Pokok Keselamatan Semua Orang

Dalam setiap mengadakan perjalanan, seperti saat hendak terbang, maka prosedur keselamatan akan diperagakan oleh kru sebelum pesawat tinggal landas. Dalam gedung bertingkat sekalipun akan ada petunjuk yang mengarah pada pintu dan tangga darurat serta himbauan untuk tidak menggunakan elevator saat keadaan darurat. Hal-hal demikian terasa kurang berarti bila mana perjalanan atau kegiatan anda berjalan normal namun akan begitu berarti bila keadaan genting seperti kemungkinan kecelakaan atau bencana terjadi di saat yang tidak bisa diprediksi. Pemahaman dan tindakan penyelamatan otomatis menjadi prioritas selain dari kegiatan normal yang dilakukan.

Minggu ini kita memasuki Minggu prapaskah ke-5, minggu yang mengantar kita semakin dekat dengan pekan suci. Bacaan Injil sendiri mengisahkan Yesus dan murid-muridnya mendekati Yerusalem saat hari Paskah semakin dekat (bdk. Yoh. 12:20). Yesus mengerti bahwa saatnya sudah semakin dekat, karya akan kerajaan  Allah bukan lagi dalam tampilan dengan peristiwa-peristiwa mukjizat penyembuhan, pengusiran roh jahat dan kebangkitan melainkan mengarah pada perkara besar. Yesus melihat bahwa saat untuk Ia menyediakan diri dalam perkara keselamatan melalui pemberian diri-Nya.

Jikalau biji gandum tidak masuk ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yoh. 12:24). Dengan perkataan demikian, Yesus memberi penekanan kepada para murid-Nya bahwa keselamatan atas semua orang terjadi dengan pengorbanan, sebab barang siapa mencintai nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup kekal (bdk. Yoh 12:25).

Alkisah dalam sebuah perahu yang mengalami kecelakaan dan segera tenggelam. Proses evakuasi penumpang segera dilakukan dengan menurunkan sekoci penyelamat. Hampir semua penumpang menaiki semua sekoci sampai saat sekoci terakhir menjauhi perahu yang akan tenggelam, ada seorang penumpang terakhir yang melompat mengejar sekoci tersebut. Jarak sekoci denga perahu itu belum terlalu jauh namun semua orang heran karena setelah melompat penumpang tersebut malah segera tenggelam. Mereka memperhatikan bahwa orang ini sudah mengenakan jaket penyelamat yaitu pelampung yang memungkinkan untuk dia tidak tenggelam. Setelah beberapa saat, barulah mereka mengerti ternyata orang tersebut sesaat sebelum melakukan evakuasi, dia terlebih dahul menyelamatkan harta benda yang malah memberatkan dirinya saat diselamatkan.

Suster, bruder, ibu, bapak, dan saudara terkasih. Permenungan yang kita dapatkan dalam kesempatan ini adalah memaknai peristiwa keselamatan yang dilakukan oleh Yesus sebagai peristiwa pengorbanan. Pengorbanan yang tidak berbicara tentang Yesus sendiri melainkan juga untuk pengikut-Nya juga. Yesus menunjukkan pemberian diri-Nya mengantar pada keselamatan banyak orang. Teladan yang mendorong kita juga untuk bertindak agar mau memberikan diri agar keselamatan yang dinyatakan Yesus adalah nyata, “Telah tiba saatnya anak Manusia dimuliakan” (Yoh. 12:23).

Tindakan pemberian diri dengan rangkaian proses selama masa prapaskah seperti puasa, pantang, mati raga, dan pengakuan dosa menjadi kesempatan untuk memaknai keselamatan diri diperoleh melalui pengorbanan. Cerita dalam kisah kapal tenggelam, orang yang terakhir mengutamakan cinta akan harta dunia sehingga ia malah mendapat celaka. Hal demikian juga bisa menjadi potensi yang terjadi pada kita bila ada kelekatan akan materi dan mengabaikan keselamatan dari diri kita. Seperti saat berusaha menyelamatkan diri dari kebakaran gedung malah menuju elevator (yang sudah diingatkan untuk tidak memakainya saat terjadi bencana), bukannya selamat malah terjebak. Banyak dari usaha manusia saat berusaha keluar dari masalah, bukannya memperhatikan faktor keselamatan malah mereka melukai diri mereka sendiri. Mereka merasa kecewa dan lari pada perdukunan untuk menyelesaikan masalah mereka, ada juga yang kemudian menjadi dendam dan berupaya untuk membalas kepada pihak yang menyakitinya. terakhir ini kita mendapati berita tentang satu keluarga mengakhiri hidup dengan meloncat dari apartemen. Kejadian yang mengesankan bahwa perkara hidup begitu sulit diselesaikan sehingga mereka kemudian memilih mengakhiri hidup dengan jalan demikian.

Semoga permenungan prapaskah minggu ke-5 ini menjadikan kita sebagai pribadi yang semakin memaknai pengorbanan yang Tuhan Yesus nyatakan bukan sebagai ke-sia-sia-an melainkan justru menjadi keteladanan agar kita juga semakin mengandalkan-Nya agar keselamatan yang Ia berikan menjadi nyata bagi banyak orang. Paskah yang kita sambut bukan sebatas untuk golongan tertentu melainkan menjadi Paskah bagi banyak jiwa, oleh karena setiap pengikut-Nya memberi diri sehingga Paskah menjadi panenan bagi banyak jiwa.

Penulis : Rm. Camellus Delelis Da Cunha, Pr

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments