Dalam peziarahan saya mendapati ada begitu banyak orang datang menuju satu tempat yang terkenal. Salah satu situs terkenal adalah Basilika Lateran. Saya mengenal bahwa Basilika ini yang pertama dan diberikan oleh Kaisar Konstantin untuk Gereja Katolik. Dalam basilika dapat ditemukan katedra untuk Uskup Roma dengan pelindung Yohanes Pembaptis dan Yohanes Penginjil.
Basilika ini sering disebut sebagai “Bunda dan Kepala dari semua gereja Kota dan Dunia.” Perayaan peringatan untuk pemberkatan basilika pada 9 November. Perayaan pesta untuk mengenang dan memperingati kemerdekaan dan perdamaian Gereja. Selain itu, kita juga mau mengungkapkan cinta dan kesatuan dengan Uskup Roma yang sekaligus adalah paus, sebagai pemersatu seluruh Gereja dalam cinta kasih Kristus.
Kemerdekaan dan perdamaian GerejaGereja perdana menghadapi situasi yang tidak mudah dalam mereka mewartakan. Penolakan dari golongan Yahudi, membuka peluang untuk mereka kemudian mewartakan kepada golongan non-Yahudi sehingga pengikut Kristus semakin banyak. Pengikut Kristus memiliki nilai seperti yang diperjuangkan oleh Kristus yaitu cinta kasih, bentuk konkretnya adalah menolak perang. Penolakan ini menjadi alasan pemerintah Romawi membenci orang Kristen mengingat Kekaisaran Romawi yang begitu luas juga memiliki musuh yang mengintai dalam arti tidak melulu aman. Akibatnya agama Kristen dilarang dan pengikutnya ditangkap serta dihukum mati. Masa penganiayaan berlangsung sampai Kaisar Konstantin memberikan ijin untuk menerima Kristen sebagai agama resmi negara. Pernyataan Konstantin ini tertuang dalam Edik Milano pada 304 M.
Bentuk konkret dari sikap Konstantin adalah menyerahkan Basilika yang dimiliki keluarga Lateran untuk dipergunakan sebagai gereja (maka disebut kemudian sebagai Basilika Lateran). Oleh karena itu, Basilika ini menjadi penanda untuk Gereja yang merdeka dari penganiayaan dan damai dalam kehidupan sosial.
Pemersatu seluruh Gereja dalam Cinta Kasih KristusKepemimpinan dalam Gereja Katolik diteruskan secara tradisi dari Petrus sampai kini yang disebut sebagai Paus. Paus dalam hal ini menjabat sebagai Uskup Roma. Roma pada masa kejayaannya disebut Caput Mundi (Ibukota dunia). Kedudukan Paus menjadi penanda untuk persatuan Gereja yang berakar langsung dari Kristus yang menunjuk Petrus untuk menggembalakan umat-Nya.
Kekhasan Basilika LateranHal menarik dan bisa menjadi peneguh untuk iman kita adalah relikui yang diimani dalam Basilika Lateran. Relikui tersebut dari Santo Petrus dan Santo Paulus yang disimpan di atas altar yang disimpan dalam tabernakel. Relikui ini mengingatkan umat akan keberanian iman yang dibayar dengan nyawa. Menghadirkan diri di hadapan keteladanan iman demikian menjadi api yang membakar semangat iman dalam diri kita untuk kita juga mau seperti Petrus dan Paulus sampai memberikan nyawanya.
Bruder, suster, ibu, bapak, dan saudara terkasih. Peziarahan merupakan bagian dalam pengalaman iman. Perjumpaan rohani yang elok untuk dilihat mata, suasana yang tenang, sampai pada dorongan batin untuk merasakan dekat dengan Tuhan. Peziarahan yang tidak berhenti pada kepuasan pada foto-foto yang kemudian dipublikasikan ke media sosial agar orang dapat mengagumi pengalaman kita. Peziarahan sesungguhnya adalah perjalanan dalam doa untuk menemukan Tuhan. Kehadiran dan pengalaman saya menuju ke Basilika Lateran tidak berhenti akan laporan sejarah dan kemewahan yang Gereja Katolik melainkan kebanggaan bahwa iman saya bertumbuh dari dara orang kudus yang bersedia memberikan diri mereka untuk iman. Penghargaan akan keberanian pada orang Kudus ini dikenang oleh Gereja dan dibangun dalam keindahan yang bisa dibuat oleh manusia sebagai pujian, syukur dan harapan umat kepada Tuhan.
Bacaan pada minggu ini yang menempatkan bagaimana Yesus yang mengingatkan pada orang banyak agar waspada pada ahli Taurat mau mengarahkan kita bahwa hidup kita sebagai peziarahan. Hal ini berarti kehidupan kita bukan sekedar untuk mencapai penghormatan dalam kacamata manusia layaknya ahli Taurat yang senang dengan duduk di tempat terdepan. Peziarahan mengantar kita bahwa hidup bukan sekedar bersenang-senang atas kekayaan duniawi melainkan memberi kepada Allah walau itu memberi dari kekurangan (seperti persembahan dari janda miskin).
Penulis : Rm. Camellus Delelis Da Cunha, Pr
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa
JavaScript diperlukan untuk pengalaman terbaik. Silakan aktifkan JavaScript di pengaturan browser Anda.