Kesehatan dimengerti sebagai keadaan diri - hidup sejahtera secara fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan. Maka hidup yang sehat menjadi idaman semua orang. Hidup sehat lalu dihayati sebagai setiap bentuk usaha sadar untuk mengusahakan, memelihara dan meningkatkan kondisi hidup sehat.
Bahkan adagium, “Mens sana in corpore sano”, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, menunjukkan kehidupan dan keberadaan utuh, baik lahiriah dan batiniah. Sejak masyarakat tradisional sampai praktik modern, orang mengusahakan hidup sehat, sekaligus hidup yang harmonis baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun hidup relasional dengan Tuhan. Gerakan hidup bersih dan sehat ini menjadi pesan mulia ketika kita berbenah diri di masa Prapaskah dalam bimbingan Bunda Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), “Mengasihi – Peduli – Bersaksi, Kesejahteraan Bersama.
Beberapa perilaku hidup bersih dan sehat berikut kiranya menjadi gerakan bersama untuk membuat semangat Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2023 KAJ menjadi bukti pertobatan (metanoia) dan pembaharuan diri/pemulihan hidup (rekonsiliasi).
Mengasihi – Berpihak pada KEHIDUPANPerilaku hidup bersih dan sehat dimulai dari rumah tangga atau keluarga, dimana yang menjadi pelakunya adalah seluruh anggota keluarga tanpa terkecuali. Berikutnya adalah di luar rumah seperti di sekolah, di tempat kerja, sarana Kesehatan seperti klinik, puskesmas, rumah sakit serta perilaku hidup bersih dan sehat di tempattempat umum. Ada habitus atau kebiasaan untuk menghormati dan memelihara kehidupan yang Tuhan berikan kepada kita.
Peduli – Kebiasaan menjadi BUDAYA HIDUPKebiasaan hidup bersih dan sehat harus menjadi ‘budaya hidup baru'. Kita meninggalkan praktik dan kebiasaan hidup lama baik di rumah maupun di luar rumah dengan kebiasaan yang tidak berpihak kepada kehidupan. Budaya hidup bersih dan sehat dimulai dari hal-hal kecil yang dapat kita praktikkan di rumah maupun ketika kita berada di luar rumah. Orang tua memperkenalkan dan memberi contoh perilaku berpihak kepada kehidupan (baca: perilaku bersih dan sehat) seperti mengajari anaknya untuk mencuci tangan, makan makanan yang bergizi-seimbang, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan kamar, berolah raga secara rutin, serta mencuci gelas dan piring sesudah makan.
Bersaksi – kehidupan inklusif dan konstruktifPerilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebiasaan setiap orang dalam membangun hidup personal maupun hidup komunal Bersama dengan orang lain. Hidup yang harmonis dengan orang lain dari latar belakang yang saling berbeda menjadi ‘pelangi’ kehidupan. Tabiat hidup bersama yang terbuka dan konstruktif merupakan suatu bentuk kesaksian kepada dunia dan masyarakat modern yang pluralistis dan konsumtif. Budaya merawat lingkungan sekitar yang asri dengan aneka tetanaman yang hijau akan membangtu memberikan oksigen yang sehat bagi tubuh kita. Tidak membongkar hutan sembarangan untuk mencegah banjir juga harus menjadi bentuk kesaksian kita yang konkrit, merawat hutan dan menghindari kebakaran yang dapat mengancam habitat dan ekosistem yang ada.
Kesejahteraan Bersama - Bumi Rumah kita bersamaBudaya hidup bersih dan sehat berdampak pada kehidupan yang lebih luas. Kita menghormati kehidupan manusiawi, maupun menata hidup yang harmonis di antara lingkungan hidup yang ada maupun realitas lainnya. Bumi menjadi tempat kita berteduh dan bernanung serta mempertahankan kelangsungan hidup yang membawa kesejahteraan bagi semua pihak. Semua pihak tetbnya masiap mawas dan menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing dalam suatu relasi intersubyektif, relasi saling ketergantungan dan saling membutuhkan untuk kehidupan yang bersih dan sehat yang dibutuhkan dalam menjaga kelangsungan ekosistem kehidupan ini.
Penulis : Bruno Rumyaru - Tim Kontributor Kolom Katakese