Ada dua ibadat/liturgi yang disebutkan pada judul tulisan ini: ibadat ekaristi dan ibadat tobat. Pada bagian pembukaan liturgi ekaristi terdapat doa tobat. Apakah doa tobat ini dan liturgi tobat sama saja? Jelas beda, karena ini dua sakramen: sakramen ekaristi dan sakramen tobat. Beda juga karena ada dua ciri yang ditekankan dalam pertobatan sakramental ekaristi. Ciri pertama ialah ciri komunal gerejawi pertobatan yang mengarah pada individu-persona anggota gereja. Semua anggota gereja yang hadir pada perayaan ekaristi bersama-sama mengakui dosa. Sementara sakramen tobat ialah pertobatan personal. Ciri kedua ialah butir-butir pertobatan individual personal dalam doa tobat ekaristi berciri umum. Hal itu tertera dalam pengakuan pribadi: “Saya telah berdosa dengan pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian.” Apa isi konkret dosa tidak disebutkan. Dan oleh karena itu individu pribadi gereja memohon bantuan komunitas gereja untuk mendoakannya meminta pengampunan pada Allah: “Saya memohon kepada saudara-saudari sekalian supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita.” Dengan demikian mempertegas ciri komunal pertobatan.
Pertanyaan lebih mendalam ialah apakah sungguh-sungguh terjadi pertobatan dan pengampunan pada individu anggota gereja dalam doa tobat ekaristi? Tergantung pada kondisi dosa pribadi-pribadi. Jika individu itu pada saat perayaan itu ada dalam kondisi dosa ringan/yang tidak mematikan, maka ia mendapat pengampunan dari Allah. Dosa itu ada pada tataran pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian. Akan tetapi jika individu itu ada dalam kondisi dosa berat/ mematikan, maka ia tidak mendapat pengampunan dari Allah. Dosa itu khususnya ada pada tataran perkataan, perbuatan dan kelalaian, misalnya kesaksian dusta yang berakibat fatal, korupsi berat, membunuh orang, aborsi dengan sengaja. Ini dosa berat secara moral. Patokan dosa secara sederhana merujuk pada 10 perintah Allah dari perintah ke 4-8. Juga individu tidak diampuni kalau dia berdosa secara spiritual berupa berhala berat: menyembah dan memuji iblis dengan melanggar perintah 1-3. Untuk mempertegas bahwa individu seperti itu tidak diampuni oleh Allah, maka sebelum komuni diingatkan oleh petugas liturgi, agar individu yang kondisi pribadinya tidak layak, tidak diperkenankan menerima tubuh dan darah Kristus, Tuhan Allah kita. Supaya dia benar-benar diampuni, maka ia harus mengakui dosanya secara pribadi dalam sakramen tobat. Merujuk pada 10 perintah Allah, maka individu yang melanggar perintah 9-10 dapat diampuni dalam doa tobat ekaristi. Karena dosa-dosa itu termasuk ringan/tidak mematikan karena ada pada tataran pikiran/perasaan.
Gereja Katolik memandang dirinya sebagai Ibu. Ia melahirkan anggota baru melalui pembaptisan, entah itu baptis bayi atau remaja/dewasa. Sebagai Ibu, ia menuntun anak-anaknya dengan penuh kasih sayang agar mereka bertumbuh dan berkembang secara bertahap menuju kedewasaan moral dan spiritual anak-anak Allah Bapa. Tahapan pertama, berapapun usia baptisan baru, akan dititikberatkan pada tuntunan pertumbuhan dan perkembangan moral anak. Acuan praktis tuntunan itu ialah 10 perintah Allah. Tentu tekanan tuntunan tidak mulai dari perintah 1. Justru harus dibalik. Mulai dari perintah ke-10 menanjak ke perintah 1. Dosa moral itu biasanya mulai dari pikiran/perasaan baru menjalar keluar ke perkataan dan perbuatan. Dosa moral akan memuncak pada dosa spiritual.
Selanjutnya dosa moral lebih bercorak kuantitatif sedangkan dosa spiritual lebih bercorak kualitatif. Oleh karena itu barangkali relevan pertanyaan Petrus kepada Yesus tentang berapa kalikah ia harus mengampuni saudaranya yang berbuat dosa terhadapnya. Petrus berpikir bahwa mengampuni saudaranya sebanyak (kuantitas) tujuh kali itu sudah menjadi batas kesabaran dan akhir kerahiman pengampunan. Yesus menjawabnya bahwa ia harus mengampuni saudaranya tujuh puluh kali tujuh kali-490 kali (Mat 18:21-35). Jumlah dosa dan berapa kali dosa itu diulang-ulang tentu penting juga diperhatikan, seperti halnya latihan pengakuan dosa bagi anakanak setelah baptis. Akan tetapi kualitas dosa jauh lebih penting. Maksud dari perkataan Yesus mesti ditambahkan bahwa Petrus harus mengampuni saudaranya dengan segenap (kualitas) hati. Karena iblis juga bercokol di hati orang. Semua dosa dan segenap dosa adalah pengakuan dosa secara Katolik (mengenai semua dan segenap).
Saudara/i yang dibaptis remaja/dewasa, yang datang dari agama lain, khususnya dari gereja reformasi, tentu mesti beradaptasi dengan tata upacara sakramen tobat secara katolik. Gereja reformasi menekankan pengakuan dosa komunal dalam liturgi. Selain itu titik tekanan dosa ada pada dosa spiritual. Dosa ini lebih bertentangan dengan iman (Sola Fide) daripada kebaikan/moral. Pengampunan Allah semata-mata karena rahmat Allah (Sola Gratia). Ini dijamin Kitab Suci (Sola Bibia). Kitab suci yang digemari ialah Injil Yohanes dan Surat-surat St Paulus, daripada Injil Sinoptik. Pendekatan ini tidak keliru secara biblis. Akan tetapi menurut pandangan gereja Katolik sebagai Ibu tentu tidak bijaksana kalau mendidik seorang bayi langsung lompat mulai dengan memperlakukannya sebagai seorang dewasa. Selain itu, pendekatan gereja reformasi bisa diibaratkan pendekatan gereja sebagai seorang bapak., pendekatan tuntunan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak Allah dari atas ke bawah. Ini pendekatan dari Injil Yohanes menuju Injil Sinoptik. Sementara gereja Katolik berbeda. Dari Injil Sinoptik menuju Injil Yohanes.
Akhirnya menurut pandangan Katolik, jika orang membiasakan diri dari masa pertumbuhan dan perkembangan bayi keanggotaan gereja dalam pengakuan moral, maka sampai pada kedewasaan iman ia secara spiritual akan bersama St. Paulus mengakui menjelang ajal bahwa sekalipun orang berusaha sekuat tenaga untuk bertobat, sampai terasa sulit mengampuni diri sendiri, di dalam diri orang tetap saja ada duri iblis yang berusaha menusuk-nusuk daging untuk condong berpikir kepada kejahatan. Inilah kerendahan hati seorang kristen bahwa pada akhirnya hanya Allah saja yang bisa mencabut duri itu, bukan usaha manusia. Oleh karena itu wajarlah dalam doa tobat ekaristi ia cukup mengakui dosanya secara umum yang bercokol di pikiran/perasaannya.
Penulis : Barnabas Ratuwalu - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa
@parokicikarang 1 Mei – Bulan Maria Dimulai. Ayo Kita Sambut Bunda dengan Kasih! #BulanMaria #1Mei #DoaRosario #KatolikIndonesia #BundaMaria #DevosiMaria ♬ original sound - Paroki Ibu Teresa Cikarang <