Dalam minggu ini, pemberitaan di media massa mengulas tentang vonis untuk kasus pembunuhan. Pemberitaan ini menyedot perhatian banyak orang karena dugaan ada rekayasa atau pengarahan opini publik oleh tersangka yang berpangkat tinggi. Keluarga korban tidak tinggal diam dan menuntut adanya pengungkapan fakta sampai upaya manipulasi para tersangka gagal. Sikap keluarga korban layak disimak saat pembacaan salah satu dari tersangka yang didakwa yaitu ia mau memaafkan dirinya dan membiarkan kehendak Tuhan terjadi. Pemahaman tema untuk mengasihi sesama bukanlah tindakan yang mudah. Sesama di sini bukan ditujukkan pada pihak yang mendukung tetapi juga pada pihak yang melawan kita. Coba membayangkan untuk menghadapi orang yang selama ini menyusahkan kita lalu memperlakukan sama seperti seorang kawan tentunya hanya menguras emosi.
Hal yang mau Yesus bawa kesempatan ini bukanlah sekedar untuk pengikut-Nya menjadi pihak yang kalah dan lemah melainkan menampilkan jalan lain untuk mengkampanyekan nilai kebaikan dalam membangun hubungan dengan orang lain.
Alkisah seorang pemilik toko yang sudah lama membangun usahanya merasa gusar karena di dekatnya ada toko baru yang menjual barang sama seperti tokonya. Orang ini menyadari bahwa toko baru ini berukuran lebih besar dan kelihatan bagus dari tokonya sendiri. Dia merasa was was sejak toko baru ini mulai buka dan mengawasi dengan cermat bilamana pelanggan pelanggan setianya akan beralih ke toko baru ini. Orang ini menyadari bahwa kemungkinan tokonya akan sepi mulai terjadi dan muncul dalam benak orang ini melakukan sesuatu agar tokonya dapat bertahan. Dia bingung untuk memutuskan tindakan yang tepat kemudian mulai berdoa. Dalam doanya, dia merasakan kehendak Tuhan untuk dia mendoakan toko baru itu setiap hari. Kehendak Tuhan ini bukan hal yang mudah dimengerti karena mendoakan toko baru berarti mendatangkan berkat bagi toko itu secara lebih dari tokonya sendiri.
Dalam kepasrahan pada kehendak Tuhan, orang ini mendoakan toko ini setiap pagi sebelum toko baru itu dibuka agar berkat melimpah atas toko itu. Hal baik ini dilakukan demi mengurangi kecemasan dalam dirinya dan tokonya sendiri tetap berjalan. Sampai suatu saat, seorang tamu mendatangi tokonya dan memberi penawaran yang tidak terduga. Tamu ini ternyata adalah pemilik toko baru yang selama ini setiap hari ia doakan dan tamu ini menawarkan toko miliknya dengan harga yang baik. Kesempatan ini tentunya mengejutkan pemilik toko yang selama ini tidak mengira bahwa dengan mendoakan toko lawannya selama ini malah menjadikan toko ini menjadi miliknya sendiri.
Kisah demikian mau mengartikan bahwa kebaikan yang kita lakukan bagi siapapun akan membuat kita lebih kaya daripada yang kita duga. Pemilik toko ini pada tahap awal merasakan kecemasan bila nanti usahanya akan bangkrut dengan kehadiran toko lain namun kecemasan itu berganti dengan persahabatan. Pesannya sudah jelas yaitu Yesus menginginkan agar pengikut-Nya membangun hubungan yang sehat dan positif. Hubungan antar manusia yang dikembangkan dengan sikap mendukung, mendorong, dan memaafkan.
Salah satu kutipan dari Santa Teresa dari Kalkuta yang terkenal adalah “Jika engkau tidak menghakimi, maka engkau juga tidak perlu mengampuni”. Melalui ungkapan ini, Santa Teresa bisa memaknai arti dari kasih dengan tidak terjebak dalam prasangka sehingga mengurangi rasa amarah dan benci dalam diri manusia.
Bruder, suster, ibu, bapak, saudara terkasih, marilah untuk kita bersama memaknai panggilan kita sebagai pengikut Kristus dalam berbuat kasih. Santa Teresa sudah memberi teladan perbuatan kasih menolong sesama dalam karyanya di Kalkuta, yang dirangkai dalam kata-katanya. Semoga kita pun didorong untuk mau berpikir, bertindak, dan berkata seturut dengan Sabda Yesus: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (TB Mat 5:44)
Penulis : Rm. Camellus Delelis Da Cunha, Pr
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa