meninggalkan stadion menuju ke area parkir tempat menunggu kedatangan bus.
Semua umat dengan tertib keluar stadion, menuruni tangga tanpa desak-desakan dan tanpa saling dorong sedikitpun, flow-nya lancar dan sungguh rapi. Hmm... semua hal sudah tersistem dengan baik dan sangat keren, dalam hati saya berkata “Saya bangga menjadi Katolik.”
Di area parkir, karena begitu padatnya antrian bus dan alur kepulangan umat, kami rombongan paroki Cikarang baru bisa menaiki bus sekitar pukul 23:00 dan Puji Tuhan touch down Cikarang hampir tengah malam pukul 00.00. Raut muka lelah terpancar dari umat yang baru saja sampai di Cikarang. Sungguh ini merupakan perjalanan spiritualitas luar biasa yang tak ternilai.
Pada Akhirnya…Ini tidak hanya tentang perjumpaan dengan Bapa Paus Fransiskus yang membuat saya semakin teguh mengimani Kristus, tapi bisa berada ditempat yang sama dengan umat seiman, bersekutu dalam doa dan rindu akan sosok Bapa Paus, menyanyi memuji Tuhan dengan kerendahan hati, bersukacita saling menyapa umat baik selama perjalanan berangkat dan kepulangan, lalu sistem yang disusun dan diimplementasikan dengan sangat rapi (mulai dari persiapan, alur umat, selama misa, pembagian komuni, sistem kepulangan umat yang tidak berdesakan dan dorong-dorongan memasuki dan keluar stadion), melihat kebersihan area stadion, atmosfer penuh sukacita dan pastinya sapaan Tuhan Yesus lewat Gembalanya yaitu Bapa Paus telah berhasil membuat saya dan umat yang hadir waktu itu tidak mampu membendung air mata. Aih… ini mah 100% Katolik banget, 100% Indonesia banget.
Buon Viaggio, Santo Padre,
“As you have often requested, we Indonesian Catholics will always pray for your. Buon Viaggio, Santo Padre, Ujar Kardinal Suharyo.
Cikarang, 10 September 2024
Salah satu umat PCGIT yang bersukacita akan hadirnya kunjungan apostolik Paus Fransiskus di Indonesia
~Faith, Fraternity, Compassion~ “Iman, Persaudaraan, Bela rasa”