Engkaulah Mesias

Bacaan Injil dalam minggu ini menghadapkan situasi para murid mendapat pertanyaan dari Tuhan mengenai diri-Nya, mereka mencoba menjawab dengan pemahaman mereka masingmasing. Sampai pada akhirnya Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias!”

Mesias dalam pandangan Yahudi sebagai seorang penyelamat dan pembebas. Saat itu kondisi orang Yahudi yang terjajah oleh kekaisaran Romawi memunculkan kerinduan akan kehadiran Mesias. Mesias akan membebaskan mereka dari Romawi dan mengembalikan kejayaan Israel layaknya pemerintahan Salomo. Pemahaman demikian yang bisa menyalah artikan dari tujuan sebenarnya Yesus maka dari itu Ia melarang untuk para murid kemudian menyebarluaskan jawaban Petrus kepada banyak orang. Bagi Yesus sendiri, Mesias yang dimaksudkan disini adalah pembebasan manusia dari. Hal yang lebih luhur ketimbang dari penjajahan Romawi, yaitu pembebasan dari dosa.

Semenjak manusia pertama jatuh dalam dosa, maka keturunannya ter ikat dalam dosa asal. Hal demikian yang dipegang turun temurun oleh orang Yahudi maka mereka begitu kesal jika ada orang yang mengaku tidak berdosa. Lalu kembali pada sosok Mesias yang diimpikan sebagai seorang pembebas maka pribadi itu tidak lepas dari dosa atau justru tidak berdosa sehingga bisa melepaskan manusia dari belenggu dosa. Pandangan Mesias dalam tradisi Yahudi sendiri mengartikan kesemlamatan terjadi untuk bangsa itu sendiri. Pandangan yang berpegang dari hukum Taurat yang menempatkan mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan. Pandangan yang berbeda dari yang kemudian di terangkan oleh Yesus yang lebih menggambarkan keselamatan yang lebih luas daripada sekedar satu bangsa.

Enyahlah Iblis!
Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
 -Markus 8:33b

Suster, bruder, ibu, bapak, dan saudara sekalian.
Kita masih mengingat kegembiraan dengan kunjungan paus ke Asia, Indonesia sebagai tempat pertama yang dikunjungi untuk kemudian Paus melanjutkan ke Papua Nugini, Timor Leste, sampai Singapura kemudian kembali. Kunjungan Paus bukan serta merta untuk negara dengan mayoritas Katolik dan kunjungan juga pada dialog lintas agama dan seruan perdamaian. Bagi orang Katolik, kehadiran Paus Fransiskus merupakan kerinduan dan kegembiraan luar biasa. Media nasional juga melakukan pemberitaan yang luar biasa dengan menyorot kegiatan sampai hal pribadi Paus Fransiskus sendiri. Diantaranya adalah pilihan Paus Fransiskus untuk menggunakan kendaraan selama kunjungan, tempat menginapnya, standar keamanan, sampai kemudian pada perangkat yang dipakainya (seperti jam tangan yang sederhana).

Euforia kunjungan Paus Fransiskus ini bisa menjadi penyemangat rohani umat Katolik bagi negara-negara yang dikunjungi oleh paus. Kehadiran paus tidak serta melekat dalam citra pribadi sebagai kepala negara Vatikan dan pemimpin Gereja Katolik Roma tetapi juga menyimbolkan lebih dari itu. Paus sendiri memilih nama Fransiskus selama masa pontifikal kepausan oleh karena keteladanan dari Santo Fransiskus Asisi yang dikenal sebagai duta perdamaian dan kesederhanaan hidupnya. Hal ini yang kemudian yang dihidupi oleh Paus Fransiskus sebagaimana yang kita lihat saat kunjungan paus awal September ini.

Hal yang kemudian menjadi renungan kita adalah menemukan hubungan antara pemahaman Mesias dengan peristiwa kunjungan paus. Yesus hadir dan hidup dalam tradisi Yahudi, hanya Yesus memperluas cakupan Mesias sebagai pembebasan bagi manusia yang percaya dari dosa. Saat Paus hadir dalam kunjungan juga tidak serta merta eksklusif bagi umat Katolik melainkan juga untuk lintas agama, yang bisa kita pahami dengan kunjungan ke Masjid Istiqlal kemudian meresmikan jembatan silaturahmi antara Masjid Istiqlal dengan Katedral Jakarta. Kehadiran sebagai jembatan iman yang menyerukan akan perdamaian sehingga kehadiran agama tidak menjadi sumber konflik kekerasan melainkan sebagai perajut kerukunan. Paus Fransiskus menghayati pesan untuk menyuarakan keselamatan bagi banyak orang yang tidak sekedar mementingkan ego mereka dan mengajak untuk terus semangat dalam memberi kesaksian. Pesan dalam khotbah saat misa agung bersama umat saat di Jakarta juga bernada sama:

Jangan pernah lelah menabur.
Jangan pernah lelah menebar jala.
Jangan pernah lelah bermimpi untuk membangun bangsa yg damai.
Jangan pernah lelah berdialog.
Jangan pernah lelah tersenyum.
Kalian adalah bangsa yang murah senyum.
Senyum adalah senjata ampuh.
Teruslah berjalan bersama.
Jangan pernah lelah menabur harapan.

Penghayatan akan pengakuan Petrus bahwa Yesus sebagai Mesias bukan mau menyempitkan pembebasan dalam pandangan manusia. Mesias yang ditunjukkan oleh Yesus adalah orang menemukan keselamatan dan dibebaskan dari dosa. Keselamatan dengan menjaga perdamaian dan menabur sukacita sehingga mematahkan belenggu iri, sirik dan dengki. Paus Fransiskus hadir untuk Indonesia dengan meneguhkan kembali dalam keberagaman namun disatukan dalam semangat yang sama, sebagaimana ia sendiri menyebut BHINEKA TUNGGAL IKA. Semoga kita semua memaknai dialah Mesias seperti yang Petrus lakukan juga bisa kita ungkapkan melalui kesaksian seperti yang sudah dilakukan Paus Fransiskus.

Penulis : Rm. Camellus Delelis Da Cunha, Pr

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments