Bapak, ibu, dan saudara/i yang terkasih, seringkali kita mendengar istilah “tak kenal maka tak sayang”. Ungkapan ini sering dipakai, ketika kita ingin memperkenalkan diri dalam suatu perjumpaan dengan seseorang. Perjumpaan atau berjumpa dengan seseorang adalah hal yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari, baik perjumpaan dengan keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, dan masih banyak lagi. Perjumpaan dengan seseorang tentu bisa dapat mengubah perilaku seseorang, dari yang tidak kenal menjadi kenal. Proses perkenalan terdapat juga di dalam injil. Dalam minggu Prapaskah ketiga, bacaan Injil membahas perempuan Samaria yang mengalami perjumpaan dengan Yesus di sebuah sumur.
Perjumpaan Yesus dan perempuan Samaria diawali pada suatu siang hari. Yesus merasa haus sehingga Ia mendekati sumur Yakub di Samaria. Yesus melihat seorang perempuan Samaria sedang menimba air di sumur Yakub. Yesus melupakan sejarah Israel dan langsung meminta air minum kepada perempuan Samaria itu. Maka terjadilah dialog di antara mereka berdua. Mula-mula perempuan Samaria itu melihat Yesus sebagai seorang Yudea, musuhnya orang Samaria. Sebab itu aneh rasanya kalau sedang bermusuhan, tiba-tiba meminta minum air tanpa ada beban satu apa pun.
Yesus bereaksi terhadap sikap perempuan Samaria tanpa nama ini. Ia berkata: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapa Dia yang berbicara kepadamu “berilah aku minum” niscaya engkau telah meminta kepada-Nya, dan Ia memberikan kepadamu air hidup” (Yoh 4: 10). Perempuan Samaria itu bingung dengan perkataan Yesus ini. Ia memahami air minum secara harafiah saja. Sebab itu ia bertanya tentang timba, dan keunggulan-keunggulan dari air sumur pemberian Yakub kepada Yusuf. Padahal yang Yesus maksudkan bukan air secara harafiah, melainkan air adalah simbol Roh Kudus. Orang yang menerima Roh Kudus pemberian Yesus ini, tidak akan haus lagi. Air pemberian Yesus justru menjadi mata air yang abadi. Perempuan Samaria semakin terpesona dengan Yesus yang sedang merasa haus itu. Ia berkata: “Tuhan berilah aku air itu supaya aku tidak haus lagi dan tidak datang lagi untuk menimba air di sumur ini”. Sekali lagi perempuan Samaria hanya mengerti air sebagai air saja. Yesus membantunya untuk mengerti bahwa air adalah Roh Kudus sendiri.
Maka Yesus berkata: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran” (Yoh 4:24). Perempuan itu akhirnya mengenal Yesus sebagai Mesias. Ia pergi dan menyampaikan perjumpaannya dengan Yesus yang mengubah seluruh hidupnya itu. Perjumpaan perempuan Samaria dengan Yesus membawa perubahan didalam hidupnya. Perempuan yang tadinya malu untuk bertemu dengan orang-orang sekitar karena memiliki penilaian buruk dari orang disekitarnya. Tetapi setelah berjumpa dengan Yesus, kita bisa melihat bahwa perempuan ini berani keluar dari cara hidup yang lama dan dia keberanian untuk keluar bertemu dengan orang-orang. Perjalanan iman perempuan Samaria dengan Yesus, adalah gambaran perjalanan iman kita semua. Terkadang kita terlalu nyaman dengan kenyamanan kita, sehingga untuk keluar dari kenyamanan kita, seringkali mengalami penolakan. Tentu perjumpaan yang dialami oleh perempuan Samaria mengalami perubahan di dalam hidupnya. Pertanyaan, sudahkan aku menyadari, perjumpaan aku dengan Yesus? Ketika kita sudah menyadari perjumpaan itu, apakah perjumpaan dengan Yesus membawa perubahan di dalam hidupku?
Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk bersama-sama menyadari bahwa kehadiran Yesus atau perjumpaan Yesus itu nyata. Perjumpaan dengan Yesus membawa perubahan hidup dari yang lama menjadi hidup yang baru dan menyerahkan jiwa dan raga kita menjadi milik Allah, salah satu contohnya perjumpaan kita dengan Yesus yang disatukan dengan pembaptisan. Air baptis yang diperciki di kepala pada hari pembaptisan menandakan saat pertama kita mendapat pencurahan Roh Kudus, sehingga dalam pembaptisan kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Tuhan memberkati.
Penulis : Fr. Bernardus Sukma Billy Syahputra
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa