Pada hari ini kita merayakan Misteri Agung iman kita; yaitu Tritunggal Mahakudus (Trinitas). Konsep Trinitas, tidak mudah dijelaskan dengan akal. Walau demikian bukan hasil simsalabim; tiba-tiba ada dan tak bisa dijelaskan sama sekali. Konsep Trinitas sering didekati dengan banyak perumpamaan: seperti Matahari yang didalamnya terdapat: matahari itu sendiri, sinar dan panas. Kita pernah mendengar analogi tentang kopi susu. Ada kopi, susu dan gula, menjadi kopi susu manis. Juga kita pernah mendengar analogi segititiga; yang mempunyai tiga sudut; Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Pendekatan lewat perumpamaan bisa mungkin memuaskan sedikit dari pertanyaan kepala kita tapi sebenarnya tidak cukup untuk menjelaskan yang hal mendasar dari konsep tersebut. Apalagi akan semakin runyam mana kala kita berhadapan orang yang tidak percaya – yang ingin menjatuhkan kita – dengan pertanyaannya. “kalo begitu Allah-Mu itu matahari donk? Atau segitiga atau kopi susu?”, bagaimana menjawab ini ? kita hanya menggaruk-garuk kepala dan tersenyum hahahaha... Padahal kita (yakin) bahwa semua kepercayaan niscaya punya ruang “Misteri” masing-masing, yang tidak mudah dijelaskan begitu saja.
Saudara-saudari terkasih, Doktrin Trinitas sendiri mau mengatakan esensi Allah yang kita percayai adalah Esa, satu dan tunggal. Kemudian tampak dalam tiga pribadi Allah Bapa (pribadi pertama). Allah Putra (pribadi kedua) dan Allah Roh Kudus (pribadi ketiga). Dokrin tersebut mempunyai dasar dan akar dalam kitab suci. “Barang siapa telah melihat aku, ia melihat Bapa” (Yoh. 14: 9). Kesatuan dengan Roh Kudus nampak dalam Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6). Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat 28:18-20). Tidak hanya kitab suci, penegasan tentang Trinitas pun dinyatakan oleh banyak Bapa-bapa Gereja. Salah satunya St. Agustinus (354-430), “… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat, yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan: meskipun Allah Bapa telah melahirkan (has begotten) Putera, dan Putera lahir dari Allah Bapa, Ia yang adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh Kudus bukanlah Bapa ataupun Putera, namun Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama (co-equal) dengan Bapa dan Putera, membentuk kesatuan Tritunggal” (St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip oleh John Willis SJ, Ibid.,152.). Secara khusus St. Agustinus menggambarkan Trinitas:
Sekali lagi, tidak mudah memahami Trinitas. Saya teringat akan apa yang dikatakan oleh Romo Casutt SJ (Founder ATMI Cikarang), mengatakan “Jika kepalamu tidak lagi dapat memahami tambahkanlah hatimu”. Pemahaman Doktrin Trinitas kita perlu ditambah dengan “Hati Kita”. Hati yang lembut mewujud dalam “Kasih”; atau memahami Trinitas dalam relasi kasih. Bahwa Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus selalu ada dalam kesatuan relasi kasih-mengasihi dan mengajak kita semua untuk hidup juga dalam kesatuan kasih dengan Allah dan ciptaanNya. Kesatuan kasih itu abadi dan tidak terpecah. Dengan demikian pemahaman Trinitas kita semakin lengkap; dipahami dengan percaya, akal dan hati (relasi kasih). Dengakan kata lain Trinitas adalah cara berada dan bertindak kongkret Allah untuk selalu mencintai manusia. Mungkin ini yang selalu kita lupakan.
Saudara-saudari terkasih, menyentuh bacaan pada hari minggu ini, khususnya injil, mau mengajak kita tidak berhenti pada konsep – akal matematis – tetapi lebih dari itu, kepercayaan diwujudkan dalam menyatakan Trinitas dalam hidup kita. Secara amat tampak dalam baptisan kita. forma atau pernyatakan yang digunakan seperti “…baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19). Dan pada ayat selanjutnya; ayat 20, dikatakan “…dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu, hendak menunjuk bahwa kesatuan kasih perlu selalu diajarkan dan dilakukan agar tampak wajah Trinitas mewujud dalam hidup kita.
Trinitas mesti mewujud. Tentunya diwujudkan dengan tanda yang selalu kita pakai; yaitu Tanda Salib dan tanda tersebut membedakan kita dengan yang lain. Dengan tanda salib yang kita lakukan hendak menyatakan bahwa kita selalu percaya pada Trinitas dan membawa Trinitas dalam hidup kita. Dan kasih dan mengasihi menjadi cara kita bertindak kongkret seperti Allah bertindak.
Akhirnya Tritunggal Maha Kudus adalah cara berada dan bertindak kita untuk selalu menyatakan kasih dan mengasihi dalam hidup sehari-hari.
Penulis : Rm Christoforus Kristiono Puspo, SJ
Gambar : Dokumentasi prbadi Warta Teresa
JavaScript diperlukan untuk pengalaman terbaik. Silakan aktifkan JavaScript di pengaturan browser Anda.