Tanda salib memiliki arti yang sangat penting bagi umat Katolik. Pertama-tama, tanda salib adalah simbol keselamatan dan pengorbanan Kristus bagi manusia. Melalui tanda salib, kita umat beriman diingatkan tentang penebusan dosa dan kasih Allah yang terwujud dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus. Selain itu, tanda salib juga menjadi lambang identitas bagi kita sebagai pengikut Kristus. Dalam pembinaan katekumen, cara membuat tanda salib dan makna tanda salib menjadi salah satu bahan dalam pembelajaran(Gea, F.A., Yese, B.S., Ola, 2024). Dengan membuat tanda salib, kita selalu diingatkan akan panggilan untuk hidup sesuai ajaran Kristus dan menjadi saksi cinta kasih Tuhan di tengah masyarakat. Orang tua umumnya mengajarkan anak-anaknya untuk belajar membuat tanda salib dalam berdoa (Bria et al., 2023). Di abad ke 5-6 Masehi, tanda salib sudah biasa di pakai oleh komunitas-komunitas Katolik menjadi pengingat akan perlindungan, pernyataan iman dan menggambarkan peran harian tanda salib dalam kehidupan komunitas-komunitas (Ţârlea et al., 2022).
Cara untuk membuat tanda salib yang sederhana dan bermakna dapat digambarkan sebagai berikut: menggunakan lima jari tangan kanan yang melambangkan luka Yesus saat disalib. Arah gerakan tangan dalam pembuatan salib adalah dari bahu kanan ke bahu kiri, dengan mengucapkan “Dalam nama Bapa” sambil menyentuh dahi sebagai pengingat akan misteri Allah tritunggal (Sriwahyuni & Maeja, 2023). Kemudian gerakan tangan dilanjutkan dengan menyentuh dada (hati) atau perut (sebagai lambang menunjukkan luka Yesus) sambil mengucapkan “Putera”; dan gerakan tangan menyentuh bahu kiri (Roh Kudus) dan bahu kanan (kata “Amin”). Waktu yang tepat untuk membuat tanda salib adalah sebelum dan sesudah berdoa, dalam perayaan liturgi dan sakramen-sakramen atau saat melewati gereja Katolik dapat juga dilakukan sebagai tanda penghormatan atas kehadiran Tuhan Yesus dalam tabernakel di gereja tersebut. Katekese tentang sikap-sikap liturgis seperti membuat tanda salib dapat membantu peningkatan penghayatan umat beriman (Tibo et al., 2022).
Dalam penghayatan sehari-hari dalam tradisi keluarga Katolik, tanda salib sering dibuat di dahi, mulut atau bibir, di dada. Tanda salib di dahi yang dibuat orang tua kepada anaknya ketika mau berangkat sekolah mengandung makna penghayatan iman kepercayaan agar dengan bantuan Roh Kudus kita selalu mengimani sabda Tuhan dalam pikiran kita. Pengalaman masa kecil penulis mendapat tanda salib di dahi oleh Bapak dan ibu sebelum lari ke sekolah, memberikan semangat belajar dan rasa percaya diri meskipun dalam kelas di sekolah SD negeri waktu itu hanya 1 atau 2 anak saja yang beragama Katolik. Tanda salib yang dibuat di mulut, misalnya dengan mengucapkan “melalui mulut aku mewartakan Sabda dan kehendak Tuhan”. Tanda salib di mulut ini mengandung makna kesediaan untuk mewartakan sabda Tuhan dan karya-karya kebaikan Tuhan (Bdk. Yoh 15:13, 3:16) kepada semua orang di sekitar kita. Tanda salib di dada mengagandung makna bahwa sabda tuhan tersimpan dalam hati kita. Tanda salib juga menjadi sarana spiritual bagi umat Katolik untuk memperkuat iman dan menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Melalui doa-doa yang disertai tanda salib, umat Katolik dipersiapkan untuk merayakan liturgi dan sakramen dengan sikap-sikap liturgi yang tepat, serta memperdalam penghayatan akan makna karya penebusan Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tanda salib menjadi simbol penting yang mengingatkan umat Katolik akan panggilan untuk hidup bersama Kristus, dan membawa kehadiran-Nya kepada dunia dalam kehidupan sehari-hari.
Makna Tanda Salib dalam LiturgiTanda Salib memiliki arti yang mendalam dalam tradisi Katolik. Di balik tanda salib ada refleksi teologis dan spiritualitas dalam penghayatan iman (Tibo et al., 2022). Refleksi Inkarnasi dalam sejarah keselamatan diungkapkan dengan ucapan “Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus” serta gerakan tangan di dahi, dada/perut, bahu kanan dan kiri. Gerakan tangan menyentuh dada atau pusar di perut melambangkan Kristus yang menjadi manusia, turun dari surga ke bumi. Gerakan membuat tanda salib seperti itu adalah pengingat akan misteri Inkarnasi, di mana Allah menjadi Manusia dalam diri Yesus Kristus dan tinggal di tengah-tangah kita.
Tanda Salib juga mengingatkan umat beriman akan pengorbanan Yesus di kayu salib. Tangan yang terentang melambangkan tangan Yesus yang terbuka untuk semua umat manusia. Dengan membuat tanda salib umat beriman Katolik percaya akan perlindungan Tuhan atas seluruh dari pikiran (dahi) hingga ke dalam hati (pusar/dada) dan melintasi seluruh tubuhnya (bahu kiri ke kanan). Tanda Salib adalah simbol keselamatan dan penebusan yang diberikan oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Tanda salib merupakan pengakuan iman akan karya penyelamatan Allah dan komitmen untuk mengikuti Kristus dalam segala aspek kehidupan.Tanda Salib digunakan dalam liturgi dan doa-doa resmi Gereja serta menjadi simbol pengakuan iman dan pengembangan penghayatan iman bagi umat Katolik.
Tanda salib sangat penting karena selalu mengingatkan pusat iman kita yakni misteri penyelamatan dalam peristiwa wafat dan kebangkitan. Peristiwa penyaliban Yesus Kristus di atas kayu salib merupakan peristiwa penebusan yang menghapus dosa manusia. Tanda salib mengingatkan kita senantiasa akan keselamatan yang diberikan melalui wafat dan kebangkitan Kristus. Ketika kita melihat tanda salib, kita diingatkan akan pengorbanan Kristus untuk menebus dosadosa kita. Tanda salib juga mengajarkan tentang kasih dan belas kasih Allah, yang memungkinkan kita untuk berdamai dengan-Nya melalui iman. Kematian Kristus di kayu salib merupakan tindakan karya penebusan untuk menghapus dosa manusia. Yesus, sebagai Anak Allah, rela mati untuk menebus dosa-dosa kita. Kematian-Nya memulihkan kembali hubungan kita dengan Allah. Tanda salib mengingatkan kita akan pengorbanan ini dan mengajak kita untuk hidup dalam iman dan pengharapan akan penebusan melalui Kristus, Tuhan kita. Tanda salib menjadi tanda penghormatan dan kesetiaan kepada Yesus Kristus. Ketika seseorang membuat gerakan tanda salib, mereka mengenang kematian dan kebangkitan Kristus, serta menunjukkan iman akan misteri Allah Tritunggal - Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Salib oleh karenanya menjadi lambang perlindungan dan kekuatan spiritual, sehingga memiliki makna mendalam dalam kehidupan rohani umat beriman. Tanda salib bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga memiliki implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mengenakan tanda salib di dada atau berdoa dengan tanda salib, kita mengimani karya penebusan Kristus dan mengundang-Nya untuk hadir dalam hidup kita setiap hari.
Meningkatkan Penghayatan akan Misteri Sejarah KeselamatanTanda salib, sebagai simbol kemenangan Kristus atas dosa dan maut, mengajak umat beriman untuk merenungkan kembali misteri sejarah keselamatan. Ketika kita membuat tanda salib di dahi, kita mengingat dan menghormati Kristus yang dengan kasih-Nya yang rela menyerahkan hidup-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Dalam tanda salib, kita melihat Bapa yang mengorbankan Putra-Nya yang tunggal demi kese lamatan manusia. Penghayatan tanda salib oleh karenanya memperdalam iman kita dan mengarahkan kita pada kehidupan yang sesuai dengan kasih dan pengorbanan Kristus. Melalui tanda salib, kita mengenang karya penebusan Kristus dan mengimani bahwa melalui karya penebusan di kayu salib kita dapat memperoleh hidup yang kekal. Tanda salib mengandung arti mendalam, karena menghubungkan kita dengan peristiwa sejarah keselamatan dan mengajarkan tentang kasih dan pengorbanan Kristus. Tanda salib adalah tradisi yang telah berakar dan dihayati sejak lama oleh umat Kristiani. Setiap kali kita membuat tanda salib, kita menghayati kembali misteri sejarah keselamatan. Tanda ini mengingatkan kita akan kemenangan Kristus dan mengajak kita untuk selalu hidup dalam pengharapan iman. Dengan membuat tanda salib ketika bangun tidur dan ketika mau tidur, atau di setiap aktivitas kehidupan, peristiwa agung wafat dan kebangkitan tidak hanya berhenti menjadi cerita atau hikayat yang sekarang sudah selesai, melainkan menjadi riwayat hidup bagi setiap umat beriman sehingga sejarah keselamatan wafat dan kebangkitan Kristus terintegrasi dan terpadu dalam aktivitas kehidupan umat beriman .
Referensi:• Bria, S. R., Djokaho, M. P. E., & Kale, S. (2023). The Role of Parents in Developing Religious and Moral Values in Early Childhood during the Covid-19 Pandemic Kupang Regency. Early Childhood Education and Development Studies (ECEDS), 4(1), 1–11.• Gea, F.A., Yese, B.S., Ola, D. . (2024). Pentingnya Pembinaan Katekumen Dalam Gereja Katolik. Journal New Light, 2(1), 15–25.• Sriwahyuni, L., & Maeja, J. D. (2023). Memaknai Secara Sederhana Misteri Allah Tritunggal Mahakudus. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, 6(3), 121–129.• Ţârlea, A., Iliescu, I., & Bottez, V. (2022). A Display of Faith the Sign of the Cross in Household Contexts From Scythia Minor During the Late Roman Period (5Th –6Th Centuries Ad). Peuce, 2022(20), 147–194.• Tibo, P., Sinaga, S., Pastoral, T., Keuskupan, B., Medan, A., Utara, S., Tinggi, S., Bonaventura, P., Agung, K., Stasi, K. D., & Liturgi, S. (2022). PERAN KATEKIS DALAM KATEKESE SIKAP-SIKAP LITURGIS. 05(02), 70–76.
Penulis : Andreas Yumarma - Tim Kontributor Kolom Katakese
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa