Manusia dengan akal budinya memiliki segudang pertanyaan selama hidupnya, baik pertanyaan mengenai hal praktis maupun hal teoritis. Pertanyaan mengenai jenjang pendidikan, tempat tinggal, keluarga, hingga karier atau pekerjaan yang dijalani, merupakan pertanyaan harian yang ada di benak manusia – “Aku mau kerja apa ya? Nanti kalo sudah besar tinggal di mana ya? Kuliah nanti ambil jurusan apa ya?”. Akan tetapi – dengan segala kesibukan dan kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi – manusia seringkali lupa menanyakan pertanyaan esensial mengenai dirinya, “Apa sih tujuan aku hidup di dunia ini? Kenapa ya Tuhan menciptakanku?”. Pertanyaan mendasar tentang diri ini kerapkali dilupakan dan mungkin hanya direnungkan dalam momen tertentu – misalkan retret.
Bacaan-bacaan hari ini, baik dari Kisah Para Rasul (Kis. 1:15-17, 20a, 20c-26), Surat Pertama Yohanes (1 Yoh. 4:11-16), dan Injil (Yoh. 17: 11b-19) – dalam permenungan saya – mencoba menjawab pertanyaan dasar manusia mengenai makna hidupnya. Ketiganya berbicara mengenai perutusan dengan caranya tersendiri. Singkatnya, hidup manusia itu merupakan perutusan dari Allah sendiri. Setiap orang itu unik, mereka memiliki perutusannya masing-masing.
Ada yang diutus untuk melayani orang yang sakit, ada yang diutus kepada mereka yang miskin, ada yang diutus untuk hadir di tengah orang-orang yang tidak punya harapan, dan berbagai macam perutusan yang Allah berikan secara personal ke setiap pribadi. Namun, perutusan itu seringkali tidak disadari oleh manusia karena dinamika kehidupannya.
Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kita agar mampu mengenali perutusan kita di dunia? Cara yang paling utama dan penting adalah menyadari bahwa diri kita merupakan milik Allah dan dikasihi oleh Allah. Dengan menyadari ini, kita pun memiliki kerinduan untuk bersatu dengan Dia kelak. Dalam Injil hari ini pun sangat jelas permintaan Yesus pada Bapa-Nya, Ia berdoa untuk para murid-Nya agar bisa mengasihi dan mampu menjalani perutusan dalam hidup mereka.
Yesus telah diutus Bapa-Nya, meneruskan perutusan kepada para rasul, dan para rasul meneruskan perutusan-Nya pada dunia. Kita ini adalah bagian dari dunia, dan kita diutus untuk mewartakan kasih Allah pada sesama. Dengan demikian, kita tidak akan merasa bingung lagi akan tujuan hidup kita di dunia. Tujuan hidup kita adalah menjalani perutusan Allah dan banyak berbuat kasih. Dengan demikian, kita kelak akan dimampukan untuk bisa bersatu dengan Dia dalam kehidupan kekal di surga. Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Penulis : fr. Marcellino Mario Amput
Gambar ; Dokumentasi pribadi Warta Teresa
JavaScript diperlukan untuk pengalaman terbaik. Silakan aktifkan JavaScript di pengaturan browser Anda.