Bertumbuh dalam Kasih

Saudara/i yang terkasih, sebagai seorang kristiani kita sudah seringkali mendengar kata “KASIH.” Kata kasih seringkali dikaitkan dengan suatu tindakan untuk berbuat baik kepada sesama. Tentu, Yesus sendirilah yang mengajarkan untuk berbuat kasih kepada semua orang. Kasih membutuhkan pengorbanan diri dan kerendahan hati, untuk sampai pada titik itu, kita sebagai seorang kristiani perlu memahami dan mendalami makna cinta kasih yang Yesus ajarkan kepada kita. Di dalam bacaan injil hari Minggu Biasa VI/A ini Yesus ingin mengajak kita untuk lebih memahami dan mendalami makna cinta kasih yang melebihi segala hukum yang ada. Kita sebagai umat Allah perlu bertanya, apa yang dimaksudkan Tuhan Yesus bahwa kasih melebih sebagal hukum yang ada?

Di dalam Injil Yesus mengatakan bahwa “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17).” Yesus ingin menegaskan kepada kita semua, bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab para nabi, akan tetapi kedatangan-Nya untuk menggenapinya. Hukum yang lama memang sudah baik tetapi ditafsirkan secara harafiah oleh kaum Farisi dan para ahli Taurat untuk popularitas hidup mereka. Mereka hanya berpegang teguh pada hukum tetapi mengabaikan inti dari hukum yakni cinta kasih. Itu sebabnya Yesus mengatakan “karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga (Mat. 5:19). Hal ini, ingin mengatakan bahwa siapa yang melakukan hukum dengan baik akan mendapat tempat yang tinggi di dalam Kerajaan, sedangkan yang tidak melakukannya atau salah mengajarkannya akan mendapat tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Surga.

Dalam bacaan Injil, Yesus mengingatkan para murid-Nya, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat  dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat.5:20).” Yesus ingin mengatakan bahwa Para ahli Taurat dan kaum Farisi sudah mengajarkan hukum Taurat secara harafiah tetapi mereka tidak melakukan dan salah mengajarkannya kepada orang lain. Mereka menuntut banyak hal tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Itu sebabnya Yesus juga mengingatkan para murid-Nya untuk mengikuti pengajaran mereka tetapi tidak mengikuti sikap hidup atau perbuatan mereka.

Yesus mengajak kita untuk memahami lebih dalam ajaran cinta kasih sebagai hukum atau perintah baru. Hukum lama sudah diajarkan dan Yesus menyempurnakannya. Ajaran Yesus untuk berbuat kasih kepada sesama, sebenarnya sudah ada di dalam Perjanjian Lama. Dalam bacaan pertama dari Kitab Putra Sirakh, penulis menegaskan bahwa setiap orang memiliki kemerdekaan untuk menepati perintah-perintah Tuhan di dalam hidupnya. Hidup adalah sebuah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepada kita dan kita semua diajak untuk memilih untuk bertindak yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Kasih Allah yang diberikan kepada kita bahwa Ia tidak menghendaki kefasikan dan tidak mengijinkan manusia untuk berbuat dosa.

Rasul Paulus dalam bacaan Kedua, mengingatkan kita semua bagaimana menjadi pengikut Kristus yang bahagia. Segala kejahatan di atas dunia tidak akan menunutun kepada kebahagiaan. Roh Kuduslah yang menuntun umat beriman untuk bertumbuh dalam kasih. Bagi Paulus, sebelum dunia dijadikan Tuhan sendiri sudah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita. Ia berkata: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Kor 2:9)”. Oleh karena itu, dalam bacaan minggu ini, kita diajak dan diingatkan oleh Yesus untuk dapat bertumbuh dalam kasih. Tindakan kasih yang dilakukan tidaklah melulu dengan perbuatan yang besar, tetapi melalui perbuatan yang sederhana seperti mau mendengarkan, saling memahami, saling memaafkan, dan sebagainya. Banyak Tindakan kasih yang sederhana yang dapat kita bersama-sama lakukan. Bagi rasul Paulus, “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1Kor 13:4-5). Tuhan memberkati.

Penulis : Fr. Bernardus Sukma Billy Syahputra

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments