Kontemplasi dalam Karya dan Sukacita Bulan November

“Kontemplasi dalam Karya” (seputar Dunia Kerja) telah ditentukan menjadi topik rubrik katekese kita pada Buletin mingguan Warta Teresa kebanggan kita di Paroki Cikarang, edisi online, Minggu 10 Nopember 2024. Perjalanan waktu lingkaran tahun liturgis hampir mendekati puncaknya, tepatnya di minggu terakhir dari bulan kesebelas menuju bulan terakhir di tahun 2024, tahun kabisat. Maka tak salahlah kalau penulis menarik benang merah antara topik yang ditawarkan dengan pesan liturgi bulan kesebelas di ujung tahun liturgi ini. “Kontemplasi dalam Karya dan Sukacita Bulan Nopember 2024” menjadi kajian-refleksif kita dalam rubrik katekese minggu ini.

Kontemplasi dalam Karya
Kontemplasi dalam KaryaKontemplatif (kata sifat), kontemplasi(kata benda) berasal dari bahasa Latin“Contemplatio” yang berarti "perenungan" atau "kontemplasi" sementara“Contemplare” sebuah kata kerja bahasa Latin yang berarti ‘merenungkan’. Maka kontemplasi dalam karyamengandung makna ‘kerja yang refleksif’, kerja dalam kesadaran iman.Rasul Paulus membahasakannyadengan cara lain ketika menulis,“Karena kamu adalah kawan sekerjaAllah. Kamu adalah ladang Allah,bangunan Allah” (1Kor. 3:9). Ada nuansa atau konteks spiritual dan religiusuntuk menggambarkan pesan meditatif. Pekerjaan, dalam pandangan Paulus, menjadi bagian dari partisipasimanusia dalam karya Tuhan. TuhanAllah bekerja dalam dan melaluimanusia. Manusia melaksanakan hidup dan karyanya sebagai pemenuhan kehendak Tuhan sendiri. Pekerjaan manusia adalah melaksanakankehendak Tuhan sendiri. Maka dalamkonteks umat Korintus, Rasul Paulusmeyakinkan jemaatnya bahwa kegiatannya bukan mengejar kehendaknya, tetapi Tuhan sendiri. Masing-masing mengambil bagian dalam karyaTuhan. “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberipertumbuhan. Karena itu yang pentingbukanlah yang menanam atau yangmenyiram melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalahsama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalahkawan sekerja Allah; kamu adalahladang Allah, bangunan Allah” (1Kor.3:9). Kita bekerja bersama Allah dalam‘kehendak’-Nya untuk mewujudkankehendak dan kerajaan-Nya. BundaMaria ketika mendengar khabar gembira yang disampaikan malaikat Gabriel kepadanya, Maria memberi jawaban ini, “Sesungguhnya aku ini hambaTuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Bunda Mariamenempatkan dirinya sebagai hamba, mendengarkan kehendak Tuhandan setia untuk melaksanakannya.Hamba, atau ‘abdi’, pelayan untukmelaksanakan kehendak ‘tuannya’.Gelar Yesus sebagai ‘Hamba Tuhan’dicatat dalam Kitab Suci sebagaipenggenapan nubuatan yang telahdisampaikan sebelumnya oleh NabiYesaya (bdk. Mat. 12:15-21). Yesus menegaskan, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Akudan menyelesaikan-Nya” (Yoh.4:34).Maka sama seperti Kristus, demikiankiranya menjadi doa dan harapan kitasemua, ‘makanan-ku ialah melakukankehendak Dia yang aku imani’.Pekerjaan apapun yang kita lakukan akan menyucikan dan menguduskan  kehidupan insani kita (bdk. KGK 2427). Karya kita setiap saat merupakan tindakan kita sebagai makhluk yang diciptakan menurut citra Allah. Kita dipanggil, supaya bersama-sama melanjutkan karya penciptaan, untuk menguasai bumi (Bdk. Kej 1:28; GS 34; Centesimus Annus (CA) 31). Pekerjaan dihayati sebagai optimalisasi diri melalui talenta yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang (bdk. Matius 25:14-30). Dalam perspektif ini maka paradigma berpikir yang fungsionalistis dan mengelompokkan atasan dan bawahan menjadi relatif. Sebaliknya, masing-masing memiliki tugas yang dan tanggungjawab yang berbeda-beda, namun kesemuanya haruslah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Semua saling membutuhkan untuk mengusahakan kesejahteraan bersama (bonum commune), demi tegaknya Kehendak Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Sukacita Bulan November
Bulan November menjadi bulan istimewa dalam perjalanan rohani kita. Lingkaran liturgi di bulan kesebelas ini menyampaikan pesan ‘kebahagiaan – sukacita’ yang harus menjadi doa dan pengharapanan segenap kaum beriman di sepanjang bulan November. Hari Raya semua Orang Kudus di hari pertama bulan kesebelas meyakinkan kita akan kehendak dan panggilan Tuhan kepada kita semua. Maka hidup dan karya kita adalah salah satu cara untuk mengusahakan kehendak dan panggilan Tuhan menjadi semakin nyata melalui diri dan hidup kita. Pesta iman ini langsung dirangkai dengan

Peringatan Arwah semua Orang Beriman di hari kedua, mengingatkan kita pula bahwa hari kematian itu akan mendatangi kita masing-masing. Rasul Paulus menulis, “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (2 Kor.5:1). Kriteria serta indikator relisasinya ditegaskan dalam bacaan injil di minggu pertama Nopember, jawaban Yesus atas pertanyaan sang ahli Taurat, “Hukum manakah yang paling utama?" (Mrk. 12:28). Yesus menunjukkan the way to go, jalan yang harus dilalui, “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Mrk.12:29-31).

Minggu kedua tepatnya tanggal 10 November menghadirkan kembali Penginjil Markus. Injil di Minggu biasa XXXII ini menyampaikan pesan Yesus kepada murid-murid-Nya, “Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan” (Mrk. 12:43). Alasannya, Yesus menambahkan, “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Mrk. 12:44). Sekali lagi Sang Janda miskin memilih cara terbaik, the way to go, sikap totaliter diri tanpa ada keterikatan pada apa yang ada padanya.

Sukacita berikutnya di minggu ketiga, tepatnya tanggal 17 November, minggu biasa XXXIII, bertajuk ‘kedatangan Anak Manusia’ sebagai pemenuhan hidup hic et nunc (disini dan sekarang). Pemenuhan hidup ini harus dibaca sebagai konfirmasi atas the way to go yang kita pilih dan hidupi, jalani dalam hidup duniawi ini. Maka selaku pengikut Kristus kita percaya bahwa pemenuhan dan konfirmasi hidup beriman kita kepada Kristus sebagai “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6) menjadi sukacita pemenuhan hidup kita menyongsong dunia eskatologis.

Liturgi Gereja kita di Minggu keempat, tepatnya tanggal 24 November menjadi puncak perjalanan tahun liturgi kita, lazimnya menjadi Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja semesta alam. Bacaan Injil di Hari Raya ini diambil dari injil keempat, Injil Yohanes. Penginjil memberi pesan tegas bahwa ritual simbolik akhir zaman ini mengisyaratkan apa yang akan terjadi di saat parousia itu, kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Apa yang akan terjadi ? Kitab Suci menyampaikan nubuat Mesianik tentang Kedatangan Kristus yang kedua, di saat itu semua orang akan dibangkitkan dan mendapatkan penghakiman terakhir. Semoga iman kita kepada Kristus akan nyata dalam perilaku hidup dan karya kita menyongsong kedatangan Kristus yang mulia sebagai orang merdeka, bebas dari hukuman. Kata Yesus, “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka" (Yoh. 8:346).

Penulis : Bruno Rumyaru - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments