Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi

Saudari/a yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, kembali kita bertemu dalam renungan Warta Teresa Minggu Prapaskah yang ke V ini. Kita mau kembali mencari apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan dalam kehidupan kita. Biasanya ketika kita sudah merasa disakiti oleh orang lain, kita akan tetap mengingat orang yang telah menyakiti kita. Tidak jarang kita akan mencari kesempatan untuk membalas  perbuatannya itu. Hal semacam ini juga yang terjadi pada mereka yang jengkel  kepada Yesus. Padahal Yesus dalam karya-Nya tidak pernah menyakiti orang-orang itu, tetapi melalui teguran dan pengajaran yang Yesus sampaikan, mereka merasa “disakiti” oleh Yesus. Biasanya, orang yang merasa demikian, orang itu belum menemukan dirinya dalam hidupnya. 

Dalam bacaan injil digambarkan bahwa pemimpin-pemimpin agama tetap menolak untuk percaya kepada Yesus. Tetapi, mereka tidak  punya  alasan yang kuat untuk menyingkirkan Yesus. Ketika mereka menangkap basah pasangan yang berzinah, mereka segera membawa perempuan itu. Tidak dapat dipastikan apakah perempuan itu sudah bersuami atau belum. Kita juga tidak diberi tahu mengapa mereka tidak membawa laki-lakinya. Tetapi, dari ayat 6, jelas sekali bahwa tujuan pemimpin-pemimpin agama bukanlah untuk menghukum pasangan yang berzinah ini, melainkan untuk menjebak Tuhan Yesus. “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang  demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Jika Yesus menolak untuk melempari perempuan ini dengan batu, maka pemimpin agama dapat menuduh Yesus menentang hukum Musa. Dengan demikian, mereka dapat membawa Yesus ke pengadilan agama Yahudi. Sebaliknya jika Yesus setuju agar perempuan ini dilempari dengan batu hingga mati, maka mereka akan membawanya ke hadapan pemerintah Romawi. Bangsa Yahudi sebagai jajahan Romawi tidak berhak menghukum mati manusia. Hak ini hanya ada pada pemerintah Romawi. Lalu bagaimana Tuhan Yesus harus menjawab mereka? Ia mengatakan perempuan ini boleh dilempari batu oleh orang-orang yang tidak berdosa. Tuhan Yesus tidak bermaksud bahwa hakim-hakim yang mengadili di pengadilan harus tanpa dosa. Bila prinsip ini diterapkan maka tidak ada yang dapat menjadi hakim. Tuhan Yesus mengatakan pernyataan yang keras ini karena Ia menuntut agar mereka yang hendak melempari perempuan ini dengan batu jangan pernah terlibat dalam dosa seksual. Mendengar tuntutan ini, mereka yang menuduh perempuan itu pulang meninggalkan perempuan tersebut sebagai tertuduh. 

Setelah semua orang pergi meninggalkan Yesus berdua dengan perempuan itu, berkatalah Yesus, “Hai perempuan, dimanakah  mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Perempuan itu menjawab, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu Yesus melanjutkan, “Aku pun tidak  menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Kata-kata Yesus itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang adil dan penuh kasih. Dia menyatakan perempuan itu bersalah; tetapi, disinilah hebatnya Yesus. Dia bukannya menghukum perempuan itu, tapi malah mengampuninya dan memberi kesempatan  untuk hidup lebih baik. Dia adalah Mesias yang memiliki kuasa untuk menghakimi serta menghukum kesalahan seseorang namun memilih untuk memberikan pengampunan dan kesempatan kepada siapa pun yang berdosa dan yang mau bertobat sungguh-sungguh.

Saudari-saudaraku yang dikasihi Tuhan, apa yang bisa kita pelajari dari  perikop hari ini? Berkat kasih dan kerahiman Hati Yesus, kita semua memiliki harapan dan masa depan yang lebih baik. Kekelaman masa silam dan kedosaan kita dapat diubah asalkan kita mau mengakui dosa dan kesalahan kita serta memiliki kemauan untuk berubah. Ajakan Yesus yang bersabda, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”. Menunjukkan Kemaharahiman Allah dan cinta kasihNya yang tanpa batas yang menginginkan agar kita hidup dan berkelimpahan berkat serta masa depan yang cerah.

Kita semua telah mendapatkan belas kasih dan pengampunan dari Yesus, bahkan Tuhan tidak memperhitungkan dosa dan kesalahan kita asal kita mengakui dosa dan mohon ampun dan kerahiman dari-Nya. Maka Tuhan juga menghendaki kita tidak bertindak menghakimi sesama kita dan mau mengampuni dosa dan kesalahan sesama kita.

Kita akan selalu bertemu dengan orang-orang yang membenci kita karena kita pengikut Kristus, orangorang yang memiliki motif  untuk menjebak dan menghancurkan kita sebagai pengikut Krsitus. Kita bisa mencotoh teladan Yesus, dengan dorongan Roh Kudus mengedepankan diplomasi cinta kasih dan kerendahan hati, sebagaimana Tuhan menghadapi kaum pembencinya. Kita harus terus menerus belajar dari Yesus dan menyatukan diri dengan hati-Nya yang Maha Kudus sehingga kita mendapat kekuatan untuk bersikap sabar dan penuh cinta menghadapi orang-orang yang membenci kita. Semoga Hati Yesus semakin merajai hati kita sehingga kita  dimampukan menjadi manusia baru yang memiliki harapan dan masa depan yang cerah. Serta mampu melihat kerapuhan diri kita sebelum menuding kerapuhan sesama dan menjadikan kita tanda belaskasih, pengampunan dan damai bagi sesama.

Sebab kita juga adalah orang berdosa seperti wanita dalam Injil hari ini.Namun, Yesus yang penuh kasih telah mengampuni segala salah dan dosa kita dengan darah-Nya sendiri yang tertumpah di kayu salib. Karena itu, marilah kita saling mengampuni; hidup
damai dan penuh kasih satu dengan yang lain. Pengampunan adalah inti dari setiap relasi. Pengampunan adalah mengasihi orang sebagaimana adanya dan menyatakan kepada mereka keindahan pribadi mereka, yang tersembunyi di balik temboktembok yang telah mereka dirikan di sekeliling hati mereka. Pengampunan adalah kekuatan baru dari Allah; jalan menuju damai. Amin

 


Sr. Loren SFMA




Post Terkait

Comments