Seusai Misa Minggu Paskah seorang datang pada saya dan mengucapkan Selamat Paskah. Setelah beberapa saat ngobrol, orang itu nyeletuk “setelah Paskah apa yang harus diperbuat, romo?”. Pertanyaan itu menurutku sangat tajam dan dalam; mengajak kita untuk berefleksi. Apa yang kita mesti lakukan setelah Paskah? Perjalanan hidup kembali seperti biasa dan tidak ada lagi tanda-tanda Paskah (kebangkitan) dalam hidup kita. Sudah tidak lagi tampak semangat itu dalam diri kita. Pun orang tersebut menyatakan: “Jangan-jangan makna Paskah mati setelah Paskah itu!”. “upss… dalem banget pernyataannya”.
Pernyataan itu membuat tidak tenang. “Jangan-jangan makna Paskah mati setelah Perayaan Paskah!” apakah memang demikian dalam hidup kita? Setelah perayaan Paskah kita seakan tidak lagi merasakan dan membawa makna Paskah dalam hidup kita. Hidup kita menjadi biasa kembali dan akan terasa punya makna ketika mendekati masa Adven dan Natal.
Bacaan Injil pada Minggu Paskah Ke III, tentang Perjalanan Emaus, menyatakan dan memperlihatkan situasi batin yang terjadi pada murid-murid Yesus. “Ketika mereka sedang bercakapcakap dan bertukar pikiran datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia”. Murid-murid tidak mengenal Yesus. Bahkan Kleopas nyolot “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?”. Diakhir perbincangan Yesus mengingatkan kembali bahwa “…bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”. Agaknya murid-murid memperlihatkan kehilangan makna bersama saat Yesus masih ada dengan mereka. Setelah kebangkitan kehidupan mereka menjadi biasa kembali dan kosong. Seakan-akan ada kelupaan berjemaah terjadi pada murid-murid Yesus itu.
Sejenak kebelakang dan bertanya apa makna Paskah itu sebenarnya? Jawabannya sangat variatif. Ada yang mengatakan kebangkitan, damai dan sukacita, kemenangan, dibebaskan dari dosa dan lain sebagainya. Merenungkan Makna Paskah, ada dua refleksi yang aku tawarkan.
Film Passion of Christ (yang disutradarai Mel Gibson), bisa menjadi refleksi tentang makna Paskah. Jim Caviezel adalah pemeran utama dalam film itu. Beliau banyak mendapatkan pengalaman “rohani”. Terkait dengan salib, beliau mengatakan “saat mereka meletakan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga..”. lanjutnya “yang terjadi kemudian setelah saya mencoba berjalan, bahu saya copot dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu…dan saya pun melolong kesakitan, minta tolong. Para kru mengira itu akting, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan yang sebenarnya”. Dalam masa pemulihan dari cederanya Jim bertemu dengan Mel Gibson, ia mengatakan “Saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikul bersama-Nya walau sebagian kecil saja dalam hidup saya. Mari kita teruskan film ini”. Inilah makna Paskah pertama.
Makna Paskah adalah (terus) berani memanggul salib bersama dengan Yesus Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita diajak untuk meneruskan pembuatan “film” hidup kita; yang kita tidak tahu kapan berakhirnya. Dengan berani terus menerus memanggul salib kehidupan kita bersama dengan Yesus Kristus - dan melewatinya – maka kita bisa menciptakan “paskah-paskah kecil” (kebangkitan) dalam hidup kita. Dan dengan demikian makna paskah tidak mati setelah perayaan Paskah. Tentunya kita bisa mengatakan seperti yang dikatakan dalam Injil Yohanes bagaimana kedua murid mengharapkan agar Yesus tetap tinggal dengan mereka “Tinggallah bersama-sama dengan kami sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam”
Refleksi kedua tentang makna Paskah adalah sukacita. Setelah kedua murid itu bertemu dengan Yesus yang telah bangkit maka menceritakan apa yang telah terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenal Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Kedua murid tersebut diajak untuk memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus telah sungguh bangkit dan memberi sukacita atas apa yang mereka rasakan. Inilah Paskah. Benar bahwa Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana cara bersukacita. Tentunya kita yang sungguh merasakan Paskah yang sama dengan kedua murid-Nya selalu mencari dan memberi inspirasi kepada orang-orang yang ada di sekitar kita untuk: menemukan bagaimana cara bersukacita; dalam segala peristiwa hidup kita. Dengan terus mencari dan memberi inspirasi bagaimana cara bersukacita maka kita ikut serta melanjutkan “karya” Paskah Yesus Kristus kepada semua orang.
Apakah makna Paskah mati setelah perayaan Paskah? Semestinya TIDAK. Diakhir refleksinya Jim Caviezel mengatakan “sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu (Passion of Christ) telah menyentuh dan mengubah saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda”.
Mari kita lanjutkan “Film Paskah” hidup kita dengan sutradara Allah sendiri.
Penulis : Christoforus Kristiono Puspo, SJ
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa
JavaScript diperlukan untuk pengalaman terbaik. Silakan aktifkan JavaScript di pengaturan browser Anda.